(Lukas 9: 28-36)
Ayat 28 dikatakan ketika 8 hari setelah segala ajaran yang Yesus nyatakan yaitu di dalam ayat-ayat sebelumnya mengenai siapa Dia dan bagaimana Dia akan mati itu sudah dibahas di ayat sebelumnya. 8 Hari setelahnya, Yesus ke atas gunung untuk berdoa. Sekarang kita mau lihat hal yang lebih penting dari pada sekedar di gunung mana mereka berada, yaitu mengapa Tuhan mengajak mereka dan apa makna tranfigurasi, pernyataan kemuliaan untuk sementara di atas gunung ini. Di ayat 28 dikatakan mereka pergi ke atas gunung untuk berdoa, ini merupakan kebiasaan yang Kristus lakukan dan satu kebiasaan yang Tuhan mau diikuti juga oleh para murid. Ini merupakan salah satu yang Tuhan Yesus ajarkan dengan tindakan, contoh dan juga ajaran. Dia sering mengasingkan diri dari dunia, mengasingkan diri dari masyarakat untuk boleh berdoa kepada Tuhan. Tidak ada orang yang memandang relasi dengan Allah sebagai hal yang sangat penting lebih dari pada Kristus. Itu sebabnya ketika dia merangkum apa itu hidup kekal di dalam Yohanes 17, dia juga mengatakan hidup kekal adalah mengenal Tuhan dan mengenal Kristus Sang Juru Selamat. Maka pengenalan siapa Tuhan itulah yang mendorong orang mau terus berelasi dengan Tuhan, mau terus mempunyai kerinduan doa kepada Tuhan. Dia mengajak murid-murid pergi ke atas gunung dan berdoa, dan disitu ketika terjadi pemandangan yang menakjubkan, di situ dicatat murid-murid sedang tertidur. Mereka tidur karena mereka hanya melihat rutinitas, mereka tidak melihat makna di balik hal yang sepertinya rutin itu. Ini yang membuat kita sulit untuk konsentrasi, sulit untuk menghargai kebaktian, sulit untuk menghargai Firman, sulit untuk menghargai khotbah karena kita cuma lihat rutinitas yang berputar, tapi kita tidak lihat rutinitas ini seperti roda yang berputar dan roda ini membawa kendaraan sedang menuju satu tempat yang baru. Maka ini yang Tuhan mau ajarkan pada para murid, hal yang kau saksikan yang sepertinya hanya pengulangan, tetap merupakan pengulangan yang mengarahkan iman kita pada satu titik yang baru. Di tempat ini, Yesus mau menyatakan kemuliaanNya dan mereka juga tertidur. Tetapi Tuhan mengijinkan mereka terbangun dengan pemandangan yang sangat luar biasa, disitu digambarkan Kristus mulia menyatakan terang yang jauh lebih terang dari apa pun yang ada di dunia ini. Bukan hanya itu, Dia ditemani oleh Elia dan Musa.
