(Lukas 12: 1-12)
Di dalam ayat 1, Yesus berkotbah kepada para murid, ribuan dari mereka sudah berkumpul, berdesak-desakan untuk menerima pengajaran dari Tuhan Yesus. Lalu Yesus langsung memisahkan murid-muridNya dengan orang-orang Farisi. Dia mengatakan “waspadalah terhadap ragi” yaitu kemunafikan orang Farisi. Kalau di dalam pasal 11, Yesus menegur orang Farisi dan Ahli Taurat dengan teguran celaka. Di dalam Kitab Bilangan dan Ulangan, Tuhan menyatakan ada dua pesan bagi orang Israel. Dia akan menyatakan berkat jika Israel taat, dan kutuk jika Israel memberontak. Berkat dan kutuk ini Tuhan janjikan kepada umat Tuhan. Maka antara kasih yang penuh dengan kehangatan, kasih yang penuh dengan keakraban, kasih yang penuh dengan relasi yang indah dan cinta, Tuhan nyatakan di satu sisi. Tapi di sisi lain Tuhan akan buang jika Israel memberontak. Mengapa tema ini diulang terus? Di dalam Ulangan, Imamat, Bilangan dinyatakan, lalu di dalam kitab nabi-nabi berkali-kali Tuhan menyatakan bahwa Tuhan buang mereka, yaitu Israel ke pembuangan karena apa yang Tuhan sudah nyatakan di awal, yaitu jika mereka memberontak, Tuhan pasti akan buang. Di sini kita belajar hal yang penting dari Tuhan, bahwa Tuhan kita mempunyai sifat yang sepertinya begitu bertolak belakang, sulit kita pahami ini dalam diri satu Allah yang Esa. Alkitab menyatakan bahwa takut akan Tuhan itu permulaan dari hikmat, siapa mau punya hikmat, siapa mau mengerti bagaimana hidup di dunia ini, siapa mau mengerti bagaimana menjalani hidup yang penuh dengan berkat, harus kenal Tuhan, harus terima Tuhan sebagaimana Dia menyatakan diri. Jadi orang Kristen pasti tidak mudah, Saudara harus belajar tentang Tuhan, mesti bergumul, menerima firmanNya, menggumulkan firmanNya. Orang Farisi punya tradisi yang sangat dihormati, mereka adalah yang memperjuangkan dengan giat apa yang Tuhan nyatakan bagi Israel. Jadi mereka mau hidup kudus dan mereka mau seluruh Israel hidup kudus. Mereka membuat peraturan yang berat sekali yaitu seluruh Israel mesti jalankan tugas dan kewajiban para imam. Jadi syarat imam bagi mereka adalah syarat semua orang, harus ketat, harus suci, harus setia. Dan mereka sendiri jalankan apa yang mereka nyatakan. Orang Farisi itu bukan orang yang ajar tapi tidak lakukan, berikan standar tapi sendiri tidak lakukan, tidak seperti itu. Mereka sangat ketat.
