Let All Things Now Living

Hymn “Let All Things Now Living” diciptakan oleh Katherine Davis pada abad ke-19. Katherine K. Davis adalah seorang pianis, organis, dan komponis yang mempelajari piano sejak dini dan mulai membuat lagu-lagu sejak umur 15 tahun. Ia memenangkan Billings Prize untuk komposisi lagunya setelah ia lulus dari SMA St. Joseph. Ia melanjutkan studi musiknya di New England Conservatory of Music, dan kemudian melanjutkan studinya pula di Paris dengan seorang ahli musik terkenal Nadia Boulanger, yang adalah guru dari banyak komposer di abad ke-20.
Melihat latar belakang Katherine Davis yang begitu hebat dalam dunia musik, kita pasti membayangkan lagu yang ia ciptakan adalah lagu yang sulit, rumit, dan megah. Namun ketika kita mendengarkan hymne “Let All Things Now Living”, hymne ini memiliki tempo yang sedang, nada yang tidak sulit dinyanyikan (1 oktaf lebih 1 nada), chord progression yang tidak banyak, dan pola yang sederhana (A – B – A’). Justru dalam kesederhanaan bentuk lagu ini Katherine K. Davis dapat membawa kita mengucap syukur dengan riang!
Lagu sederhana ini dibuat oleh komposer yang mendalami dunia musik, dan memiliki kelimpahan dalam kesederhanaannya.

Kelimpahan tersebut bisa kita lihat dari kata-katanya. Hymne ini mengajak kita untuk mengucap syukur pada Tuhan yang adalah Allah kita, pencipta kita, yang berdiam bersama-sama kita, yang menyertai kita hingga akhir hari-hari kita, dan yang melindungi kita. Lalu setelah menjabarkan siapa Allah kita, pada bagian refrain lagu ini memberitau kita betapa bahagia memiliki Allah yang berada di pihak kita, menerangi jalan kita, bahkan di malam hari.
Bait pertama ditutup dengan nada yang sama dengan nada sebelum refrain, menggambarkan konklusi dari kalimat yang semula kita nyanyikan, “sampai bayang-bayang sudah berlalu, ketakutan hilang, kita berjalan dari terang ke terang”. Bait kedua menggambarkan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya di bumi. Dalam bintang, matahari, bukit dan gunung-gunung, sungai dan air terjun, dan dalamnya lautan, semua itu memproklamasikan kebesaran Tuhan.

Lalu pada bagian refrain-nya mengajak kita untuk menyanyikan lagu memuji kebesaran-Nya, dengan hati penuh sukacita. Kembali ke nada awal, konlusi bait kedua adalah “mari semua yang hidup, bersatu bersyukur bersama. Kepada Tuhan di tempat tinggi, Hosanna dan pujian”.

 

 

 

 

Like a River Glorious

Di tengah-tengah kehidupan kita, terkadang kita merasakan gelisah dan
merasa bingung dalam menjalani kehidupan ini. Sebagai natur alami dari
manusia, manusia pasti mencari kedamaian bagi dirinya. Damai di sini dapat
berupa bebas dari segala sesuatu yang meresahkan seperti peperangan,
perselisihan, ataupun damai yang diinginkan adalah kedamaian secara pikiran
(psychology).

Kemanakah kita mencari “kedamaian” yang kita inginkan
tersebut???

Saat ini kita hidup ditengah dunia yang telah jatuh dalam dosa dan
tidak memiliki pengharapan. Kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menebus
dosa-dosa kita di atas kayu Salib memberikan pengharapan dan pendamaian
hubungan kepada orang percaya dengan sang Bapa. Ini merupakan salah satu
kedamaian yang dimiliki orang percaya, yang diperoleh melalui Kristus.