Hal pertama yang kita bisa pelajari adalah Kristus mau menunjukan kepada kita bahwa karena Dia berbagian di dalam natur manusia, maka manusia boleh berbagian di dalam natur kemuliaan ilahi yang Dia mau bagikan kepada kita semua. Tidak ada hal yang Kristus sudah terima, yang Dia tahan dan tidak dibagikan kepada kita. Ini pertama kali disadari oleh seorang teolog bernama Gregory dari Nisa, ia menulis tentang Kristus, dia mengatakan salah satu sifat dari Kristus adalah apa pun yang Dia terima, Dia berikan kepada kita. Allah Bapa memberikan Dia status sebagai Anak yang dikasihi, Dia memberikan status itu kepada kita supaya kita pun boleh menjadi anak yang dikasihi Bapa. Bapa memberikan Roh Kudus kepada Dia, dan Kristus mengatakan “Aku memberikan Roh Kudus kepadamu”. Bapa memberikan kasih kepada Dia, dan Kristus mengatakan “Aku memberikan kasih Bapa ini kepadamu”. Bapa memberikan kuasa atas maut kepada Dia, sehingga kematian tidak bisa menahan Dia dan Dia bangkit pada hari ke-3. Pada 1 Korintus 15 dikatakan Kristus pun memberikan kuasa kemenangan ini kepada kita, tidak ada hal apa pun yang Bapa berikan kepada Kristus, yang Kristus tidak berikan kepada kita. Ini merupakan doktrin Tritunggal yang bagi saya sangat indah, setiap pribadi Tritunggal menerima dari Pribadi yang lain setelah itu meneruskan pada Pribadi yang lain. Tetapi keagungan dari Kristus adalah Dia tidak hanya menerima untuk membagikan kepada Pribadi Tritunggal yang lain, Dia juga menerima untuk membagikannya kepada kita. Beri tahu satu hal, apa yang Yesus dapat yang Dia tidak bagikan kepada kita? Karena Dia berbagian dalam natur manusia, maka manusia boleh berbagian di dalam kemuliaan Tuhan. Ini adalah tema utama bagi orang yang cinta Tuhan di dalam Perjanjian Lama. Musa ketika menyadari Tuhan begitu marah, akan tinggalkan Israel, akan Tuhan biarkan, Musa memohon “Tuhan, sertai kami. Tuhan berjalanlah bersama kami, pimpin kami berjalan di padang gurun ini”. Pertanyaannya adalah mengapa Musa minta Tuhan menyertai? Apakah supaya nanti ada makanan yang cukup bagi Israel? Apakah melulu hanya karena keamanan dan kenyamanan Israel maka Musa mohon Tuhan menyertai? Jawabannya tidak, karena di dalam pernyataan terakhir kita mengetahui motivasi Musa minta penyertaan Tuhan. Musa mengatakan “kalau malaikat yang menyertai, kami tidak mau, aku lebih baik mati saja”, ini pendoa syafaat yang teguh, berdoa minta sesuatu yang dia rela bayar dengan nyawa. Di dalam doanya yang ketiga dia mengatakan “ya Tuhan, mohon perlihatkan kemuliaanMu”, rupanya ini Musa begitu rindu untuk berbagian di dalam kemuliaan Tuhan. Saudara jangan jadikan ini tema asing dalam hidup rohani Saudara, jangan jadikan ini hal yang tidak ada kaitan dengan kerinduan dan permohonan Saudara. Biarlah kita belajar merindukan dan menginginkan melihat kemuliaan Tuhan, biarlah kita belajar mau menikmati berapa mulianya Tuhan, berapa agungnya Dia waktu menyatakan Diri. Padahal di dalam konsep Perjanjian Lama mereka tahu kalau mereka boleh memandang kemuliaan Tuhan, mereka pasti mati. Jadi Musa siap membayar nyawa untuk permintaannya ini “Tuhan, ijinkan aku melihat kemuliaanMu”. Tuhan mengajarkan para murid “mari baik ke atas gunung”, dan Tuhan mengijinkan mereka melihat sedikit apa yang Musa dan para nabi ingin lihat dengan tuntas. Ketika Musa minta “perlihatkan kemuliaanMu”, Tuhan mengatakan “engkau tidak akan melihat wajahKu, engkau akan hanya melihat belakangKu”. Mengapa belum boleh melihat wajah Tuhan? Karena kesempurnaan penebusan baru akan terjadi ketika Kristus datang. Maka kalimat Kristus menjadi sangat agung waktu Dia mengatakan “engkau sudah melihat Aku (wajah masksudnya), engkau sudah melihat Bapa (wajah Bapa maksudnya)”. Jadi apa yang Musa tidak bisa lihat, engkau bisa lihat dengan melihat Kristus. Maka Dia mengijinkan para murid untuk menyadari bahwa Dia rela berbagian di dalam natur manusia, supaya manusia boleh berbagian di dalam kemuliaan Ilahi. Kita semua yang beriman kepada Kristus, akan berbagian dalam kemuliaan ini. Saudara akan menjadi orang-orang yang suatu saat nanti memandang kemuliaan dengan penuh dan limpah. Dan inilah yang Tuhan janjikan kepada kita semua bahwa suatu saat nanti kita semua akan memandang wajahNya tanpa penghalang apa pun.
