(Lukas 10: 13-24)
Di ayat 13-16, Yesus mengecam kota-kota yaitu Khorazim, Betsaida dan Kapernaum. Lalu Yesus memparalelkan kota-kota ini dengan Tirus dan Sidon, dan menyindir mereka, “kalau Tirus dan Sidon sudah mengenal Aku, mereka pasti tidak binasa. Tapi kamu menolak Aku, hukumanmu akan lebih besar dari Tirus dan Sidon”. Ketika orang melihat Lukas, seringkali Lukas membahas sesuatu yang ada di dalam nabi, baik Yesaya mau pun Yehezkiel. Sehingga ketika orang membaca tulisan-tulisan dari Lukas, langsung mengingat ada bayang-bayang dari Yesaya atau pun Yehezkiel yang muncul. Maka waktu Lukas mengutip dari Yesus Kristus “celakalah Khorazim, celakalah Betsaida, karena kalau di Tirus dan Sidon terjadi mujizat di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat”, orang langsung ingat kalimat “celakalah kota ini, celakalah negara ini”, itu sering diucapkan para nabi. Nabi-nabi berkotbah bukan hanya menyampaikan Firman kepada Israel saja. Mereka bertugas untuk memperingatkan bangsa-bangsa lain juga. Tuhan adalah Allah atas Israel, tapi Dia juga adalah Allah atas bangsa lain. Inilah tema utama mengapa nabi-nabi sering mengucapkan ucapan penghakiman bagi bangsa-bangsa lain. Mengapa bangsa lain harus dihakimi? Karena bangsa lain pun adalah bangsanya Tuhan. Tuhan adalah Raja atas seluruh bangsa, bukan hanya Israel. Sedangkan dulu dalam dunia Perjanjian Lama, orang punya konsep setiap raja punya dewanya sendiri, setiap kerajaan punya berhalanya sendiri. Dan biasanya kerajaan apa pun akan pertahankan berhala mereka. Maka di sini kita lihat ada ingatan terhadap Tirus lalu ada ingatan terhadap kehancuran Raja Babel, yang keduanya menggambarkan pemberontakan setan. Lukas dengan sangat brilian langsung ingatkan kita bahwa Yesus pun bicara tentang setan setelahnya. Waktu murid-murid pulang mengatakan “Tuhan, roh-roh jahat pun takluk kepada kami”, lalu Yesus mengatakan “Aku melihat setan turun dari langit seperti kilat”, ini maksudnya iblis dilempar cepat sekali seperti kecepatan kilat. Banyak orang yang mengaku mau ikut-ikutan setan, itu ambil simbol ini, simbol petir, katanya ini simbol setan. Bagi saya orang yang mengatakan ini simbol setan adalah orang yang kurang belajar. Karena ini adalah simbol kejatuhan setan, bukan kemenangan. Mau jadi pengikut setan yang diingat kok kekalahannya, itu aneh.