Lagu baru yang kita nyanyikan pada hari ini, “Like a River Glorious”,
diciptakan oleh Frances R. Havergal (1836-1879), yang merupakan komposer
hymn, poetess (penulis puisi), dan seorang penulis renungan. Frances R.
Havergal hidup sezaman dengan Fanny J. Crosby, yang juga komposer hymn
yang telah menulis lebih dari 8500 hymn, namun mereka sama sekali tidak
pernah bertemu dan berkomunikasi melalui surat. Beliau merupakan anak dari
seorang minister di gereja Inggris. Sejak umur 4, Frances R. Havergal sudah
membaca dan menghafal ayat Alkitab. Tahun 1876, Frances R. Havergal terkena
penyakit yang hampir merenggut nyawanya. Namun ditengah keadaan tersebut,
dia masih dapat berkata, “If I am really going, it is good to be true”. Dia tetap
dapat tenang meskipun dalam kondisi seperti itu. Setelah sembuh dari
penyakitnya dia menulis hymn “Like a River Glorious”, terngiang akan janji
Tuhan yang diberikan kepada kita dalam kitab Yesaya pasal 48:18 (ESV: “Oh that
you had paid attention to my commandments! Then your peace would have
been like a river, and your righteousness like the waves of the sea”), dia juga
menggabungkannya dengan pasal 26:3 (ESV: “You will keep him in perfect peace,
whose mind is stayed on You, because he trust in You”). Lagu “Like a River
Glorious” menggambarkan damai yang diberikan tersebut.

Melodi dalam lagu tersebut menggambarkan suatu melodi layaknya seperti sungai yang alirannya stabil, tenang, dan peacefully. Sewaktu kita menyanyikan lagu ini kita dapat merasakan alunan melodi yang tenang dan tidak memiliki kontras yang terlalu tajam pada setiap perpindahan notnya. Perhatikan not-not yang ada pada masing-masing baris, perpindahan rata-rata antar not satu ke not lainnya (dalam 1 baris tersebut) berkisar 1 dan 2 (Do ke Mi berjarak 2, Do ke Re berjarak 1).
Sebagai contoh, mari kita perhatikan not pada baris pertama:
1 1 2 2 | 3 . 5 . | 4 4 2 2 | 3 . . .
Dimulai dengan Do, kemudian perlahan naik perlahan sampai ke Sol (5) dan turun kembali secara perlahan sampai ke 3. Jika kita perhatikan masing-masing not per-baris (sesuai warta), alunan not tersebut menggambarkan suatu aliran yang stabil dan tidak berubah drastis (misalkan dari Do oktaf bawah ke Do oktaf tinggi, berbeda 1 oktaf). Pada lagu ini masing-masing perpindahannya stabil dan tenang. Secara keseluruhan kita dapat melihat bahwa note painting pada lagu ini ingin menggambarkan suatu aliran sungai yang tenang dan damai!
Marilah kita menyanyikan lagu ini dengan hati yang penuh dengan damai yang telah Kristus berikan kepada kita orang percaya melalui kematian-Nya di atas kayu Salib. Ditengah kehidupan yang kita jalani dan mengalami banyak masalah, kita harus selalu ingat bahwa hanya Kristus yang memberikan kedamaian bagi kita, seperti halnya Frances R. Havergal, ditengah penyakit yang dideritanya, dia masih bisa merasakan damai sejahtera dari Kristus dalam hidupnya!

Kuheran Juruselamatku ~ Alas! and Did My Saviour Bleed?