Maka yang dimaksudkan munafik bukan antara ajaran dan tindakan lain. Karena orang Farisi akan berani menantang kita mengatakan “buktikan kepada saya mana poin dari Kitab Taurat yang saya gagal jalankan, silahkan beri tahu. Kamu akan tahu saya jalankan semua”. Tapi apakah yang salah dari orang Farisi? Yesus mengatakan “kamu munafik”, munafik di dalam pengertian Taurat, di dalam pengertian Perjanjian Lama berarti memberikan standar yang jauh lebih rendah dari standar Tuhan. “Kamu orang munafik”, karena membuat standar sendiri lalu jalankan kemudian berbangga hati “saya sudah kerjakan”. Ini namanya kerohanian palsu, bikin standar rohani yang dia sendiri bisa lalui lalu nyatakan ini sebagai standar umum. Itu sebabnya Yesus mengatakan di ayat 2, hati-hati terhadap kemunafikan, tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak dibuka, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Tuhan sedang mengatakan percuma bertindak palsu, percuma berakting rohani karena Tuhan mengetahui hati. Kita ini punya kecenderungan untuk mengkonfirmasi diri kita di dalam penerimaan kelompok. Kita ini terbiasa menerima diri kita sesuai dengan penerimaan kelompok terhadap diri kita. Dan Saudara jangan pikir ini bisa kita tolak, Saudara dan saya tidak bisa tolak ini, Saudara dan saya tidak bisa hidup di luar komunitas. Dan karena itu Saudara dan saya perlu penerimaan dari komunitas. Itu sebabnya tanpa komunitas gereja yang baik, tidak mungkin ada orang yang bertumbuh dengan baik. Ada orang-orang cinta Tuhan tapi tidak pamer, cinta Tuhan tapi diam-diam. Tuhan sudah bilang suatu saat akan Tuhan bongkar. Siapa yang murni cinta Tuhan, Tuhan akan nyatakan. Siapa yang diam-diam tapi terus giat bagi Tuhan, Tuhan akan nyatakan. Siapa yang pamer tapi kosong, itu juga Tuhan akan nyatakan. Maka di sini Yesus memanggil murid-muridNya dan menyatakan “jangan ikut ragi orang Farisi, jangan ikut kemunafikan mereka. Kerja apa pun dengan setia, suatu saat Tuhan akan nyatakan”. Tuhan akan buktikan siapa umatNya siapa bukan, siapa sejati siapa palsu, siapa beriman siapa tidak, Tuhan akan bongkar itu semua. Maka dikatakan di ayat 4 “Aku berkata kepadamu hai sahabat-sahabatKu, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi”. Yesus mengatakan kepada kelompok ini “kamu adalah sahabatKu, engkau adalah sahabatKu” dan ini kandungannya begitu indah sekali.
Orang Yunani dan Yahudi mempunyai konsep persahabatan yang sangat baik sekali. Aristotle memulai pembahasan ini ketika dia mengajarkan etika. Ada satu bagian yang berbicara tentang pertemanan, jadi filsafat juga membahas tentang teman. Orang-orang zaman dulu suka mengeksplore tema-tema yang sangat aplikatif dan detail. Apa itu pertemanan, apa itu kepahlawanan, apa itu menjadi teman bagi yang lain, apa itu komunitas yang baik. Aristotle menulis di dalam bukunya, dia mengatakan seorang teman mempunyai visi yang sama, cinta dan kebajikan diikat bersama-sama. Mempunyai dasar dari pandangan hidup yang sama, diikat oleh hal yang dalam, bukan hal yang dangkal, diikat oleh sesuatu yang fodasional, yang dalam, bukan yang dangkal. Maka kalau Saudara berkumpul sebagai kelompok dan ditanya “apa yang menyatukan kamu?”