Lalu hal kedua, bagian ini juga menunjukan kepada kita kemuliaan Kristus yang tak tertandingi melampuai Musa dan Elia. Di dalam ayat 30-31 “dan tampaklah dua orang berbicara dengan Dia yaitu Musa dan Elia. Keduanya menampakan diri dalam kemuliaan dan berbicara tentang tujuan kepergianNya yang akan digenapiNya di Yerusalem”, kata yang dipakai untuk kepergian adalah exodos yang dalam Bahasa Inggris diterjemahkan dengan exodus atau keluaran. Jadi di sini Musa dan Elia menampakan diri dan mereka bercakap-cakap dengan Kristus. Apa yang dipercakapkan? Ternyata mereka mempercakapkan exodus-Nya Kristus. Apak maksudnya exodus-Nya Kristus? Kita bisa memahami ini kalau kita mengetahui apa yang terjadi pada Musa dan Elia. Apa uniknya Musa dan Elia? Dua orang ini mempunyai cara mati yang tidak tertandingi. Di dalam Perjanjian Lama, siapa yang matinya lebih agung dari Elia? Elia waktu harus meninggalkan dunia ini, dijemput dengan kereta berapi. Ini orang matinya luar biasa indah. Bayangkan ada kereta berapi dari sorga datang, ini kerajaan Allah sendiri, lalu Elia boleh naik kendaraan ini kemudian diangkat ke sorga dengan pemandangan yang luar biasa menakutkan sekaligus penuh kemuliaan ini. Adakah orang di dalam Perjanjian Lama yang kematiannya lebih mulia dari Elia? Ada, yaitu Musa, Musa kematiannya lebih agung dari pada Elia. Kalau Elia pakai kereta berapi, Musa pakai apa? Baca Kitab Ulangan, di situ dikatakan ketika Musa waktunya meninggal, tubuhnya masih kuat tidak ada kekurangan di dalam tenaganya, bahkan dikatakan tenaganya makin lama makin besar makin kuat. Musa punya kekuatan luar biasa besar, sampai saat mau mati dia tetap seperti orang belum mau mati. Dengan tubuh yang masih kuat, Tuhan menghantar dia ke tempat dia harus dikubur. Ini kemuliaan lebih besar dari Elia, Tuhan pegang tangan dia lalu Tuhan sendiri yang kuburkan dia. Di dalam Alkitab tidak dicatat bagaimana Musa dikubur dan dikuburkan dimana tidak ada yang tahu. Tapi ada legenda orang Yahudi yang dikutip juga dalam Perjanjian Baru bahwa kuburan Musa itu bukan di bawah tapi diangkat ke atas. Jadi dia mati lalu mayatnya diangkat ke atas. Tapi tidak satu pun dari mereka berani bicarakan kemuliaan exodus mereka dan waktu mereka hadir, yang mereka punya kerinduan hanya bicara tentang exodusnya Kristus. Mengapa exodusNya Kristus yang menjadi tema pembicaraan? Karena kemuliaan meninggalkan dunia ini, Musa, Elia dan Kristus jauh lebih mulia Kristus. Dibandingkan dengan Musa dan Elia, Kristus jauh lebih agung. Maka dua orang ini meskipun mempunyai exodus yang demikian agung, waktu bertemu dengan Kristus, mereka membicarakan exodusnya Kristus. Mengapa kepergian Kristus lebih mulia? Bukankah kita tahu perginya dengan cara dihina, diludahi, dipaku di kayu salib, mati seperti seorang penjahat, apa mulianya itu? Martin Luther ketika membicarakan kematian Kristus, dia mengatakan ini adalah hal yang orang dunia tidak mungkin mengerti. Bagaimana mungkin engkau bisa kagum akan salib Kristus? Kalau saya khotbah tentang salib Kristus siapa di sini yang akan senang dengar? Saudara akan mengatakan “sudah sering dengar, ini hal yang membosankan, mengapa khotbah panjang-panjang? Saya sudah mau pulang, saya tidak mau disiksa dengar khotbah seperti ini”, kita akan berespon seperti ini karena kita tidak peduli Tuhan. Di dalam jiwa kita cuma ada pemberontakan, di dalam jiwa kita hanya ada kemarahan, kebencian dan mau lari dari Tuhan. Itu sebabnya kita tidak mungkin menyukai berita salib, tidak mungkin menyukai berita Firman, tapi kalau Tuhan mengubah kita apa yang dulu kelihatan hina sekarang mulai kelihatan mulia, apa yang dulu kelihatan sebagai sesuatu yang membosankan sekarang mulai kelihatan sebagai sesuatu yang menggairahkan, apa yang dulu kelihatan sebagai kesan yang