Seringkali kita menjalani hidup Kristen yang terpecah: di hari-hari biasa
kita hidup tanpa Kristus, di hari Minggu kita kembali mengingat Kristus. Hidup
yang demikian bukanlah hidup Kristen yang sejati. Hidup Kristen yang sejati
adalah hidup yang dijalani dengan visi Kristus, yakni memberikan diri untuk
menggenapi kehendak Bapa dalam melayani dan mengasihi sesama. Hidup
yang demikian adalah hidup yang didorong oleh cinta kasih, baik kepada Allah
maupun kepada sesama kita yang adalah gambar Allah.
Mungkinkah kita menjalani hidup yang penuh cinta kasih dengan
konsisten? Kita tidak mungkin menjalani hidup sedemikian tanpa selalu
kembali memandang salib Kristus. “Kita mengasihi karena Allah terlebih dahulu
mengasihi kita” (1 Yoh. 4:19). Cinta kasih Kristus adalah mata air cinta kasih
yang tak henti-hentinya mengisi kekosongan hati kita, sehingga kita dapat
mengasihi.
Himne yang ditulis Isaac Watts ini menyatakan keheranannya akan cinta
kasih Kristus:
Alas! and did my Saviour bleed and did my Sovereign die?
Benarkah Juruselamatku berdarah dan Rajaku mati?
Would He devote that sacred head for such a worm as I?
Akankah Dia memberikan kepala kudus itu untuk manusia menjijikan seperti
aku?
Himne ini ditulis dalam bentuk common metre, yang suku kata tiap
barisnya berjumlah 8-6-8-6. Isaac Watts adalah seorang Puritan yang memiliki
talenta yang luar biasa. Ia menguasai bahasa Yunani, Latin, dan Ibrani sejak
lulus sekolah dasar. Sejak kecil, ia sangat suka membuat sajak. Pada waktu ia
berumur 20 tahun, ia menulis banyak himne yang terkumpul dalam buku
“Himne dan Lagu-Lagu Rohani”. Ia dipendetakan pada tahun 1702, ketika ia
berumur 28 tahun. Ia menulis buku-buku teologi, pendidikan, dan lagu rohani
untuk anak-anak. Salah satu pesan yang ia katakan melalui puisinya kepada
anak-anak berbunyi demikian :

In works of labour or of skill
dalam berbagai jenis pekerjaan
I would be busy too:
aku akan menyibukkan diri
For Satan finds some mischief still
karena iblis mencari-cari berbagai kenakalan
For idle hands to do.
untuk dikerjakan oleh tangan yang menganggur
Jika Isaac Watts telah memberikan talentanya dalam bidang bahasa
untuk kemuliaan Allah, apakah hidup kita juga berbuah untuk mengagungkan
nama Yesus Kristus? Semoga cinta kasih Juruselamat kita yang mengherankan
itu terus mendorong kita untuk semakin hidup di dalam kasih.

Kaulah Ya Tuhan Surya Hidupku ~ Be Thou My Vision

Untuk mengenal himne kita harus belajar sedikit proses penciptaan lagu,
biasanya di dalam judul tertera nama judul lagu, pencipta syair/kata-kata dalam
lagu, pencipta musiknya, dan nama tune-nya. Kita akan melihat pembahasan di
minggu-minggu ke depan yang menjelaskan siapa penulis syair dari sebuah lagu.
Semisal Isaac Watts yang seorang pembuat puisi, kita melihat keindahan
literatur dalam lirik dalam himnenya. Atau Mazmur dan ayat alkitab sebagai lirik
himnenya.
Nah lalu di sebelah penulis syair biasa tertera pencipta lagu/musiknya
atau dari mana terciptanya. Seperti William Duane menciptakan musik untuk
Fanny Crosby atau Handel dalam menciptakan musik untuk Isaac Watts.
Tidak jarang juga pencipta lagu sekaligus menuliskan liriknya, kita dapat melihat
lagu-lagu Reginald Heber (Holy, Holy, Holy!) atau Felix Mendelsohnn (Ya Tuhan
Dengarlah Doaku).
Tetapi lagu dan musik yang diciptakan dapat didaur ulang sesuai dengan
kecocokan tema dan isi liriknya, sayangnya di Indonesia kita belum terlalu sering
menyanyikan lagu dengan lirik yang berbeda. Contohnya adalah lagu yang
minggu kemarin kita nyanyikan, “Mulia dan Menang” ada alternatif lirik lain
bernama “Hai Putri Sion”. Contoh lainnya “Blood and Righteousness” (Darah dan
Kebenaran-Mu) ada lirik lainnya yaitu “Where Cross the Crowded Ways of Life”.
Musik tidaklah netral, ia bercerita dengan pergumulan emosi yang dalam
perubahan kunci dan tema bergabung dengan lirik dapat mengafeksi kita dalam
menyanyi. Oleh karena itu lirik yang berbeda dengan musik yang sama dapat
memperlihatkan afeksi yang secara luar biasa beragam. Kalau tidak percaya
coba nyanyikan lagu-lagu di atas.
Nama musik itu kita sebut tune, sering ditulis dengan huruf besar seperti
ANTIOCH atau dalam lagu “Be Thou My Vision” disebut SLANE. Tapi apakah itu
SLANE?