. dan kita mengatakan “yang menyatukan adalah kita sama-sama penggemar ikan cupang”, ini kumpulan yang jelek. Kalau orang berkumpul dan ditanya “apa yang membuat kamu berkumpul?”, “sedang berburu pokemon”, ini kelompok lebih jelek lagi. “Apa yang membuat kamu berkumpul?”, “semangat kebangsaan yang sama”, agak dalam. “Apa yang membuat kamu berkumpul?”, “jiwa kepahlawanan yang sama”, lebih dalam lagi. “Apa yang membuat kamu berkumpul?”, “darah Kristus”, ini sudah paling dalam. Yang membuat orang Kristen menjadi satu jauh lebih dalam dari apa pun yang membuat dunia ini bisa bersatu. Itu sebabnya saya sangat rindu membahas lebih dalam tentang fellowship, ini berkait dengan begitu banyak hal. Dan kadang-kadang gereja hanya memahami cuma di kulit apa itu fellowship, sedangkan Alkitab membahas sangat dalam. Jika relasi pertemanan itu diisi oleh orang-orang yang berfokus ke diri pasti rusak. Kalau diri menjadi fokus, tidak ada harapan persekutuan itu bisa bertahan. Yesus menyebut kita sahabat-sahabatNya dan di dalam Injil Yohanes dikatakan “Aku menyerahkan nyawaku bagi sahabat-sahabatKu”. Dia menganggap kita sahabat dan Dia hidup untuk kita, Dia menyerahkan diriNya untuk kita. Inilah berita yang indah sekali dari Kekristenan. Itu sebabnya saya ingin tahu versi Kristen tentang persekutuan itu apa, fellowship itu apa. apakah kita sekedar kumpul-kumpul, sharing, mengaku dosa, pulang, cuma itukah? Adakah hal yang lebih dalam dibahas di dalam persekutuan orang Kristen? Ternyata ada dan itu jauh lebih dalam dari Aristotle, jauh lebih dalam dari Epictetus. Saya tahu di dalam buku Filipi. Maka Yesus mengatakan “Aku menyerahkan nyawaKu bagi sahabat-sahabatKu”. Lalu Dia ucapkan kalimat yang orang Yunani sudah pegang yaitu tidak ada hal yang lebih indah dari pada seorang sahabat yang menyerahkan nyawa untuk yang lain. Ini untuk orang-orang yang mengerti bahwa dia lebih tidak penting dari pada komunitas, “saya adalah orang yang unik, saya adalah orang yang tidak ada yang bisa samai, tetapi saya harus melebur diri demi komunitas. Komunitas ditunjang oleh saya, saya berkorban demi komunitas, saya hidup demi komunitas, bahkan kalau perlu saya mati demi komunitas”, inilah yang membuat manusia mempunyai kelompok yang membuat hidup mereka makin limpah. Mengapa kita begitu kosong dan kering? Karena kita mencari penghiburan untuk kita sendiri, “saya tidak menemukan kenyamanan di dalam komunitas yang baik. Saya menemukan kenyamanan di dalam saya”. Kalau saya berfokus ke saya, maka apa yang harusnya memberikan kenikmatan tetap memberikan kekosongan kepada saya. Yang perlu diubah itu fokus, kalau saya terus ke diri dan orang lain juga terus ke dirinya sendiri, akhirnya komunitas itu menjadi komunitas yang saling memanfaatkan. Orang Puritan juga punya prinsip yang sama “hidup dengan benar supaya bisa mati dengan mulia”. Jadi saya memperhatikan hidup saya dan mati saya. Sehingga ketika Yesus mengatakan “sehingga kamu harus rela mati bagi sahabatmu”, di dalam pengertian rela mati juga ada pengertian hidup benar, karena orang Kristen tidak hanya mencari finish, lihat semua, lihat bagaimana saya jalani hidup sekarang. Maka rela mati itu berarti rela menghabiskan hidup demi komunitas. Lukas adalah orang Yunani dan dia menulis kitab yang sangat berbau Yahudi. Lukas orang yang luar biasa, Saudara kalau baca Injil Lukas, sangat berbau Yahudi, dia sangat mengerti konsep, kebiasaan orang Yahudi. Tapi dia juga orang Yunani, maka dia mengerti konsep persahabatan.