Karena Yesus mengatakan iblis dihancurkan dengan cara dilempar, begitu cepatnya dilempar, kecepatannya seperti petir. Jadi ini lambang kekalahan. Yesus mengatakan setan dilempar seperti halilintar, dilempar jatuh, ini adalah kekalahan yang Yesus lihat sedang terjadi dan Dia nubuatkan akan terjadi. Kapan genapnya? Kitab Wahyu mengatakan waktu Yesus diangkat ke sorga, setan dilempar ke bumi. Waktu Yesus kembali ke bumi, setan dilemparkan ke lautan api. Jadi dimana pun ada Yesus, setan tidak berhak ada. Maka waktu Tuhan usir, Tuhan pun usir pakai periode yang khusus. Setan masih boleh datang ke sorga, msaih boleh datang ke hadirat Tuhan. Ingat di dalam Kitab Ayub, para malaikat datang di tengah-tengahnya ada iblis, lalu iblis diskusi dengan Tuhan, “saya baru keliling dunia”, Tuhan mengatakan “kamu lihat Ayub, hambaKu, setianya luar biasa”, setan mengatakan “karena Engkau baik maka dia setia, coba kalau dia miskin, masih setia tidak. Orang kalau kaya gampang setia, kalau miskin bagaimana?”, maka Tuhan mengatakan “silahkan ambil hartanya”. Setelah harta diambil, anak-anak pun mati, tetap setia. Tuhan bilang “lihat, hambaKu tetap setia”, iblis mengatakan “karena tubuhnya sehat, orang kalau sakit, mana bisa setia”, Tuhan bilang “silahkan, tapi jangan sentuh nyawanya”. Jadi iblis bisa bicara dengan Tuhan, kapan dia dilempar? Waktu Yesus genap penebusanNya, naik ke sorga, dalam Kitab Wahyu dikatakan pada waktu itu setan dilempar ke bumi. Dan waktu dia dilempar ke bumi, dia bangun, dia sadar sudah dikalahkan, waktu dia tinggal sedikit sebelum dia dilempar ke lautan api, maka dia dengan giat menjangkau seluruh penduduk bumi untuk menyesatkan, karena dia tahu waktunya sudah dekat. Pak Stephen Tong pernah mengatakan setan saja punya teology of time, orang Kristen “masih lamalah, umur masih 58, masih lama”, “jadi kapan penginjilan?”, “nanti kalau sudah 82, sekarang masih 58”, kita terlalu santai, masih lama. Mengapa lama? Karena tidak sadar krusialnya waktu, tidak sadar bahwa waktu itu begitu singka. Jadi Saudara mesti punya kepekaan akan waktu, waktunya tidak sampai lama. Waktu setan dilempar ke bumi, dia sadar waktunya tidak lama, maka dia giat menyesatkan seluruh bangsa.
Orang Kristen harus punya niat “kalau setan giat sesatkan seluruh bangsa, saya mesti giat tarik bangsa-bangsa untuk kembali kepada Tuhan”, ini harusnya sikap yang dimiliki orang Kristen. Maka Yesus sudah menubuatkan setan akan dihancurkan, dilempar dengan sangat keras seperti petir dari langit ke bumi. Ini nubuat tentang kekalahan setan dan Yesus mengatakan “sesungguhnya Aku memberikan kuasa kepadamu menginjak ular, menginjak kalajengking”. Tuhan mempunyai kuasa begitu besar, sehingga Dia tidak mengijinkan murid-muridNya mengalami keadaan dimana mereka harus takut kepada roh jahat. Banyak sekali orang Kristen terlalu lupa bahwa Allah kita adalah Allah yang menakutkan. Kita lebih takut setan dari pada takut Tuhan. Padahal Alkitab mengatakan “takutlah kepada Tuhan”. Kalau Dia marah, Dia bisa melemparkan tubuhmu dan jiwamu ke dalam kebinasaan kekal. Siapa bisa lakukan ini selain Tuhan. Maka Alkitab terus mengajak manusia untuk gentar di hadapan Tuhan. Tapi kita masuk dalam b udaya dimana setan itu merajalela, dia justru yang ditakuti. Saudara kalau lihat tempat yang mengerikan, langsung bilang “roh jahat, setan”, yang lebih mengerikanlagi kalau dengar karya besar di orgen besar, waktu lihat gedung gereja begitu besar dengan misteri gelap di atas, kemudian warna-warna jendela yang berwarna-warni, Saudara bingung di dalam dan mengatakan “ngeri ya, seperti rumah drakula”, drakula yang ditakuti. Mengapa takut drakula? Drakula bukan tuan, dia bukan tuan atas segala t uan. Yang harus ditakuti adalah Tuan atas segala tuan. Dimana-mana cerita setan itu ada. Kita terus dibiasakan untuk takut setan. Tapi Tuhan mengatakan “kamu akan injak setan”, engkau akan injak setan kalau punya persekutuan dengan Kristus. Yang injak memang bukan kita, yang injak Tuhan, tapi Tuhan bagikan kemenangan ini kepada kita. Dia mengatakan “Aku menang dan kamu pun akan berbagian di dalam kemenanganKu”. Jadi kalau kita gentar kepada Kristus, takut menyakiti hati Allah, tahu bahwa Allah ada Penguasa di langit dan di bumi, dan Dia memberikannya kepada Kristus, tidak ada tempat di hati kita untuk takut kepada roh jahat. Hal yang paling menakutkan dari hantu adalah tipuannya. Kalau setan sudah tipu Saudara, itu yang bahaya.
