(Lukas 5:1-11)
Ini adalah bagian yang menceritakan pemanggilan Kristus atas murid-muridNya dengan cara yang cukup panjang. Dan di dalam Keempat Injil, kita lihat Injil Yohanes dan Injil Lukas yang memberikan latar belakang tentang pemanggilan para murid. Injil Yohanes memberikan pengertian ketika Yesus memanggil murid-murid, Yesus memanggil mereka untuk hidup bersama dengan Dia, untuk melayani dan juga untuk tinggal bersama-sama dengan Dia. Murid bukan hanya sekedar datang, terima pemikiran, terima ajaran, terima kebenaran dari guru setelah itu pulang bawa pengertian itu. Itu bukan pengertian murid pada waktu itu. Pada waktu sekarang murid datang untuk belajar saja. Tapi pada waktu dulu, murid datang kepada satu guru untuk menjadi satu kelompok dengan ciri khas tertentu. Jadi murid-murid akan kumpul untuk menjadi komunitas yang mempunyai ciri, ciri yang unik, ciri yang tidak dimiliki kelompok lain. Itu sebabnya guru di dalam zaman Yunani kuno dan zaman Ibrani dalam tradisi Israel, seorang guru akan mempunyai satu komunitas, akan mempunyai bukan hanya school of thought, bukan hanya aliran, tetapi komunitas yang mempunyai gaya hidup dengan ciri tertentu. Di dalam Alkitab, Tuhan Yesus mengatakan ciri khas dari pengikut-pengikutNya paling tidak ada 2 yang utama. Yang pertama, dalam Yohanes 8, murid-murid Yesus tetap di dalam Firman. Ini adalah orang-orang yang tetap dalam Firman, tetap hidup dipimpin oleh Firman Tuhan dan tetap menyatakan Firman di dalam kehidupan sehari-hari. Bukan orang yang hanya menyatakan “percaya”, tetapi setelah itu hidup tidak dengan cara yang Tuhan sudah perintahkan dalam Firman.

Lalu ciri kedua, dikatakan pengikut Yesus adalah yang saling mengasihi. “Inilah tandanya bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu engkau saling mengasihi. Sama seperti Aku sudah mengasihi engkau, demikian engkau harus saling mengasihi”. Seorang sahabat mencintai sahabatnya dan rela menyerahkan nyawanya kepada sahabatnya itu. Yesus mengatakan “Aku menganggap kamu sahabatKu, maka Aku memberikan nyawaKu kepadamu. Dan dengan demikian kamu pun harus saling mengasihi satu sama lain, bahkan berani mengorbankan nyawa demi yang dikasihi”. Ini perintah yang sangat dalam. Tetapi ini menjadi syarat bagi komunitas yang mengaku pengikut Kristus untuk ditunjukan kepada dunia.
Kristus mulai memanggil para murid, dan pada Lukas 5 kita bisa melihat ada 3 poin penting yang bisa kita pelajari dari pemanggilan para murid. Hal pertama, bisa kita lihat di ayat 2-7, dalam catatan Lukas ini, Lukas memberikan penekanan Yesus memilih murid, memanggil orang untuk bersama dengan Dia melayani, bukan karena Yesus memerlukan siapa pun. Yesus tidak memerlukan bantuan dari Petrus. Saudara kalau membaca alur dari Injil Lukas, sejak pertama kali melayani sampai pasal ke-5 ini Yesus Kristus terus mendapatkan nama, makin populer, makin dikenal, lalu orang berbondong-bondong ikut Dia. Maka Dia tidak perlu undang orang, panggil murid untuk membesarkan namaNya. Tuhan Yesus tidak perlu Petrus untuk menolong Dia mengumpulkan orang. Tuhan Yesus tidak panggil Simon Petrus supaya ada orang yang dengar, tanpa Petrus pun seluruh orang dari seluruh desa datang mengikut Yesus. Sejak pertama kali pelayanan sampai di bagian kali ini, Yesus Kristus selalu diikuti orang banyak. Bahkan di sini dikatakan orang banyak itu mengerumuni Tuhan Yesus yang sedang ada di pinggir danau, dan karena terlalu banyak orang yang mendengar Dia, Dia terdesak sampai ke pantai di danau. Maka Dia pinjam perahu dari Simon, Dia naik ke perahu itu kemudian Dia bertolak sedikit ke tengah, lalu mulai berkhotbah dari situ. Ketika Dia mulai berkhotbah, seluruh orang di pinggir danau mendengar Dia dengan jumlah yang begitu banyak.

