(Mazmur 76: 11)
Panas hati itu emosi, panas hati sama dengan marah. Di sini, “sesungguhnya panas hati manusia akan menjadi syukur bagimu”. Tuhan senang, mengapa senang? Emosi seperti apa yang bisa menyenangkan Tuhan? Adakah emosi yang bisa mempermuliakan nama Tuhan? Ada, ini firman Tuhan. Emosi ada yang benar, ada yang tidak benar. Kalau marah yang tidak benar, akan dihentikan. Jangan sampai marah tidak benar, emosi yang tidak benar itu Tuhan tidak suka. Saudara dan saya di dalam hidup ini tidak mungkin tidak punya masalah. Banyak masalah, banyak menghadapi karakter macam-macam di dalam dunia ini. Karakter orang bermacam-macam, ada yang ngomongnya keras, menyinggung dan sebagainya. Mungkin tidak bermakasud menyinggung orang lain, tapi tanpa sengaja menyinggung orang lain, biasanya orang seperti ini banyak musuh. Orang yang merasa paling benar, kalau bicara dengan emosi, sok tahu, bisa membuat kesal juga. Kadang-kadang orang seperti ini tidak semua orang bisa menerima, dan kadang-kadang itu ada dalam diri kita. Saya juga di dalam proses, kita semuanya di dalam proses. Orang yang percaya kepada Tuhan, kalau tidak masuk ke dalam proses penyucian, tidak merasa dibangung, tidak merasa dikoreksi oleh Tuhan, rasanya bukan anak Tuhan. Anak Tuhan dituntut Tuhan masuk untuk lebih dimurnikan. Hal-hal yang tidak baik, yang jelek, harus dibuang. Saya banyak menghadapi orang-orang yang suka sembunyi kalau menghadapi persoalan. Marah, tidak berani bicara, tapi lari dari kenyataan. Saya mengatakan “kalau kamu lari seperti ini, bisa menyelesaikan masalah?”, tidak juga, untuk apa lari? Karena takut? Tetap kita harus menghadapinya. Kita jangan lari dari masalah. Masalah itu harus dibereskan satu demi satu, jadi hidup, relasi dan sebagainya menjadi tenang. Firman Tuhan mengatakan “jadilah tenang supaya engkau dapat berdoa”. Kalau tidak tenang tidak bisa berdoa. Satu orang yang sudah sakit parah, dia mungkin berdosa begitu banyak, saya bacakan ayat ini dan mengatakan “pak, jadilah tenang supaya bisa berdoa”, “tidak bisa”, saya sedih mendengarnya karena sepertinya dia banyak pikiran dan macam-macam, sepertinya tidak bisa dipecahkan. “Jadilah tenang, semua kekuatiran tidak menyelesaikan masalah”, akhirnya beberapa hari kemudian bapak itu dipanggil Tuhan. Jadilah tenang supaya engkau dapat berdoa, itu adalah firman Tuhan. Kalau tidak tenang, emosi, semua perkataan menjadi tidak benar. Saya melihat orang yang tidak bisa menahan diri akhirnya akan kehilangan orang yang mengasihi dia. Hilang kepercayaan, hilang berkat, hilang relasi, karena itu mesti hidup baik-baik. Kita bersama-sama melayani, saling menjaga, saling menegur, itu gereja Tuhan. Gereja Tuhan seperti itu di dalam firman Tuhan yang diajarkan, saling menegur, saling mengingatkan, ini gerejaNya. Ada yang jadi tangan, jadi kaki, kita semua saling membutuhkan, ini adalah kebenaran firman Tuhan.
Kita perlu mengendalikan diri, ini penting sekali. Firman Tuhan mengatakan orang yang tidak bisa mengendalikan diri seperti kota yang tidak ada temboknya. Itu penguasaan diri. Kalau ada bahaya dan segala macam itu karena perbuatan diri kita sendiri. Pengendalian diri seperti kota yang ada temboknya, Saudara bisa mempertahankan sesuatu. Jadi emosi itu harus nalar, harus dipikirkan. Kalau situasi sudah menjadi rusak, buang waktu, sayang masa depan, sayang Tuhan mau berkarya lewat kehidupan Saudara dan saya. Kalau kebanyakan musuh, itu celaka. Makanya kita harus menjaga supaya tidak kehilangan kesempatan, cepat-cepat selesaikan kalau ada permasalahan. Kalau emosi karena relasi yang tidak baik, bisa mengganggu saat teduh, pelayanan, semua menjadi terhalang. Yang dipikirkan hanya kebencian dan karena itu setan senang sekali.