Kalau setan sudah bikin Saudara merasa sedang ikut Tuhan padahal sedang ikut setan, itu yang paling bahaya. Maka yang dia lakukan adalah dia bikin tiruan dari Kekristenan yang mirip sekali, dia bikin tiruan pendeta palsu tapi asli. Kitamesti belajar bagaimana membedakan yang asli dari Tuhan dan yang palsu. Ini hal yang sangat penting untuk kita ketahui. Demikian juga dengan setan, mereka akan tiru mirip sekali. Ini membuat kita ketakutan “Tuhan, bagaimana supaya saya tahu yang benar? Tolong supaya gerejaMu dipelihara karena tipuan setan mirip sekali. Dan kami yang bodoh tidak bisa membedakan. Berikan hikmat untuk kami membedakan mana dari Tuhan mana bukan. Ijinkan kami menjadi domba yang bisa membedakan suara gembalanya dengan yang bukan”. Ini doa harus kita panjatkan dan kita harus belajar terus untuk tahu mana dari Tuhan dan mana yang tidak. Inilah aspek mengerikan dari setan, dia akan tipu kita dan membuat kita jauh dari Tuhan. Saudara jangan takut aspek lain karena aspek ini yang paling mengerikan dari dia. Tapi mengenai rasa takut dan hormat, mari berikan hanya kepada Allah dan bukan kepada yang lain. Maka Yesus mengatakan “kamu telah Aku berikan kuasa untuk menginjak roh jahat, untuk menginjak ular, untuk menginjak kalajengking”. Tetapi ayat 20, Yesus memberikan hal kedua yang Dia nyatakan. Hal pertama tadi, setan pun akan takluk dan kamu berbagian di dalam kemenanganNya. Tapi bagian kedua Yesus mengatakan “jangan bersukacita karena kamu menang atas roh jahat. Lebih baik bersukacita karena Tuhan kenal engkau”. Di sini dikatakan “bersukacitalah karena namamu terdaftar di sorga”. Apa maksudnya nama terdaftar di sorga? Maksudnya adalah nama kita ada terukir di dalam hatiNya Tuhan. Di sorga tidak ada list daftar masuk seperti kalau kita datang seminar, jangan pikir seperti itu “namaku terdaftar di sorga ya, kalau begitu apakah saya boleh titip absen boleh?”, bukan itu. Yang dimaksudkan terdaftar di sorga adalah Tuhan kenal Saudara, Tuhan tahu Saudara, Tuhan mengasihi Saudara, Tuhan mengenal dan menempatkan tempat dekat dengan Dia bagi Saudara. Inilah sukacita terbesar. Maka Yesus mengingatkan murid-murid meskipun mereka sudah taklukan roh jahat, mereka sudah menangkan banyak kota, jangan lupa Tuhan berbelaskasihan sama mereka dan mengasihi mereka bukan karena mereka sudah memenangkan banyak orang. Kita harus belajar untuk tidak melihat relasi kita dengan Tuhan sebagai relasi prestasi dan penghargaan. Ini hal kedua yang harus kita ingat, hari ini kita belajar 2 poin saja dan nanti ayat 21 dan selanjutnya kita akan bahas dalam pertemuan berikut.