Jadi apakah Tuhan Yesus masih memerlukan Petrus? Tidak. Tanpa Petrus, Kristus sudah dikenal, Kristus sudah kumpulkan massa begitu banyak. Bahkan orang-orang ke sana untuk melihat Kristus bukan Petrus. Tuhan Yesus memilih murid karena Dia tahu kasihNya yang besar akan semakin dirasa ketika murid itu dipaggil oleh Dia untuk bekerja bagi Dia. Salah satu pernyataan cinta Tuhan adalah kalau Tuhan mau pakai Saudara. Jangan pernah merasa nyaman dan tenang kalau Saudara tidak merasa hidup Saudara sedang dipakai Tuhan. Kalau engkau melakukan pekerjaan yang tidak berkait untuk kemuliaan Tuhan, kalau apa yang engkau kerjakan tiap hari tidak ada kaitannya dengan menyenangkan hati Tuhan, maka engkau harus merenung dan meratap “Tuhan, mengapa aku tidak Engkau pakai?”. Sebab ketika Tuhan memakai, Tuhan menyatakan anugerah begitu besar. Maka ini pengertian sangat penting, Lukas sedang menyatakan Yesus sedang dicari semua orang dan Dia mau penggil murid bukan untuk tambah namaNya lebih bagus, tapi untuk menyatakan “Aku mengizinkan engkau berbagian di dalam pekerjaan yang Aku sedang kerjakan dan sampai saat ini menghasilkan buah begitu limpah”, ini yang mesti kita lihat. Lalu setelah itu Lukas juga menceritakan, setelah Yesus selesai khotbah, Dia memerintahkan Simon “Simon, tolak perahu ini lebih jauh ke tengah”, meskipun Simon bingung, dia tetap melakukan apa yang diperintahkan. Setelah bertolak, Yesus berkata “lempar jala, tangkap ikan”, “sudah kami lakukan sepanjang malam kami lempar jala tapi ikannya tidak ada. Tapi karena Engkau memerintahkan maka akan aku lakukan juga”. Di sini Petrus belajar untuk percaya kepada Kristus, dia tidak menjadi lebih sombong dari pada Tuhan Yesus. Lalu Petrus sebarkan jalanya, waktu mau ditarik, dikatakan di dalam Alkitab bahwa ikan yang dikumpulkan begitu banyak, sehingga perahu hampir tenggelam, jaring hampir lepas. Di sini ada dilema, kalau dipaksa ditarik bisa mengakibatkan kapal tenggelam, kalau tidak ditarik, sayang ikan sebanyak itu. Maka solusinya adalah panggil teman, lalu mereka semua datang menolong Petrus, angkat ikan-ikan itu dengan 2 perahu dan 2 perahu itu pun hampir tenggelam mengangkut ikan begitu banyak. Di sini Tuhan Yesus sedang menyatakan “Aku tidak memerlukan popularitas dari murid dan Aku pun tidak support makanan dari murid”. Yesus tidak ambil Petrus yang seorang nelayan supaya pelayananNya ke depan bisa banyak ikan. Tuhan tidak perlu itu, maka Tuhan tunjukan “Aku tidak mau kamu dan keahlian nelayanmu, Aku lebih ahli tangkap ikan dari pada kamu”. Maka Tuhan Yesus tunjukan Dia lebih ahli tangkap ikan sedemikian banyak ketika hasil Petrus nol. Petrus nol, dan Tuhan Yesus mengatakan “sekarang Aku mau pakai kamu”. Ketika Tuhan memakai kita, Dia akan pamerkan kepada kita bahwa Dia tidak perlu kita. Dia tidak perlu support uang kita, Dia tidak perlu keahlian otak kita, Dia tidak perlu kesalehan kita, Dia tidak perlu kemampuan kita untuk menyebarkan NamaNya kepada banyak orang. Dia cukup pada diriNya sendiri. Tapi kalau Dia masih mau pakai kita, ini adalah kita masih diberi anugerah, bukan karena yang lain. Tuhan tidak perlu, tapi Dia mau mengajak kita. Itu sebabnya Pak Tong selalu menekan “no one comes to help, no one comes to contribute”, tidak ada yang datang untuk menolong, tidak ada yang datang untuk berkontribusi, semua datang untuk melayani, semua datang untuk menyaksikan Tuhan bekerja, semua datang untuk bersyukur karena diajak berbagian. Jadi Tuhan tidak perlu kontribusi kita, tapi Tuhan mengatakan “maukah sekarang engkau memberi? Maukah sekarang engkau menyerahkan diri? Maukah sekarang engkau melayani Aku?”. Pengertian seperti ini akan membuat kita cara memandang segala sesuatu berbeda.