biasa sekarang menjadi pesan yang sangat luar biasa. Itu sebabnya ketika orang mulai memahami natur dari kelahiran kembali dan perubahan dia makin menjadi nyata, dia akan melihat kemuliaan salib Kristus lebih dari semuanya. Kemuliaan salib lebih besar dari pada kereta berapi, kemuliaan salib lebih besar dari mayat yang diangkat oleh Tuhan sendiri ke sorga. Kemuliaan salib adalah kemuliaan yang membuat banyak orang berbagian di dalam kemuliaan itu. Ini hal kedua yang ditunjukan dalam bagian ini bahwa exodusnya Kristus dari bumi ke sorga mempunyai kemuliaan tak tertandingi.
Lalu hal ketiga, ayat 33 “ketika ketiga orang itu hendak meninggalkan Yesus, Petrus yang sangat gugup mengatakan “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini, baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia”. Petrus dalam kebingungannya tetap jiwanya spontan, langsung bilang “kami dirikan tenda untuk Engkau”. Tenda ini diperintahkan dalam Kitab Imamat, sebagai cara mengingatkan perjalanan di padang gurun. Ini hari raya yang diperingati sebagai hari raya pondok daun. Dan pondok daun mempunyai makna nanti setelah Israel sampai ke Kanaan, tetap harus ada festival pondok daun, bikin pondok dan tinggal di situ. Kalau sudah punya rumah, untuk apa bikin pondok lagi? Karena Tuhan mau mengingatkan yang sekarang ini bukan rumah kekal, sekarang pun masih dalam padang gurun. Nanti sabat yang sejati adalah ketika Tuhan hadir dan memperbaharui dunia ini. Jadi diperingatkan engkau masih di padang gurun, engkau masih tinggal di dalam kemah, engkau belum ada di dalam kemah yang abadi. Maka kebiasaan mereka adalah di dalam perayaan pondok daun, mereka akan membuat kemah lalu tinggal di situ. Sampai sekarang orang Yahudi masih lakukan itu, menunjukan mereka belum rest, belum sabat. Kapan sabatnya? Nanti ketika Mesias datang. Setelah Israel ada di pembuangan di Babel, lalu kembali ke Kanaan, mereka menafsirkan hari raya pondok daun sebagai hari raya Mesiasnic rest atau hari raya Sang Mesias, karena Mesias datang itulah pengharapan yang mereka harapkan. Mereka tinggal di tenda sampai saatnya Mesias datang. Sehingga waktu Petrus melihat kemuliaan Yesus, langsung dia tahu ini bukti Mesias yang benar, “dan kalau benar ini Mesias aku ingin menghargaiNya dengan menyatakan pengharapan kemah sekarang sudah digenapi oleh Engkau”. Maka waktu dia bilang “bolehkah mendirikan kemah disini?”, ini adalah cetusan yang dikuasai oleh teologi yang benar. Maka jangan remehkan pengajaran teologi orang Yahudi, mereka terus didik anaknya dengan konsep teologi yang terus dipaksakan masuk. Suatu saat ketika mereka harus dengan spontan bereaksi, konsep teologi itu akan memberikan kepada mereka dorongan untuk bertindak, maka jangan remehkan teologi. Saudara ajarkan konsep yang salah sama anak, suatu saat dia akan bertindak dan berteologi didorong oleh konsep yang kacau itu. Petrus dari dulu mendapatkan pendidikan yang baik, mengharapkan ada Mesias, ada Mesiasnic rest, ada sabat, ketika Mesias datang dan itu dinanti-nantikan dengan kemah. Maka yang kurang dari Petrus pada bagian sebelumnya adalah dia tidak mengerti Mesias itu harus dikaitkan dengan salib, yang dia lihat Mesias itu mulia. Jadi kalau Mesias menyatakan kemuliaan, inilah saatnya, waktu Mesias menyatakan keagungan, inilah saatnya. Tapi Yesus mengajarkan “belum, tunggu dulu Aku mati di kayu salib, baru saatnya akan tiba”. Tapi ternyata Tuhan meneruskan pernyataanNya, Tuhan kirimkan awan yang menutupi seluruh gunung. Dan ini terus membawa kita balik ke dalam Kitab Keluaran. Waktu Musa naik ke atas gunung, di situ Tuhan penuhi gunung dengan awan dan api. Atau dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia, seringkali awan diterjemahkan dengan asap, jadi antara asap dan awan menjadi mirip.