Dua poin ini harus kita ingat sepulang dari sini. Poin pertama Tuhan berikan kuasa kemenangan mengatasi apa pun, mengatasi setan, mengatasi kejahatan, mengatasi dosa sekalipun. Maka marilah hidup di dalam kemenangan itu. Tapi ada hal kedua, Tuhan tidak mengasihi kita karena kita menang, Tuhan mengasihi kita maka Dia ingin kita menang, Tuhan mengasihi kita maka Dia menuntut dan menuntun kita untuk mengalami kemenangan itu. Tapi kemenangan itu bukan alasan Tuhan mengasihi. Kalau Tuhan mengasihi dengan cara seperti ini maka kita akan memberikan sesuatu untuk mendapatkan kasih Tuhan lalu membeli kasihNya dengan prestasi yang kita buat. Tapi bukan ini yang dikatakan Yesus. Tuhan mengenal engkau, bersukacitalah karena itu, bukan karena apa yang telah engkau kerjakan. Saudara jangan pikir ketika kita datang ke sorga nanti level rohani kita dilihat oleh Tuhan, lalu yang rohani paling besar itu yang akan paling Dia sayangi dan dekat dengan Dia. Kita selalu memakai pola penghargaan, apa yang aku kerjakan dan apa upah dari Tuhan. Jadi kita mau membeli kasih sayang Tuhan dengan prestasi. Maka murid-murid pun ada kesalahan seperti ini yang Yesus peringatkan. Mereka sudah pergi kunjungi kota-kota yang Tuhan perintahkan lalu pulang dengan mengatakan “kabar baik Tuhan, saya sudah kerjakan”. Akhirnya prestasi menjadi suatu yang diperlombakan. Banyak kali ini pun terjadi di gereja, “kamu sudah Injili berapa banyak orang minggu lalu?”, “sudah 3”, “kamu berapa?”, “baru 2”, “hmm…dia menang. Tolong teladani dia, dia sudah 3, mengapa kamu baru 2, ayo semangat”. Lalu kita semangat lagi, harus injili 3 orang, kemudian lapor “saya sudah Injili 3 orang”. Saya pikir ada bahaya seperti ini ketika kita pamerkan ada berapa banyak yang sudah kita layani, “saya sudah lakukan ini, menginjili di sini, kotbah di sini, berapa orang sudah dengar. Saya prestasinya tinggi, Tuhan pasti berkenan”. Orang yang tidak mengenal kasih Tuhan tidak mungkin melayani dengan tepat. Kalau pelayanan kita kerjakan demi menerima belas kasihan Tuhan, pelayanan kita sudah salah orientasi. Saudara tidak mungkin digerakan hal seperti itu untuk melakukan pelayanan yang stabil. Kita jadi seperti orang-orang yang ketika kuliah berusaha memenangkan hati dosen dengan prestasi. Di rumah berusaha memenangkan hati papa dan mama dengan prestasi juga. Di masyarakat berusaha memenangkan penghargaan masyarakat juga dengan prestasi. Kita ingin membeli prestasi dengan cara kita hidup untuk dihargai orang. Lalu dengan Tuhan pun kita rasa sama “saya harus berprestasi supaya Tuhan mengasihi saya. Saya harus persembahkan jiwa supaya nanti Tuhan senang sama saya”. Tapi Yesus mengatakan “namamu sudah tercatat sebelum Aku mengutus engkau”. Tuhan sudah mengasihi engkau sebelum Tuhan utus engkau melayani. Tuhan sudah mengasihi engkau sepenuhnya sebelum Dia perintahkan engkau untuk pergi memberitakan Injil. Maka biarlah mindset kita diingatkan kembali, diubah kalau perlu, bahwa Tuhan menerima saya dan itulah alasan saya tergerak melayani Dia. Tuhan mau kerja apa, saya mau, karena Tuhan lebih dulu terima saya. Jangan pikir Saudara bisa beli atau bayar penerimaan Tuhan, itu tidak mungkin. Maka Yesus mengatakan “jangan bersukacita karena kemenanganmu, jangan bersukacita karena berapa banyaknya setan sudah takluk dalam pelayananmu, jangan bersukacita karena berapa banyak jiwa sudah dibebaskan dari kuasa setan, tapi bersukacitalah karena Tuhan mengasihi engkau”.