Poin yang kedua, ayat 8, yang mau dibagikan Lukas adalah Yesus tidak pernah panggil orang karena dia saleh. Yesus tidak pernah panggil orang karena punya kualitas rohani yang membanggakan. Yang Dia panggil justru orang-orang berdosa yang akhirnya menyadari dia berdosa. Jadi poin pertama, Tuhan tidak panggil orang dengan keahliannya, Tuhan sudah bisa kerjakan semua, tapi Dia masih ijinkan orang berbagian. Yang kedua, Dia tidak panggil orang berdasarkan kesalehan. Saudara tidak dipilih Tuhan karena meteran saleh Saudara tinggi. Banyak kali kita mengukur kesalehan orang yang semu, yang palsu. Kalau ada orang yang kelihatan bagus, kalau ngomong senyum terus, apa-apa pakai kalimat “dalam kehendak Tuhan”, kita merasa malu karena kita terlalu sekuler. Kita tidak bisa menilai kerohanian seseorang hanya dari ini, kita tidak bisa menilai kerohanian mereka dengan hanya keaktifan melakukan sesuatu di dalam gereja Tuhan. Banyak orang kelihatan begitu saleh, begitu baik, tapi ini tidak berarti mereka mempunyai kesalehan yang akhirnya dia dipilih oleh Tuhan. Kadang-kadang Alkitab menunjukan kepada kita orang yang harusnya dipakai tidak dipakai, orang yang tidak punya kualitas untuk dipakai, justru ini yang dipakai Tuhan. Saya bertemu dengan orang-orang yang waktu mereka sharing kehidupan lama mereka, mereka sharing dengan hanya tunduk-tunduk mengatakan “saya tidak tahu mengapa Tuhan memakai saya, mengapa saya boleh jadi pengurus, mengapa saya boleh menjadi aktivis yang penting. Padahal hidup saya seperti ini. Saya kenal orang di gereja saya yang lebih baik dari saya. Inilah yang dibagikan di bagian kedua, waktu Petrus sadar adanya Tuhan di perahunya, langsung dia sujud dan mengatakan “pergi dari saya, Tuhan. Saya orang berdosa yang tidak layak, jangan dekat-dekat saya”, ini merupakan satu kalimat yang kalau kita lihat dalam kerangka Perjanjian Baru, ini sangat rendah hati. Saudara kalau menolak kehadiran Tuhan, ini tandanya rendah hati. Sedangkan kalau Saudara minta kehadiran Tuhan, ini tandanya sombong. Jadi jangan samakan dengan sekarang, kalau sekarang kita mohon kehadiran Tuhan “Tuhan, hadirlah di sini karena kami memerlukan Engkau”. Kalau kita minta kehadiran Tuhan, ini juga tanda kerendahan hati, karena kita tahu kalau Tuhan tidak hadir, tidak ada gunanya, kalau Tuhan tidak pimpin, tidak mungkin, kalau Tuhan tidak hadir di tempat ini, percuma kita hadir di sini, ini juga tanda kerendahan hati. Tapi di sisi lain waktu mengatakan “Tuhan jangan di sini, pergi saja”, ini merupakan tanda kerendahan hati juga. Karena pola pikir orang Yahudi dalam Perjanjian Baru, kemuliaan Tuhan harus teril dari pendosa, tidak boleh ada pendosa dalam lingkaran ini. Jadi begitu ada pendosa di sini, mati dia. Sehingga waktu Yesus di perahu Petrus, Petrus menganggap seluruh lingkaran ini adalah tempat tidak boleh ada orang berdosa. Dan kalau di sini tidak boleh ada orang berdosa, Petrus tidak boleh di sini. Maka dia memutuskan “Tuhan, jangan ke sini, Engkau pergi dari sini. Mungkin teman-temanku saja yang Engkau pakai, jangan saya, sebab saya adalah orang yang tidak layak”. Saya yakin setiap kita memiliki momen seperti ini kalau kita sudah bertobat. Ada momen di mana kita mengatakan “mengapa orang tidak layak seperti ini Tuhan mau selamatkan? Mengapa orang penuh dosa seperti ini Tuhan mau panggil? Apakah Tuhan tidak tahu berapa rusaknya saya? Kalau Tuhan tahu, mengapa masih mau panggil?”