(Roma 4: 23- 5:11)
Di dalam Surat Roma, Paulus membagikan mengapa Kristus datang. Ada beberapa alasan yang dia nyatakan di dalam pasal-pasal sebelumnya. Kristus datang untuk menggenapi janji Tuhan kepada Abraham, janji yang Tuhan berikan untuk memulihkan bangsa-bangsa. Dan di dalam bagian sebelumnya Paulus mengatakan bahwa seluruh bangsa memerlukan anugerah ini, semua bangsa, baik bangsa pilihan Tuhan yaitu Israel, yang sudah memberontak, yang sudah melupakan Taurat, maupun bangsa-bangsa lain yang jauh sebelum Israel ada, sudah memberontak kepada Tuhan. Kita sudah pelajari di dalam PA, bahwa Abraham adalah tokoh yang Tuhan panggil setelah terjadi peristiwa Menara Babel. Menara Babel membuat bangsa-bangsa bermunculan dengan bedanya bahasa, tetapi mereka muncul dalam pembuangan. Alkitab mengatakan mereka dibuang ke seluruh bumi. Maka Abraham adalah tokoh yang Tuhan pakai untuk memanggil kembali bangsa-bangsa. Tuhan tidak mau membuang bangsa-bangsa selama-lamanya, ini tidak berarti tidak ada orang yang dibuang selamanya-lamanya, tetap ada. Tapi Tuhan berencana memanggil sebagian dari seluruh dunia untuk kembali kepada Tuhan dan jalan yang Tuhan pakai adalah Abraham. Tapi bukan Abraham pada dirinya sendiri, karena janji Tuhan adalah janji yang bersifat masa depan. Sebab Tuhan mengatakan “keturunanmu akan memberkati bangsa-bangsa”, berarti janji ini belum sepenuhnya genap pada hidup Abraham, tapi akan digenapi pada waktu keturunan yang dijanjikan itu hadir. Ini semua adalah kisah yang penting untuk kita pahami dan lebih sekedar dari kita pahami, ini adalah kisah yang harus kita pahami sebagai bagian dari kehidupan kita sebagai umat Tuhan. Ini adalah nenek moyang kita yang sedang diberitakan, ini adalah orang-orang pendahulu kita di dalam seluruh rangkaian generasi demi generasi umat Tuhan yang Tuhan panggil. Tanpa ada perasaan dekat dengan apa yang Tuhan sedang bagikan, kita akan melihat bahwa bagian-bagian Kitab Suci, apalagi Perjanjian Lama, adalah bagian-bagian yang tidak relevan. Kita akan kehilangan identitas.
Dan kehilangan identitas, kita akan kehilangan banyak hal. Yang pertama hilang identitas berarti kita akan kehilangan cara pandang yang Tuhan mau dimiliki oleh umatNya. Tanpa identitas sebagai umat Tuhan, kita akan memandang segala sesuatu dengan cara pandang yang bukan dari Tuhan. Karena Tuhan mempercayakan cara melihat dunia ini, cara melihat relasi kita dengan Tuhan kepada umat. Dan waktu kita menarik diri kita bukan lagi bagian dari umat, maka kita akan menjadi orang-orang yang mengadopsi cara memandang yang bukan dari Tuhan. Ini sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terus terjadi, kecuali kita kembali kepada Tuhan. Kita tidak menjalani hidup sebagai umat karena kita tidak lihat kaitan antara kita dengan pembentukan yang Tuhan kerjakan di dalam diri umat Tuhan sejak lampau, sejak Perjanjian Lama. Kedua, Saudara dan saya tidak punya pengertian tentang diri, siapa saya, apa nilai saya, apa yang bisa saya harapkan, apa yang bisa saya kerjakan, apa yang mengganggu hidup saya, semua ini akan menjadi kacau. Banyak orang memiliki pergumulan yang Tuhan tidak pernah ajak untuk kita gumulkan. Misalnya pergumulan penerimaan diri, Saudara dan saya sebenarnya boleh lewati proses ini karena kesadaran bahwa Tuhan sudah menerima umatNya. Tapi kalau ini kita tidak miliki, kita akan terus cari. Dan waktu kita terus cari, kita akan kenakan berbagai artribut atau hal-hal yang membuat bangga tapi ini bukan yang Tuhan mau untuk umatNya banggakan. Terlalu sering kita menemukan orang yang menghidupi iman Kristennya sebagai aspek yang boleh ada, boleh tidak di dalam hidupnya.