Pada abad ke-3 seorang missionaris yang takut akan Tuhan bernama
Patrick (atau lebih dikenal di barat dengan nama St. Patrick) membawa Injil ke
daratan Irlandia. Kedatangannya membawa Firman Tuhan ke negara yang masih
menganut paganisme, tidak disukai banyak pihak, termasuk Raja Logaire yang
merupakan penguasa setempat. Sang raja menitahkan bahwa sebelum musim
semi tidak diperbolehkan menyalakan api, karena dalam tradisi paganisme
mereka menyalakan api musim semi di bukit bernama SLANE. Namun paskah
dilakukan sebelum musim semi, dan Patrick tidak diperbolehkan menyalakan
lilin paskah.
Namun karena iman kepada Allah dan ketekunannya, sang raja mengalah
kepada Patrick dan membiarkannya mengadakan acara Paskah di tempat itu.
Lalu lilin paskah menyala pertama kali di bukit bernama SLANE, menjadi simbol
atas kekristenan menerangi daratan Irlandia. Secara turun temurun melodi ini
diteruskan dari generasi ke generasi, dan hingga kini diabadikan dalam lagu
bernama “Be Thou My Vision”.
Terlalu mudah bagi kita untuk melupakan hal seperti ini, di dalam
ketidakpedulian (ignorance), kita seringkali tidak mau atau malas untuk belajar
dan mengerti lebih dari sekedar apa yang kita lakukan secara rutin dalam gereja.
Dan di dalam ignorance ini timbul kebosanan, akhirnya kita membuang yang
membosankan itu dengan sesuatu yang baru yang tidak membosankan kita,
namun sayangnya tidak selalu bernilai. Mari kita bersama belajar untuk
mempelajari kesalahan manusia dalam sejarah, dan bagaimana Tuhan menjaga
gerakan yang murni dari zaman ke zaman

Mulia dan Menang ~ Thine is The Glory

Jika kita para pencinta sepakbola Eropa, kita pasti mengetahui Liga champions UEFA dan salah satu yang menarik perhatian adalah lagu reaminya “champions league” yang begitu megah dan indah. Namun sedikit yang mengetahui bahwa lagu itu menyomot satu bagian dari musik koronasi atau penobatan raja di Kerajaan Inggris.

Musik aslinya berjudul “Zadok the Priest”, yang menyatakan imam Zadok menobatkan Salomo sebagai raja Israel dan dimainkan pula dalam penobatkan ratu Elizabeth yang masih bertahta. Lagu dramatis dan begitu agung ini diciptakan oleh seorang komposer besar yang bernama G. F. Handel.

G. F. Handel merupakan salah satu komposer yang paling terkenal di seluruh dunia, salah satu ciptaannya yang paling terkenal adalah oratorio Messiah, Water Music, dan Fireworks Suite. Sebagai seorang Jerman yang belajar musik barok salam gereja Lutheran, belajar opera di Italia, dan belajar musik “court” di Inggris, perpaduan ketiga hal ini membuat Handel memiliki kualitas musik secara dramatis dan pengaruh afeksi yang paling tinggi dalam musik klasik. Mozart, Beethoven, dan Bach memiliki pengakuan yang sangat tinggi tentang Handel.

Handel pun menulis dan menginspirasi beberapa himne, seperti Joy to the World dan himne yang kita nyanyikan “Mulia dan Menang”. Himne ini diambil dari salah satu oratorio Handel berjudul Maccabaeus, menceritakan kisah heroik Judas Maccabaeus untuk pembebasan bangsa Israel dari penjajahan bangsa Seleucid (penerus Makedonia). Pada bagian “See the conquering hero comes”, yaitu yang dijadikan himne “Mulia dan Menang”, menceritakan kemenangan Judas Maccabaeus yang pulang ke Yerusalem setelah memenangkan pertempuran di Emaus. Handel menarik sebuah paralel kepulangan Judas Maccabaeus ke Yerusalem dalam kemenangan dengan kembalinya Tuhan Yesus dari kuasa maut dalam kemenangan. Lagu ini secara dramatis menggambarkan hal tersebut, di dalam aransemen aslinya terdapat tiupan terompet dan dentuman timpani.