Dan di dalam konsep orang Yunani, persahabatan itu kurang klop kalau tidak punya musuh yang sama. Yesus mengatakan “sahabat-sahabatKu, jangan takut terhadap mereka” mereka itu adalah orang Farisi, mengapa orang Farisi menjadi musuh? Karena Yesus baru tegur mereka di pasal 11. Jadi Yesus tegur mereka dan mereka marah. Jangan pikir orang Farisi itu hanya ahli teolog, ahli-ahli agama yang kerjaannya duduk di perpustakaan baca buku, mereka adalah pejuang kemerdekaan yang sangat mampu membunuh orang. Sudah banyak dari sejarah Yahudi, dimana orang dihakimi oleh orang Farisi, dijatuhi hukuman mati dan dilempar batu sampai mati. Memang benar di zaman ini, zaman ketika Tuhan Yesus melayani, Roma tidak mengijinkan mereka membunuh orang, tapi mereka punya trik untuk mengatasi hukum ini. Mereka punya trik yaitu kalau ada orang dijatuhi hukuman mati, mereka akan membuat eksekusinya itu seperti ada kerusuhan, lalu orang yang mati ini dianggap korban kerusuhan. Waktu orang Roma marah “mengapa kamu hukum mati orang?”, “tidak, kami tidak hukum mati”, “mengapa orang itu mati”, “dia itu korban kerusuhan”. Jadi cara yang sangat kejam ini melindungi mereka dari hukuman Roma. Dan banyak orang sudah mati di tangan mereka. Jadi Tuhan Yesus tidak pilih lawan yang gampang Dia permainkan. Yesus menegur Farisi meskipun mereka sangat bahaya, meskipun mereka mempunyai kekuatan untuk membunuh Yesus. Orang Farisi itu sangat benci Yesus, karena mereka menganggap diri mereka sebagai sekte, kelompok yang paling diberkati Tuhan, karena muridnya paling banyak. Tapi Tuhan mengatakan “jangan takut, mereka cuma bisa bunuh tubuh” tapi ada yang berotoritas lebih dari itu yaitu setelah membunuh sanggup membuang jiwa ke dalam neraka yaitu Tuhan. Maka Yesus mengatakan “takutlah akan Tuhan dan kamu harus bersyukur karena Tuhan yang ditakuti ternyata tidak membenci kamu”. Tuhan sanggup membuang jiwa kita ke neraka, tapi Tuhan memutuskan untuk simpan jiwa kita bagi kemuliaanNya. Tuhan sanggup lempar kita ke neraka tapi Tuhan memutuskan untuk menghukum Anak TunggalNya demi kita menjadi anakNya. Jadi yang paling ditakuti sekarang sudah menjadi sahabat, yang paling ditakuti sekarang mengasihi kita. Sekarang kita tidak takut apa pun. Kita mau takut dunia ini? Dunia ini kalah sama Tuhan. Takut setan? Setan akan diinjak oleh Tuhan. Lalu ayat selanjutnya mengatakan “bukankah burung pipit dijual 5 ekor 2 duit? Sungguh pun demikian tidak seekor pun dari padanya akan dilupakan Allah”, ini bukan burung haram tapi halal. Jadi Yesus sedang mengatakan ada burung-burung yang ditangkap untuk dimakan, untuk dipersembahkan, harganya murah sekali. Tapi mereka pun Tuhan pelihara, Tuhan tentukan hidup mereka, Tuhan tentukan kapan mereka mati. Menikmati Tuhan bukan menikmati sehat, kadang-kadang sehat membuat kita menikmati Tuhan, kadang-kadang tidak. Menikmati Tuhan, bukan menikmati kaya. Kadang-kadang kaya membawa kita ke dalam kesalehan kalau kita tahu bagaimana menggunakan uang, kadang-kadang kaya membawa kita ke dalam dosa. Menikmati Tuhan di dalam segala keadaan, itulah yang Tuhan mau ajarkan.