. Saya akan memberikan kalimat yang bisa membuat Saudara kaget, Tuhan bukan cuma tahu berapa jeleknya Saudara dulu, Tuhan juga tahu berapa jeleknya Saudara akan menjadi di masa depan. Tuhan tahu berapa rusaknya engkau menjadi nanti, dan Tuhan tetap mau terima. Ini bukan alasan untuk Saudara mengatakan “puji Tuhan, Engkau terima aku apa adanya. Jadi kalau besok aku rusak pun, Engkau tetap mau terima”, ini adalah orang kurang ajar. Tapi orang yang benar seperti Petrus “mengapa Engkau mau terima saya? Saya tidak layak, harusnya saya tidak boleh, biar Tuhan pergi saja, jangan dekat-dekat saya, sebab saya tidak layak berada di dekatMu”. Maka siapa yang lemah, Tuhan pakai untuk menunjukan kuasa Tuhan, siapa yang punya masa lalu begitu cemar dan kotor, justru Tuhan pakai untuk menyatakan kuasa perubahan yang Tuhan bisa kerjakan. Itu sebabnya Tuhan pilih orang-orang yang lemah. Di dalam Kitab Hakim-hakim, Tuhan pilih orang yang punya banyak cacat. Dan kalau Saudara baca seluruh Kitab Hakim-hakim, pameran cacat yang banyak variasi itu ada di situ. Ada orang yang lemah di dalam hal seksual, ada yang lemah di dalam keminderan, ada orang yang lemah karena sok jagoan jadi preman. Semua ini Tuhan satukan dalam pekerjaan menjadi hakim. Dan Tuhan terus panggil orang tidak layak, asalkan orang itu sadar dia tidak layak, asalkan dia sadar perlu kembali kepada Tuhan, asalkan orang itu seumur hidup tidak pernah menjadi sombong dan terus sadar ketidak-layakan dia, maka dia akan dipakai Tuhan. Tetapi jangan sampai ketika kita sudah dipakai Tuhan, kita lupa masa lalu kita, lalu kita angkat kepala kita dengan angkuh mengatakan “aku lebih baik dari pada yang lain”. Begitu kita sampai pada titik ini, kita akan dibuang oleh Tuhan. Pdt. Agus sering berdoa dalam persekutuan doa waktu beliau masih pimpin di sini, dia terus berdoa “Tuhan, jangan tinggalkan kami”, setiap pimpin doa pasti ada kalimat ini. Selesai persekutuan saya tanya ke Pak Agus, “Pak Agus sadar tidak setiap pimpin doa selalu ada kalimat jangan buang”, Pak Agus menjawab “sadar”, “kalau bapak sadar, mengapa kalimat itu keluar terus?”, dia bilang “karena potensi ada pada siapa pun termasuk saya. Begitu saya merasa baik, saya merasa layak, saya merasa hebat di situ, Tuhan langsung buang. Maka saya minta supaya Tuhan tidak buang, supaya saya selalu diingat sebagai orang yang lemah, yang hina, yang hanya boleh melayani Tuhan karena anugerah Tuhan. Mari kita belajar poin ini juga, biarlah kita tersungkur di hadpaan Kristus lalu mengatakan “Tuhan, jauhlah dari saya, sebab saya orang berdosa. Dan kalau Tuhan masih mau pakai saya, bairlah saya terus mengingat siapa saya, sehingga saya tidak menjadi angkuh lalu dibuang oleh Tuhan.

Poin ketiga, waktu Tuhan memanggil Petrus dan kawan-kawan, Tuhan memberikan ujian yang besar sekali. Tuhan tidak panggil mereka waktu mereka masih kosong jalanya. Sebelum Tuhan memanggil Petrus, Tuhan ijinkan dia mengalami pergumulan dulu, lepas jala, tarik, banyak sekali isinya. Bayangkan waktu sudah banyak seperti ini, Tuhan bilang “ikut Aku”, “lalu ini semua bagaimana Tuhan? Bukankah Engkau yang beri, masakan harus saya tinggalkan? Ijinkan aku 2 tahun menikmati hasil ini”. Atau ada orang yang lebih tidak sopan lagi “Tuhan Yesus, karena Engkau di perahuku maka banyak ikan, mohon tiap hari mampir”. Banyak orang Kristen model seperti ini, “begitu aku setia sama Tuhan, kok usaha lancar? Waktu aku giat ikut KKR Regional kok tiba-tiba omzet usaha naik terus? Jangan-jangan ada korelasi yang sejajar antara melayani di KKR Regional dan bertambahnya usaha”, akhirnya aktif KKR Regional. Kalau ada KKR Regional selalu ikut sambil hitung-hitungan sama Tuhan. Orang seperti ini adalah orang yang tidak mengerti cara Tuhan memanggil. Tuhan memberi ikan yang banyak kepada Petrus, setelah itu Tuhan tidak panggil, Tuhan hanya mengatakan “Aku akan menjadikan engkau penjala manusia”, lalu