Kalau memelihara emosi, negatifnya banyak. Tapi tidak berarti tidak boleh marah. Firman Tuhan mengatakan menyempurnakan, menjadi kesenangan bagi Tuhan. Tapi marah yang seperti apa dulu? Tuhan Yesus sendiri pernah marah, meja-meja penjual di Bait Suci ditunggang-balikan. Tapi Tuhan Yesus punya tujuan mendidik, berjualan di rumah Tuhan itu tidak beres, motivasi ke rumah Tuhan untuk apa kalau seperti itu? Makanya Tuhan Yesus marah sekali. Panas hati yang menyempurnakan kemuliaan Allah, itu harus kita pelajari. Tuhan Yesus sendiri marah, kemarahan yang betul-betul mendidik, memberi tahu ini. Pak Arief tadi sudah mengumumkan tentang Reformasi 500, Pak Stephen Tong akan berjalan lagi dari kota ke kota, lebih banyak lagi. Kemarin konser diadakan selama 7 hari. Tuhan masih mau memakai beliau dengan luar biasa, puji Tuhan. Dan saya doakan supaya setiap kota ada pembaharuan di gereja-gereja. Doakan pekerjaan Tuhan. Saudara tidak diminta untuk membantu, tapi Saudara harus terlibat. Saudara harus mendoakan pembicara-pembicara yang akan dipakai. Saya harap tokoh-tokoh dari gereja, hamba-hamba Tuhan bisa belajar supaya spirit yang murni, yang pernah diperjuangkan 500 tahun yang lalu kembali ada di gereja-gereja. Kemarahan yang menyempurnakan, kemarahan yang membuat sukacita Tuhan. Martin Luther, satu orang tokoh yang berani mengatakan tidak ada kuasa yang lebih besar pada waktu dia marah. Dia marah sekali, sebagai orang yang sudah punya kedudukan yang sangat tinggi, kemarahan yang timbul dari dia belajar firman Tuhan, lahir dari pengertian baca firman. Dia melihat umat yang tertipu, umat termanipulasi karena dijualnya surat penebusan dosa. Gereja semakin kaya, keuangan dipagang seluruhnya oleh gereja, negara juga dipegang oleh gereja pada zaman itu. Martin Luther benar-benar geram melihat semuanya itu. Hal seperti itu tidak ada di firman Tuhan. Dia mengeluarkan 95 dalil yang menyatakan kemarahannya, dia menantang untuk berdialog, berdiskusi, siapa yang mau menjadi pembela kebenaran, siapa yang mau belajar kebenaran. Kemudian dia membuat undangan debat. Saya bisa membayangkan mukanya yang penuh dengan kemarahan karena kebenaran firman Tuhan dicoreng, mengutip ayat dengan tidak benar. Martin Luther yang begitu cinta kebenaran, dia ingin membela kebenaran firman Tuhan. Umat Tuhan kembali ke dasar Alkitab yang benar, semua pengajaran dan penjualan surat pengampunan dosa tidak ada di firman Tuhan. Gereja seperti marketing dunia, menakut-nakuti umat, mengatakan akan terjadi sesuatu di purgatori kalau tidak membeli surat ini semua. Apakah sorga semurah itu? Semurah kalau beli surat penebusan dosa, kemudian masuk sorga? Kacaunya luar biasa. Martin Luther mengkritik sakramen yang diarti salah, menurut mereka baptisan itu menyelamatkan, bayi yang dibaptis menjadi suci, yang seperti itu tidak ada di firman Tuhan. Baptisan adalah lambang, baptisan tidak menyelamatkan. Martin Luther marah sekali karena ada orang yang kutip ayat sembarangan. Karena itu di dalam 95 tesis itu dia jelaskan keselamatan hanya ada pada Tuhan Yesus yang mati dan bangkit menebus dosa. Kita bersyukur masih ada orang luar biasa yang dipakai oleh Tuhan untuk benar-benar membereskan zaman ini. Saya berharap di zaman ini kita juga dipakai oleh Tuhan. Marah yang benar, kalau Tuhan melihat semua ini, Tuhan senang, itu ada di firman Tuhan. Emosi jangan sampai tidak terkontrol. Emosi harus dikontrol oleh Roh Kudus. Saudara dan saya harus ada pengendalian diri, tunduk pada kebenaran firman Tuhan. Kalau Saudara menonton film Martin Luther, dia