Lalu ayat 8 mengingatkan “setiap orang yang mengakui Aku, Anak Manusia akan mengakui dia. Jika engkau sahabatKu, jangan takut sama orang Farisi. Proklamirkan namaKu, jangan tolak fakta bahwa kamu adalah umatKu. Jangan menyangkal Tuhan”. Dikatakan “jika engkau tidak menyangkal, Aku juga akan mengakui kamu di depan malaikat-malaikat Allah”. Tapi ayat 9 “barangsiapa menyangkal, dia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah”, maksudnya ini semua sekali lagi berkait dengan tema friendship, dengan tema fellowship, persekutuan itu harus dengan komitmen dan dedikasi yang sama. Sebesar dedikasi saya kepada kamu, demikian besarnya dedikasi kamu kepada saya. Sebesr dedikasi saya kepada komunitas ini, demikian dedikasi dari semua orang di komunitas ini. Adalah hal yang sangat indah kalau gereja dipenuhi dengan orang yang dedikasinya sama, sama-sama rela berkorban, sama-sama rela berjuang, sama-sama habis demi menyatakan kemuliaan Tuhan, sama-sama mengerjakan apa yang Tuhan mau, ini jadi persekutuan yang luar biasa. Saya terus mendoakan gereja Tuhan menjadi seperti ini. Maka Yesus mengatakan “sama seperti Aku mendedikasikan diriKu kepadamu, demikian engkau mendedikasikan dirimu kepadaKu”. Yesus berdedikasi dalam hal disamakan dengan komunitas ini. Ini komunitas yang dipilih Tuhan,tapi komunitas pemberontak, komunitas orang berdosa dan cemar. Yesus datang di tengah mereka, lalu mengatakan “Aku ambil hukumanmu, Aku tidak malu dianggap sebagai pemberontak, meskipun Aku tidak pernah memberontak”. Yesus tidak pernah berdosa, tapi dihitung di antara orang berdosa. Ayat 10 “siapa orang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, dia akan diampuni. Tapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, dia tidak akan diampuni”, ini kalimat muncul di Matius, apa kaitan ini dengan bagianbagian lain. Bagian ini sedang mengatakan bahwa ketika orang mengakui Yesus dengan berani, di dalam keadaan dia harus kehilangan nyawa, jangan lupa di sini ada pekerjaan Roh Kudus yang besar, sehingga siapa yang tolak kesaksian seperti ini, tidak ada pengampunan. Ini bukan berbicara kalau orang menyangkal berarti dia menghujat Roh Kudus, ini bicara ketika orang tidak menyangkal dan menyatakan kesaksian di ayat 12, dia sedang memberikan satu pernyataan yang besar sekali bahwa Roh Kudus sedang bekerja. Dan orang yang menyangkal kesaksian ini akan dihakimi selama-lamanya. Ketika orang menjadi martir, menyatakan Injil lalu dia mati, pada waktu itu dia sedang memberikan pesan “setiap orang yang lihat dan mendengar pesan ini, lalu menolak, dia sedang menghujat Roh Kudus”. Jadi siapa bisa menghujat Roh Kudus? Yang menghujat Roh Kudus adalah yang melihat utusan Tuhan dibunuh demi Injil, tapi tetap hatinya tidak tergerak untuk berita Injil. Lebih celaka lagi kalau orang dengan tangan sendiri memegang pedang untuk penggal orang Kristen yang menyaksikan Kristus, yang memberikan berita tentang Kristus dan dia tidak tergerak untuk percaya Kristus, orang ini sudah menghujat Roh Kudus. Jadi apa menghujat Roh Kudus? Di dalam pengertian di Matius, menghujat Roh Kudus berarti sudah lihat Yesus melayani, Yesus adalah penggenapan janji Tuhan dan tetap ditolak, dan itu menghujat Roh Kudus. Kedua, di dalam Lukas, menghujat Roh Kudus berarti ada saksi yang rela mati demi berita itu, menyatakannya dengan kematian, dengan kesaksian yang besar, dan orang tetap tolak, orang itu sedang menghujat Roh Kudus. Maka di dalam ayat 12 dikatakan “jangan takut Roh Kudus akan mengajarkan apa yang akan kamu katakan dan kamu akan menjadi saksi yang begitu penting, sehingga orang menolak kesaksianmu, dia menghujat Roh Kudus”. Bagaimana mungkin kita menyaksikan Kristus di tengah-tengah kesulitan? Apakah mungkin kita menyaksikan tentang Kristus kalau kita diancam mati. Dalam keadaan damai seperti ini, kita mungkin tidak berani bilang “iya”. Tapi begitu bahaya mengancam, baru tahu yang mana yang benar-benar punya kekuatan. Tapi mari kita dengan rendah hati dan gentar mengatakan “Tuhan ketika waktunya tiba, saya tidak akan kuat. Tolong saya untuk kuat, tolong saya untuk berani menyatakan namaMu, tidak menyangkal namaMu”.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)