Di dalam momen Paskah ini mari kita bersama merenungkan Tuhan kita yang telah menang dari kuasa maut. Tetapi juga kita tidak boleh lupa, di dalam kemenangannya, yaitu di tubuh-Nya yang baru, badan Tuhan Yesus masih tersisa lubang di tangan, kaki, dan perut-Nya, menandakan kematian-Nya di kayu Salib untuk menjadi korban pengganti dosa-dosa kita.
Lalu melihat hal ini bagaimanakah kita menyanyikannya? Lagu ini memiliki struktur A – B – A ‘. Perhatikan:
A
Mulia dan menang pada Tuhanku, yang bangkit kembali, dari kuasa maut,
B
kubur tak berdaya, t’rus menahan-Nya, malaikat yang mulia, saksi bangkit-Nya
A’
Mulia dan menang pada Tuhanku, yang mutla t’lah menang, atas kuasa maut
Dua baris pertama (A) merupakan statemen pertama tentang Tuhan kita yang telah bangkit kita nyanyikan dengan tegas, kemudian masuk dua baris kedua (B) bahwa menceritakan kubur yang tidak berdaya. Di bagian ini kita menyanyikannya dengan lebih lembut karena walau tak berkuasa tetapi Kristus pernah berada di situ. Lalu diteruskan kepada malaikat yang menjadi saksi, kita nyanyikan awalnya lembut kemudian menjadi makin keras seiring baris kedua (secara cressendo), lalu ditutup dengan dua baris terakhir (A’) yang dinyanyikan dengan keras (forte) sebagai simbol Ia datang dengan kemuliaan-Nya setelah mengalami kubur (B).
Marilah kita menyanyikan lagu ini sesuai dengan niat komposernya. Jika tidak maka himne yang indah ini menjadi kaku dan mati. Sudikah kita menyanyi dengan kaku di hadapan Kristus yang telah menang?

Kesatuan di dalam Kematian Kristus

(Filipi 3: 4-14)
Sebelumnya kita sudah membahas kematian dan kebangkitan Kristus membuat kita yang tadinya seteru sekarang menjadi anak karena apa yang seharusnya menjadi nasib kita atau keadaan kita karena kita seteru, itu dipikul oleh Kritus. Apa yang seharusnya menjadi keadaan Kristus karena Dia Anak, itu diberikan kepada kita. Inilah konsep pembenaran oleh iman yang menjadi pengertian pertama yang kita bahas mengenai kematian dan kebangkitan Kristus. Tapi ini bukan satu-satunya pengertian yang Paulus miliki dengan limpah dalam surat-suratnya. Kalau kita sangat reduktif berpikir tentang kematian, berarti dosa dihapus, kebangkitan berarti kita mendapat pembenaran dan diselamatkan, maka kita akan sulit melihat kelimpahan yang lain dari surat-surat Paulus.