Saya akan bagikan beberapa hal, beberapa prinsip yang perlu kita pahami dari pembuangan, baru kita akan mengerti apa makna dari salib Kristus. Hal pertama yang diajarkan Kitab Suci mengenai periode pembuangan adalah bahwa di dalam pembuangan Israel mulai memikirkan kesetiaan kepada Tuhan. Ini prinsip pertama. Mereka baru menyadari ternyata kesetiaan kepada Tuhan harus dikerjakan dengan total, tidak bisa sembarangan. Ketika mereka mulai main-main, menyembah berhala, memberikan dedikasi bukan kepada Allah, memberikan hidup kepada yang lain, bukan Tuhan, Tuhan murka seperti seorang suami yang cemburu. Kalimat ini harus kita pahami dengan jelas. Kasih yang sejati menuntut komitmen dan ketaatan kepada perjanjian. Jangan remehkan kasih Tuhan dengan segala macam dusta dari dunia ini yang mengatakan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang selalu tersenyum, Tuhan yang selalu maklum, Tuhan yang selalu menerima apa yang kita perbuat. Kadang-kadang bukan berkat yang membuat kita mengerti Tuhan, kadang-kadang hidup di dalam penghukuman membuat kita menyadari berapa besarnya kesalahan kita. Maka hal pertama adalah Israel mengerti apa itu komitmen kepada Tuhan.
Hal kedua, Israel akhirnya mengerti bahwa mereka tidak berbeda dengan bangsa lain. Apa yang spesial dari Israel? Kalau dikatakan mereka hidup di Tanah Perjanjian, maka sekarang Tuhan kirim mereka ke tanah pemberontakan. Kalau engkau sukses karena melawan Tuhan, itu bukan dari setan, itu adalah Tuhan sudah lupakan kamu dan itu lebih mengerikan dari setan”. Tuhan tinggalkan kita lebih menakutkan dari pada setan kuasai kita. Itu sebabnya Alkitab tidak terlalu banyak bicara soal setan. Untuk manusia berdosa, Alkitab mencatat, Tuhan sendiri datang memberikan penghukuman, itu mengerikan sekali. Maka mari kembali pada Alkitab yang mau nyatakan. Tuhan mengajarkan kepada Israel, kalau mereka terus mengikuti cara bangsa-bangsa, Tuhan akan serakan mereka ditengah bangsa-bangsa itu, supaya mereka menikmati hidup tanpa Tuhan, seperti yang mereka inginkan dari dulu. Tapi mereka sadar itu kesalahan besar. Mereka tidak mau sama dengan bangsa lain. Maka di pembuangan mereka sadar, seharusnya mereka berbeda dengan bangsa lain. ini paradoksnya menjadi manusia. Waktu Israel punya tempat sendiri, mereka hidup sama seperti bangsa lain. Waktu mereka ditaruh di tengah bangsa lain, mereka hidup beda dengan bangsa lain. Mereka punya sinagoge sendiri, mereka menolak menyembah berhala, bahkan mereka rela mati di tangan Kerajaan Babel atau Romawi. Mereka rela ditindas, rela dibunuh sekali pun asal mereka terbukti setia kepada Tuhan. Inilah manusia, Tuhan berikan kesempatan, mereka abaikan, Tuhan hukum, baru mereka menyesal “sekarang saya sadar apa itu menyembah Tuhan”. Maka hal kedua yang Israel pelajari adalah di pembuangan mereka sadar bahwa mereka tidak berbeda dengan bangsa lain. Inilah zaman ini, menipu kita dengan propaganda yang mengatakan you have the right to be happy. Saya percaya di dunia ini tidak boleh ada orang yang disebut happy, kecuali memang namanya happy. Di pembuangan, Israel baru sadar, “kami tidak berhak menyandang nama milik Tuhan. Kami