Tapi Saudara yang hidup dalam konteks sekarang, jangan pikir itu adalah asap hasil pembakaran hutan. Asap atau awan ini adalah pernyataan kemuliaan Tuhan, bukan asap seperti hasil pembakaran. Maka ketika seluruh gunung penuh dengan awan, orang langsung ingat “bukankah dulu waktu Musa naik ke atas Gunung Sinai, Tuhan juga penuhi dengan awan?”. Dan Saudara bisa bandingkan setelah Tuhan penuhi dengan awan, yang terjadi adalah Tuhan berfirman “demikianlah Firman Tuhan: janganlah ada allah lain selain Aku, jangan sujud menyembah kepada allah lain, jangan membuat gambar tentang apa pun di langit dan di bumi dan sujud menyembahnya, jangan sembarangan mengucapkan nama Tuhan, kuduskanlah hari sabat..”, terus sampai 10 peraturan diberitakan di dalam awan. Maka di dalam awan ini Tuhan memberitakan kepada Musa, intisari dari seluruh hukum yang Dia mau berikan di dalam Taurat. Tetapi di dalam peristiwa ini setelah semua penuh dengan awan, Firman Tuhan tidak mengatakan “inilah 10 hukum”, tapi Firman Tuhan mengatakan “inilah AnakKu yang Kupilih, dengarkanlah Dia”, bagian ini menunjukan bahwa apa yang Tuhan khotbahkan di Gunung Sinai, di Perjanjian Lama, sekarang genap di dalam Kristus. Kalau dulu Tuhan memberitakan “ini ajaranKu”, sekarang Tuhan mengatakan “ini AnakKu, dengarkanlah Dia”. Maka di dalam awan Tuhan tidak berkhotbah menyatakan Firman, di dalam awan Tuhan menyatakan “ini AnakKu dengarkanlah Dia”. Maka setelah awan itu hilang, pesan Tuhan selesai. Itu sebabnya di dalam ayat 36 dikatakan murid-murid masih rahasiakan dulu, mereka tidak mau gegabah, nanti mereka sebarkan dengan terlalu berani, ternyata saatnya belum tiba. Maka mereka tunggu dulu sampai saat exodus, sampai saat kematian Kristus dinyatakan dengan agung, dibangkitkan dan Dia naik ke sorga. Setelah itu barulah para murid memberitakan semua yang mereka saksikan tentang Kristus. Ini bagian yang sangat indah yang menyatakan kemuliaan Tuhan. Kalau Saudara tanya “apa aplikasinya dalam hidup?”, aplikasinya hanya satu pesan ini harus kita terima dan membuat hati kita makin kagum kepada Kristus, inilah PR kita setelah dengar Firman ini. Biarlah kita belajar makin mengagumi Kristus, makin meninggikan Dia, makin mengagumi Dia sebagai yang menggenapkan rencana Tuhan. Saya rindu kita terus bertumbuh di dalam pengertian akan siapa Kristus dengan cara yang benar, sehingga keindahan Dia yang dibagikan oleh Kitab Suci boleh kita tangkap dengan sepenuhnya. Kiranya Tuhan memberkati.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)