Maka berikutnya Paulus mengidentikan kematian Kristus sama dengan kematian hidup lama kita. Ini satu pemaparan, salah satu cara memparalelkan yang sangat unik, Yesus mati demikian juga saya yang lama. Lalu Yesus bangkit, memastikan bahwa saya mempunyai pengharapan kemenangan di dalam hidup yang baru. Dia bangkit duduk di sebelah kanan Allah yang mulia dan Dia sebagai Anak memastikan tempat kita sebagai anak-anak Tuhan juga, ini pengertian kedua yang kita bahas. Lalu kita membahas pengertian kematian dan kebangkitan Kristus yang Paulus identikan dengan perjamuan dalam 1 Korintus 11, ini identik dengan pernyataan pembenaran yang Tuhan berikan tiap hari secara baru. Tiap hari kita menerima anugerah itu, ini dikatakan oleh Yohanes Calvin dalam buku ke-4 Institutio, mengenai Perjamuan Kudus. Bagi Paulus kematian dan kebangkitan Kristus yang sudah terjadi 2000 tahun yang lalu, itu secara baru terus diaplikasikan kepada kita oleh Roh Kudus. Sekarang kita akan melihat yang ke-4 di dalam Filipi. Dan konteks di Filipi ini sangat unik karena di dalam jemaat Filipi ada orang-orang yang memperebutkan pengaruh, ada orang yang mau hidup dengan cara yang sama orang Yahudi dulu hidup. Mereka mau menjadi identik karena ada pengertian yang sebenarnya tidak sama dengan yang diajarkan para rasul, tapi mulai muncul ajaran yang mengatakan “kalau Yesus adalah orang Yahudi, kalau Kekristenan adalah penggenapan janji Tuhan kepada Abraham, Ishak dan Yakub, maka sebenarnya engkau harus hidup dengan cara yang sama dengan tradisi orang Yahudi. Itu sebabnya orang Kristen yang bukan Yahudi mulai ragu “benarkah saya benar-benar umat Tuhan? Atau saya masih kurang diterima sebagai umat Tuhan karena saya belum sunat. Karena saya belum menjalankan apa yang Tuhan perintahkan di dalam tradisi Yahudi”. Ini yang dengan tegas ditentang oleh Paulus. Paulus mengingatkan untuk menjadi Kristen, untuk menjadi umat Tuhan jalannya adalah melalui Kristus. Kristuslah yang membawa kita menjadi bagian dari tubuhNya, menjadi bagian dari umat Tuhan, menjadi bagian dari milik Allah sendiri. Bukan karena kita menjalankan sesuatu atau hidup dalam tradisi tertentu.

Maka Paulus menjelaskan kepada jemaat Filipi “kalau engkau mau hidup dengan cara Yahudi, aku yang paling Yahudi dari semua”. Paulus sedang menyatakan bahwa hidupnya yang lama adalah hidup yang diidam-idamkan oleh para pemimpin Yahudi. Dia menyatakan dia adalah keturunan Benyamin, dan salah satu kebanggaan keturunan Benyamin adalah bahwa dari suku inilah Tuhan bangkitkan raja Israel yang pertama. Maka puji-pujian perang mereka tidak pernah berubah generasi demi generasi yaitu “majulah hai Benyamin, majulah hai raja Israel”. Ini menjadi kebanggaan bagi orang-orang yang hidup, meskipun mereka hidup di dalam suku yang kecil yaitu Benyamin, tetapi mereka memiliki kemuliaan, raja pertama Israel adalah dari mereka. Lalu dalam ayat 5 dikatakan “aku orang Ibrani asli”, Ibrani asli tidak ada kaitan dengan keturunan murni, Ibrani asli artinya orang yang hidup dengan cara Yahudi. Waktu Yesus melihat Natanel, Yesus mengatakan “engkau adalah Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya”. Ini sedang menyatakan bahwa Paulus adalah orang Israel sejati. Dia Israel sejati identitas dan Israel sejati secara gaya hidupnya. Maka dia bukan Israel yang hanya mewarisi Israel hanya karena keturunan Israel tetapi yang tidak hidup dengan cara yang sama dengan Israel sejati hidup. Maka ini sebenarnya pujian yang tinggi “kamulah Israel yang sejati, engkau ada orang Yahudi yang benar-benar Yahudi”. Lalu dikatakan dia adalah Ahli Taurat di dalam golongan Farisi. Golongan Farisi adalah golongan yang mau memurnikan kembali orang Yahudi yang tradisinya mulai goyah karena dipengaruhi oleh orang-orang Helenis. Orang-orang Yunani menyebarkan pengaruhnya dan mulai banyak orang Yahudi goyah, lalu mulai adopsi budaya-budaya luar. Orang Farisi dengan tegas mengatakan “tidak, kami punya tradisi sendiri. Kami umat Tuhan, kami harus hidup dengan cara yang Tuhan mau”. Dan menjadi Farisi itu sangat ketat dan keras. Jangan bilang orang lain yang rajin belajar itu seperti orang Farisi, karena saya yakin di seluruh GRII tidak ada satu atau belum ada satu yang layak dipanggil orang Farisi. Orang Farisi hafal seluruh Taurat sampai benar-benar hafal. Orang Farisi tidak tafsirkan Taurat berdasarkan kemampuan mereka sendiri, mereka harus mengambil tradisi yang ada. Dan mereka menafsirkan, menghafalkan tafsiran-tafsiran dari tradisi yang begitu besar dan dengan giat menjalankan hidup yang sesuai dengan Taurat. Itu sebabnya kata Farisi adalah kata yang mulia, tidak sembarang orang bisa disebut dengan Farisi. Mereka tidak bersalah dalam hal itu, bahkan mereka tidak bersalah dalam tindakan hidup yang benar. Mereka bersalah waktu mereka mulai anggap rendah orang lain. Kami bangga dengan identitas kami sebagai orang Yahudi”, ini yang membuat mereka populer di kalangan masyarakat. Paulus mengatakan “hai orang Filipi, engkau ingin coba hidup seperti orang Farisi hidup? Saya sudah melakukan itu. Engkau mau lakukan? Belajar baik-baik, ikuti tradisi seketat mungkin, kerjakan semua yang dituntut tradisi rabi dari dulu sampai sekarang. Lalu ketika engkau jalankan, engkau ingat baik-baik bahwa saya sudah lalui”.