tidak berhak dikasihani oleh Tuhan, kami tidak berhak terima perjanjian dari Tuhan, kami tidak berhak ada Bait Suci tinggal di tengah-tengah kami, kami tidak berhak dipimpin oleh raja yang dijanjikan oleh Mesias, kami tidak berhak dipimpin oleh Mesias”. Perasaan tidak berhak mulai muncul masuk di hati mereka di pembuangan. Dan bisa dilihat salah satu teologi yang paling baik adalah tulisan para nabi di pembuangan, menyadari siapa kami, menyadari layaknya kami dikutuk. Ketika mereka melihat Taurat, mereka menyadari satu hal. Ada satu kebiasaan dari para teolog Israel Yahudi di pembuangan yaitu mereka mulai menafsirkan Taurat dari sisi kutuk. Taurat adalah kutuk. Taurat mengajarkan beberapa hal, Taurat mengajarkan bahwa kita harus menyembah Tuhan, mengajarkan cara hidup bersama dengan sesama manusia, mengajarkan sistem pengorbanan untuk pengampunan dosa, dan mengajarkan sistem ibadah untuk menyembah Tuhan. Setelah itu mengajarkan ada berkat dan ada kutuk. Selama ini orang Israel terus mengasumsikan mereka layak mendapat berkat. Waktu di pembuangan mereka baru sadar kutuk Tuhan itu nyata, “kita memang seharusnya dibuang seperti ini”. Maka marikita lawan konsep zaman ini yang mengatakan you are so special, sehingga ketika engkau tidak diperlakukan spesial, ada sesuatu yang salah dari dunia ini. Lalu kalau kita sadar kita tidak baik, kita mesti tahu perlakuan apa yang seharusnya diberikan kepada orang-orang yang tidak baik. Banyak orang sudah sadar dosa tapi masih pakai kata tetapi, ini namanya pengakuan dosa palsu. Maka Tuhan buang dan di pembuangan mereka mengatakan “Tuhan, kami sadar kesalahan kami”.
Hal ketiga, mereka sadar bahwa Tuhan sudah berjanji mau pulihkan mereka. Ini kesadaran yang penting dipahami setelah di pembuangan. “Kalau Tuhan setia kepada perjanjian, apakah Dia masih setia kepada kami dalam keadaan seperti ini?”. Sehingga mereka melihat janji Tuhan dan perlu iman untuk mengimani itu. Ini pengertian penting untuk kita pahami. Nabi-nabi di pembuangan perlu iman yang kuat, untuk memahami bahwa Tuhan masih mau perbaiki mereka. “Kami sudah sejahat ini, adalah hal yang wajar kalau Tuhan mengabaikan perjanjianNya, adalah hal yang wajar kalau Tuhan mengatakan: Aku menyesal sudah berjanji kepada kamu, Aku menyesal memilih kamu menjadi umat, Aku menyesal jadikan kamu bangsa, Aku batalkan perjanjianKu dan Aku buang kamu selamanya”. Andaikata Tuhan berkata begini, para nabi itu akan mengatakan “kalau begitu jadilah kehendakMu, apa boleh buat, memang itu yang seharusnya”. Maka para nabi itu bergumul di dalam iman untuk melihat masih adakah pemulihan. Yeremia berusaha menguatkan dirinya dengan kepastian bahwa Tuhan masih mau perbaiki bangsa ini. Dalam keadaan seperti ini, Tuhan bangkitkan para nabi dan mengatakan “Aku akan setia pada janjiKu, Aku akan pulihkan kamu, Aku akan kembalikan kamu dari tempat pembuangan ke tempat yang Aku janjikan. Aku akan membuatmu beranak-cucu kembali, Aku akan kirimkan Daud bertahta lagi. Aku akan dirikan kerajaanKu. Engkau tidak akan pernah alami lagi pembuangan ini, engkau selamanya menjadi milikKu. Lihat, engkau sudah ditulis di telapak tanganKu