bertindak karena melihat ketidak-benaran. Dia sampai berdoa dengen merebahkan badannya, kepalanya sampai ke tanah, sedih “pakai saya sebagai alat Tuhan, saya berdiri di atas kebenaran firman Tuhan”. Pemimpin dari Martin Luther mengatakan “lenyapkan Martin Luther dengan seluruh berita injilnya”, Martin Luther mengatakan “siapa takut? Dimana rasa takutmu kepada Tuhan?”, dia melawan. Dia melawan semua yang tidak beres, dia hanya bertekuk lutut di hadapan Tuhan. Bertekuk lutut kepada Tuhan Yesus, pikiran dikendalikan oleh Roh Kudus, dikendalikan oleh firman, supaya emosi kita tidak kacau. Firman memenuhi hidup kita untuk masuk dalam kebenaran Allah. Kalau Saudara dititipin kebenaran, cobalah mengontrol seluruh pikiran, emosi kita, jangan memelihara hal-hal yang negatif, hal-hal yang tidak benar. Kalau Saudara mengatakan “saya orangnya memang seperti ini”, itu celaka. Jangan memupuk hal yang salah pada anak-anak kita, jangan membiasakan menuruti semua keinginan mereka meskipun mereka teriak-teriak menangis. Saya harap Saudara mulai mendidik bagaimana anak harus diajar, tidak semua yang diingini didapatkan. Dan dididik bagaimana takut Tuhan, mengutamakan Tuhan. Termasuk diri kita harus dididik, harus benar. Penguasaan diri yang firman Tuhan mengatakan kalau orang menuruti semua keinginan anak, itu artinya bukan sayang tapi sedang menjerumuskan anak-anak ke dalam masa depan yang tidak beres. Belajar dari firman Tuhan bagaimana Kristus yang tidak terbatas rela menjadi terbatas. Kristus mengambil rupa menjadi manusia, Allah menjadi manusia, Dia turun derajat. Semuanya itu demi kehendak Allah terjadi, Yesus rela lapar. Allah tidak perlu lapar, Allah tidak perlu merasa haus, tetapi Yesus rela demi tercapai apa yang direncanakan oleh Tuhan. Kita orang yang berdosa bisa kembali kepada Tuhan. Kita harus meneladani, kita turunkan gengsi kita, coba menjadi orang yang lapang dada, penuh pengampunan sesuai dengan firman Tuhan. Orang yang bisa mengendalikan diri, orang yang tidak mudah marah, orang yang tidak sembarangan marah. Kita harus mulai belajar marah yang benar, menyempurnakan kehendak Allah, membuat Tuhan senang. Kalau Saudara dan saya sehati, yang dimarahi itu adalah marah yang benar.
Saudara dipanggil oleh Tuhan untuk mewarnai dunia ini menjadi garam dan terang bagi dunia ini. Lakukan yang Saudara sudah pelajari dan saling mengingatkan satu dengan yang lainnya, itu indah sekali. Kalau gereja Tuhan terjadi seperti itu, ini indah sekali dan Tuhan senang sekali. Ini marah yang benar. Tapi kalau marah-marah yang tidak jelas, tidak perlu, Saudara perikat-pinggangkan karena itu akan dihentikan juga oleh Tuhan. Bersyukur kalau marahnya benar. Tidak boleh asal-asalan untuk Tuhan, Kekristenan harus beres, tidak boleh seenaknya, marah itu harus mendidik. Marah yang lahir dari cinta kepada Tuhan itu berkenan di hadapan Tuhan. Marah yang sehati dengan kebenaran firman Tuhan. Satu kali saya melihat seorang bos yang sedang mendidik karyawannya, kata-katanya “saya ingin kamu maju, kalau cara kerjamu seperti ini, bagaimana kamu bisa naik tingkat? Sebetulnya saya mau tingkatkan kamu, tapi kamu seperti ini, kerjanya bagaimana?”, bersyukur karyawan punya bos seperti itu, diberi tahu mana yang tidak beres. Orang Kristen tidak boleh malas, harus memberi yang terbaik. Kalau malas, kalau tidak benar, kalau tidak setia, kalau melawn kebenaran, marahi. Marah itu penting kalau Saudara dan saya benar-benar mau sehati dengan Tuhan, sehati dengan hamba-hamba Tuhan yang dipakai Tuhan, mau sehati dengan para reformator, Saudara