Hari ini kita akan merenungkan sampai minggu-minggu masuk dalam Paskah. Saya berharap di bulan Maret akhir, kita boleh merayakan Paskah, mengingat, mengenang kembali Kristus dengan cara yang sama seriusnya dengan kita mengenang hari lahirNya. Kita akan adakan kebaktian dari hari Rabu sampai Minggu, dan harap ini boleh menggerakan kita terus untuk mengingat kasih Dia. Ada orang-orang tertentu dalam 40 hari sebelum Paskah sudah bersiap dalam perenungan untuk merenungkan siapa Dia. Saya pikir perenungan tentang salib tidak hanya 40 hari sebelum Paskah, harusnya ada momen-momen terus dalam hidup kita merenungkan hal itu. Tapi hal utama yang kita dapat waktu merenungkan salib adalah cinta kasih Tuhan terhadap saya begitu besar, sehingga Dia menerima saya. Bukan hanya menerima saya, tapi juga menebusa saya. Bukan hanya menebus saya, tapi juga berkorban dan mati bagi saya, bukan karena saya sudah persembahkan sesuatu. Maka kita bisa datang kepada Tuhan dengan mengatakan “inilah saya ya Tuhan”. Billy Graham dalam kebaktian selalu memakai lagu Just As I Am untuk calling. Inilah saya, saya datang apa adanya, saya datang bukan dengan prestasi bahkan dengan kebobrokan. Saya datang bukan dengan kesucian, malah dengan segala dosa yang saya perbuat. Aku ingin bertobat, saya ingin kembali sebab Tuhan sudah panggil saya, dan saya mau kembali kepada Tuhan. Dan penerimaan Tuhan kita terima dengan sempurna.
Penerimaan Tuhan kalau sudah ditemukan dengan sempurna, Saudara tidak perlu tambahkan apa lagi di luar untuk mendongkrak diri Saudara. Banyak orang terjerat dalam cara dunia ini untuk minta penghargaan, untuk minta penghormatan, minta pengakuan, akhirnya seumur hidup selalu kosong. Tapi ada orang yang nyaman dengan penerimaan Tuhan, dengan fakta bahwa “dalam keadaan aku pun Tuhan mau menerimaku, maka kasih itu yang akan menggerakan orang”. Kesucian bukan sesuatu yang bisa diperjuangkan dengan kekuatan sendiri. Seringkali anak muda tanya saya “pak, bagaimana tinggalkan dosa? Bagaimana berjuang meninggalkan dosa?’, saya bilang “kamu selalu akan kalah karena matamu lihat dosa lalu kamu hajar dia”, sama seperti murid lihat roh jahat lalu mau hajar, kamu terus mau hajar dosa. Tapi yang kamu harus lakukan adalah lihat penerimaan Tuhan, Tuhan sudah terima engkau, mkaa pelan-pelan seluruh sifat dalam dirimu yang salah akan kamu tinggalkan dengan kekuatan itu, dengan kekuatan penerimaan Tuhan. Maka mari kita lihat seberapa besar Tuhan sudah mengasihi kita, seberapa besar Dia sudah korbankan diriNya untuk menerima kita. Dan itu menjadi kekuatan bagi kita untuk mengatakan “Tuhan, di dalam penerimaanMu yang tulus, yang penuh kasih dan sempurna terhadap saya yang cacat ini, saya menemukan nilai yang sejati dalam hidup”, maka ini jadi perenungan yang Tuhan ijinkan kita pelajari hari ini. Biarlah kita ingat kuasa Tuhan begitu besar, mari layani Dia. Tetapi jangan lupa cintaNya lebih besar lagi, sehingga kita tidak digerakan oleh satu usaha untuk memenangkan hatiNya, sebab kita sudah mendapatkan cinta kasih Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati, memimpin kita untuk hidup bagi Dia di dalam ketulusan kasih kepada Tuhan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)