dengan ukiran yang menyakiti kulitKu”, itu kalimat yang menyakitkan, mengharukan sekali. Tuhan mengatakan “tanganKu sudah digores-gores dengan luka, dituliskan namamu di situ”. Jadi Tuhan akan pulihkan kembali. Dan ketika para nabi melihat keadaan yang tidak mungkin, mereka mengatakan “kami mau percaya janji Tuhan, bukan keadaan yang kami lihat sekarang”. Maka mereka mengatakan “kami mau melihat janji Tuhan, kami sudah bertobat. Tapi di dalam pertobatan pun kami tidak berani memohon supaya Tuhan menyatakan janji. Tapi setelah mendengar kalimat Tuhan sendiri, kami mengatakan kami berani berharap supaya Tuhan pulihkan kami”. Inilah periode emas, di dalam pembuangan mereka menghasilkan teologi seperti ini. Lain dengan ketika mereka sudah mendirikan Bait Allah, second temple, Bait Allah di bawah Ezra, Nehemia. Belakangan, selain tulisan para nabi tentunya, tulisan mereka kembali kepada refleksi yang lain. Refleksi tentang tata ibadah, bagaimana harus beribadah, siapa yang boleh jadi umat Tuhan, kalau ibadahnya seperti ini adalah umat Tuhan, kalau tidak seperti ini bukan umat Tuhan. Akhirnya teologi Farisi mulai berkembang. Teologi Farisi tidak berkembang di pembuangan, di pembuangan tidak ada self-righteousness, tidak ada perasaan benar. Tapi ketika mereka kembali, ini muncul lagi.
Saudara tahu mengapa Yesus dipaku di atas kayu salib? Ini insight penting yang saya dapat dari sebuah commentary, dikatakan Yesus dipaku di atas kayu salib ini menandakan kutuk, harus dinyatakan dengan orang digantung. Karena orang yang terkutuk tidak boleh ada di sorga, sorga tempat yang suci. Orang yang dikutuk juga tidak boleh ada di bumi. Ini hal baru yang saya dapatkan di commentary itu, karena bumi mau dipulihkan. Maka orang yang dikutuk tidak dapat tempat di bumi dan tidak dapat tempat di sorga. Tempat mereka bukan di bumi milik Tuhan ini. Jangan mengatakan bumi terkutuk dan orang terkutuk ada di bumi. Orang terkutuk tidak boleh ada di bumi milik Tuhan karena Kerajaan Allah akan mengambil alih tempat ini, dan mereka yang dikutuk akan disingkirkan dari bumi. Sorga tidak boleh identik dengan kutuk, bumi tidak boleh identik dengan kutuk, maka Yesus mati tergantung antara sorga dan bumi. Inilah tanda pembuangan sejati, pembuangan harusnya bukan di bumi, bukan di sorga, tapi di tempat selain bumi dan sorga. Maka Kristus menjadi kutuk karena kita sudah dibuang. Pembuangan kita diambil oleh Dia dan di dalam Dia pembenaran kita terjadi. Ini kalimat yang sangat penting untuk kita pahami dengan jelas. Maka Paulus mengatakan karena kita percaya kepada Allah meskipun tidak ada alasan kalau lihat diri kita, kita terlalu jahat, tapi kita percaya kepada Allah, sama seperti Abraham tidak ada alasan tapi tetap percaya. Israel di pembuangan tidak ada alasan percaya janji Tuhan tapi mereka tetap percaya. Maka di bagian ini Paulus mengatakan “Tuhan berikan janji ini kepada kamu juga, bukan hanya kepada Abraham saja. Karena Tuhan melihat diri umat sebagai satu kesatuan yang utuh”. Tuhan tidak melihat Abraham secara individu, Tuhan tidak melihat Daud secara individu. Bayangkan ketika Tuhan berjanji, Tuhan sangat cinta