Petrus langsung tinggalkan semua. Waktu dia tinggalkan, dia tidak tinggalkan jala yang kosong, dia tinggalkan jala yang penuh ikan. Dengan demikian dia ingat bahwa yang memberikan ikan ini adalah Tuhan, “yang memberikan segala kelimpahan ini adalah Tuhan. Tuhan panggil aku kerjakan apa, aku akan kerjakan”. Jangan tarik Tuhan demi keuntungan pribadi Saudara, jangan kerjakan hal apa pun yang tidak berkait dengan kemuliaan Tuhan. Dan jangan jadi orang serakah, yang menganggap kedekatan dengan Tuhan akan memberkati secara materi. Banyak orang seperti ini, pikir kalau dekat dengan Tuhan, nanti isi kantongnya bertambah. Tapi Tuhan tidak pernah mau orang seperti itu. Tuhan akan uji orang, makin banyak Tuhan berkati lalu Tuhan tanya “sekarang Aku minta kamu tinggalkan berkat, mau tidak? Tinggalkan itu lalu ikut Aku”, Petrus dan teman-teman langsung tinggalkan dan ikut Tuhan. Inilah sikap ketiga yang bisa kita pelajari. Kristus memanggil Petrus dengan memberikan begitu banyak ikan di dalam wadah yang mereka sudah siapkan, lalu Tuhan mengatakan “sekarang maukah engkau ikut Aku?”. Banyak orang tinggalkan begitu banyak hal demi Tuhan. Petrus tinggalkan ikan begitu banyak, dia akan bilang “ikan itu apa? Kalau tidak dimasak juga akan mati. Tapi kalau ikut Yesus itu jauh lebih penting”. Kristus akan pelihara hidup kita pakai ikan atau pakai uang atau pakai udang atau pakai emas atau pakai apa pun yang Dia rasa perlu. Tapi kita tidak mungkin mengandalkan emas untuk dapat Tuhan. Kita bisa mengandalkan Tuhan untuk mendapatkan pemeliharaan, tapi kita tidak bisa mengandalkan materi pemelihara untuk mendapatkan Tuhan. Maka Petrus memilih yang paling bijak “kalau Tuhan mau itu saya tinggalkan, akan saya tinggalkan. Saya akan ikut Tuhan, kemudian saya mengatakan ini saya, dan kemudian saya tinggalkan semua di belakang, karena Engkau mau saya tinggalkan”. Oleh sebab itu banyak orang mengikut Tuhan punya kesungguhan mengikut Tuhan sehingga apa pun yang ada di dalam hidup tidak bisa mencegah dia untuk ikut Tuhan. Karena apa yang Tuhan mau kerjakan itu yang paling penting”. Maka ketika Petrus sudah begitu banyak mendapat ikan, sudah dapat rahasia dalam menangkap ikan yaitu dekat dengan Yesus saja, tapi Yesus mengatakan “tinggalkan semua, lalu ikut Aku. Sebab Aku menjadikan engkau menjadi penjala manusia”. Inilah prinsip ketiga, yaitu orang yang dipakai Tuhan rela meninggalkan apa pun demi mengerjakan apa yang Tuhan mau kerjakan.

Mari kita siap seperti ini. Saya tidak mengatakan Saudara semua akan dipanggil menjadi pendeta, tapi apa pun yang Tuhan mau Saudara kerjakan, entah Saudara harus mengubah bisnis Saudara, entah Saudara harus pindah kerja, entah Saudara harus mengalami satu tahap hidup baru yang membuat Saudara melupakan mimpi demi kehendak Tuhan, ini harus berani Saudara jalankan. Ada momen Saudara di persimpangan dan di persimpangan ini engkau harus putuskan untuk katakan ya kepada Tuhan. Jangan katakan ya kepada diri, kepada hawa nafsu, kepada cita-cita kosong, kepada kebanggaan diri dan lain-lain, hanya bilang ya kepada Tuhan. Dan inilah yang dikerjakan Petrus dan rekan-rekannya, mereka menghela perahu dan mereka ke darat, lalu semua ditinggalkan untuk diurus orang lain. Lalu mereka pergi mengikut Yesus. Kiranya kita dikuatkan dengan 3 poin yang diajarkan Lukas pada hari ini, biarlah kita tahu Tuhan tidak perlu kita, tapi Tuhan rela memakai kita. Biarlah kita tahu, kita tidak layak, tapi Tuhan rela memakai kita. Biarlah kita tahu kualitas yang sejati yaitu hidup taat kepada Tuhan dan rela tinggalkan apa yang perlu ditinggalkan untuk setia kepada Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)