harus jalani. Mengerti kebenaran, kemudian kita mulai mengaplikasikan di dalam kehidupan kita. Kekristenan zaman ini bukan hanya tentang cinta kasih, Tuhan penuh dengan pengampunan, karena akibatnya bisa merusak Kekristenan, mengecewakan semua. Gerakan Reformed kiranya dipakai oleh Tuhan untuk semuanya harus benar, keras harus benar, marah harus benar, disiplin harus benar, menghukum harus benar. Gereja harus memarahi hal-hal yang tidak benar. Kemarahan yang benar sangat dibutuhkan oleh gereja Tuhan. Kalau masih ada yang marahi, harus bersyukur. Kalau Saudara melihat ada orang yang marah-marah terhadap ajaran, bersyukurlah berarti zaman ini masih ada harapan. Musa ketika marah, 2 loh batu dibanting sampai hancur, saya kira sudah pasti dia dihukum oleh Tuhan. Pada waktu bangsa Israel berpaling menyembah berhala, Musa marah luar biasa, dan Tuhan menyetujui kemarahan Musa, karena kemarahan Musa sinkron dengan kemarahan Tuhan, Tuhan dipermuliakan. Apa yang membuat marah Tuhan, Musa juga marah, Saudara harus ikut. Marahnya Musa itu marah yang menyempurnakan, seperti di firman Tuhan ini, cocok dengan Tuhan. Kalau cocok dengan Tuhan, Tuhan benar-benar dipermuliakan, Dia senang. Orang yang seperti itu dipakai sebagai alat di tangan Tuhan. Coba kita koreksi diri apakah kita sering emosi, kita mungkin sering menyakiti hati orang lain. Kalau Saudara tidak di jalur yang Tuhan berikan kepada kita, tidak sehati dengan Tuhan, bijaksana Tuhan tidak akan muncul dalam kehidupan kita. Ketika saya memarahi anak-anak, memarahi pasien yang saya layani, memarahi narapidana yang saya layani, saya harus sehati dengan Tuhan. Kalau Tuhan tidak suka, orang ini tidak beres, mesti dimarahi. Saya harap kita adalah orang-orang yang demikian. Orang yang sehati dengan Tuhan itu indah, sinkron, dan Tuhan juga senang melihat Saudara. Kalau Saudara seperti itu, Tuhan bangga. Sehingga tidak melahirkan dosa-dosa yang lain. Saya mengatakan “sebenarnya dendam itu tidak baik, nanti kamu di sini jadinya tidak tenang. Pembalasan itu hak Tuhan”, dia diam saja dan saya tidak terlalu banyak ngomong karena dia masih panas hatinya. Saya mulai menangkap feeling-nya “saya mengerti apa yang dialami, coba serahkan kepada Tuhan. Sekarang kamu di sini bisa belajar firman Tuhan, mungkin Tuhan punya maksudNya”. Pertengkaran keluarga, emosi bisa sangat mempermalukan diri. Saya harap anak-anak Tuhan waspada akan hal ini. Karena apa yang diperbuat oleh diri kita bisa mempermalukan Tuhan. Anak-anak Tuhan menjadi sorotan, dilihat oleh dunia ini. Kalau Saudara tidak bisa menahan diri, kita sama saja dengan anak-anak dunia yang tidak ditebus oleh Tuhan. Kita harus ingat kalau kita menyandang satu predikat orang yang suci, yang telah ditebus oleh Tuhan. Saudara dan saya harus lain dengan dunia ini, karena kita adalah anak Tuhan yang harus mempermuliakan Tuhan, nama Tuhan dimahsyurkan karena hidup Saudara dan saya, ini tuntutan. “Kamu harus menjadi garam, menjadi terang bagi dunia ini”, ini adalah perintah Tuhan. Sehingga kita tidak bisa sembarangan, kita tidak bisa seenaknya.
Tapi kita menjadi orang Kristen yang betul-betul sehati dengan Tuhan. Mazmur 76: 11 “sesungguhnya panas hati manusia akan menjadi syukur bagiMu dan sisa panas hati itu akan Engkau perikatpinggangkan”. Menjadi syukur bagiMu. Kiranya kita menjadi orang yang menjalankan, tidak menjadi orang yang sembarangan dalam tindak-tanduk kita, perintah Tuhan, Saudara sehati. Dan mulai mendidik orang lain karena mau jadi alat di tangan Tuhan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)