Abraham, Tuhan sangat menghargai Abraham, Tuhan begitu akrab dengan Abraham dan Tuhan mengatakan “anakmu akan menjadi berkat”. Tuhan tidak pernah melihat satu orang tanpa melihat siapa ada di belakang orang itu. Maka bukan hanya Abraham yang Tuhan kasihi, tapi semua orang yang diwakili orang Abraham. Maka Paulus mengatakan “kamu pun sama, kamu pun diwakili oleh Israel di dalam pembuangan. Kamu pun diwakili oleh Kristus mati di atas kayu salib dan kamu pun diwakili oleh Kristus mendapat kutukan, mendapatkan hukuman. Sehingga kamu diwakili oleh Abraham mendapat berkat yang Tuhan janjikan. Ini hal yang sangat indah tapi juga mengerikan. Tuhan janji kepada Abraham untuk berkat, tapi Tuhan timpakan AnakNya sendiri kutukNya. Maka di dalam bagian ini dikatakan Yesus diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita. Baru selanjutnya Paulus mengatakan sebab itu kita hidup oleh iman. Saudara hidup dimana? Keadaan kita mungkin seperti pembuangan. Saya tidak tahu keadaan Saudara seperti apa, tapi terkadang kita melihat ada sengsara yang mirip orang di pembuangan. Mungkin kita hidup sulit, mungkin kita hidup dengan pergumulan-pergumulan yang tidak terpecahkan. Tapi Paulus mengajak kita untuk melihat Israel di pembuangan mendapat harapan yang digenapi di dalam Kristus. Demikian kamu dihidupmu sekarang dapat penggenapan di dalam Kristus. Maka apakah yang akan membuat kita tidak berharap? Tidak ada, karena kasih setia Tuhan, kasih karunia sudah dicurahkan. Kasih karunia, charis, ini adalah padanan dengan hesed di Perjanjian Lama. Hesed adalah pernyataan Tuhan sendiri, “Aku adalah Allah yang penuh kasih karunia, kasih setia dan kebenaran”, ini kata yang sama. Maka ketika Paulus mengatakan kasih karunia, orang langsung ingat hesed, Tuhan memberkati Israel dengan menggunakan namaNya. Dia mengatakan “Aku adalah Allah yang setia. NamaKu kasih setia dan kebenaran”, berarti janji Tuhan akan jadi karena Tuhan, bukan karena Israel. Karena Tuhan dan bukan karena kita. Maka Paulus mengatakan imanmu akan tahan uji kalau kamu tahu kamu di dalam Kristus, imanmu akan tahan uji karena kasih karunia sudah diserahkan, sudah dikaruniakan kepadamu melalui Kristus.
Maka di dalam hari-hari menjelang kita masuk dalam Kebaktian Jumat Agung dan Paskah, biarlah kita tahu apa yang Kristus lakukan yaitu membuat kita menjadi umat di dalam Tuhan. Umat buangan yang diperbaiki oleh Tuhan, dikoreksi oleh Tuhan, ditebus oleh Tuhan melalui Kristus. Dia menjadi kutuk bagi kita. Sebelum kita tahu berapa mengerikannya kutuk ini, kita sulit menghargai salib. Ketika kita merefleksikan Israel di pembuangan, baru kita tahu berapa mengerikannya kutuk Tuhan itu. Dan ketika Kristus tanggung, kita akan menghargai apa itu pembenaran, apa itu dianggap benar oleh Tuhan, apa itu dijadikan orang benar oleh Tuhan. Abraham dijadikan orang benar oleh Tuhan dan kita semua dijadikan orang benar. Mari kita belajar menghidupi identitas ini menjadi milik Kristus yang menghidupi kebenaran yang Tuhan sudah berikan. Kiranya Tuhan menguatkan dan memampukan kita untuk menghidupi hidup dengan makna salib.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)