Maka Paulus menyatakan bahwa apa yang dulu dianggap kemuliaan, sekarang dianggap sampah. Inilah cara Paulus untuk membandingkan hidup yang baru dia miliki dengan yang lama. Dia mengatakan “apa yang dulu saya lakukan, saya sangat hebat dalam melakukannya. Inilah yang ada, maka Paulus mengatakan “tahu tidak, yang kamu cari itu sampah. Saya dari dulu menganggap itu hanya sampah, tidak penting, yang penting bagiku sekarang Kristus, yang lama ku anggap sampah”. Inilah yang dilakukan Paulus, dia buang yang lama itu tidak berarti, padahal yang dia buang dikejar-kejar oleh seluruh orang Filipi pada waktu itu. Banyak orang membuang masa lalu, tapi masa lalunya memang sampah. Tapi ada orang-orang tertentu yang mengatakan “yang dulu saya anggap mulia, saya anggap tidak mulia lagi. Yang dulu diinginkan semua orang, sekarang saya anggap sebagai sesuatu yang tidak penting lagi”. Maka Paulus mengatakan “aku menganggap semuanya sampah, yang aku inginkan sekarang adalah untuk mengenal Kristus, kuasa kebangkitanNya. Dan sebelum mengalami kuasa kebangkitanNya, aku ingin tahu dulu bagaimana menjadi satu dengan kematianNya”. Maka di sinilah pengertian yang makin dalam kita bahas tentang pengertian konsep bersatu dengan kematian Kristus, bersatu dengan kebangkitanNya. Ini merupakan ajaran yang sangat sulit kita mengerti dari Paulus, bukan karena ajaran ini rumit secara kata-kata. Ajaran ini mudah dimengerti secara bahasa, tetapi sulit dimengerti secara konsep. Paulus mengatakan “aku rindu menjadi satu dengan Kristus, satu di dalam kematian, satu di dalam kebangkitan”, bagaimana caranya? Kita hidup sekarang, Kristus mati 2.000 tahun yang lalu, bagaimana menjadi satu dengan Kristus yang sudah mati ini? Bagi orang Yahudi, mengenal Tuhan itu bukan dari otak, mengenal Tuhan adalah lewat menjalani hidup yang Tuhan mau, baru kita makin kenal siapa Tuhan. Bagaimana mungkin kenal Tuhan? Apakah mengenal Tuhan dengan kalimat-kalimat pengertian yang masuk di dalam otak? Tidak. Apakah kenal Tuhan dengan mengikuti aturan-aturan tanpa mengaitkan aturan itu dengan Tuhan? Juga tidak. Bagaimana aku bisa kenal Tuhan? Bagi orang Yahudi yang mempunyai iman sejati, dia mengatakan “satu-satunya cara aku makin bisa mengenal Tuhan adalah kalau aku “menjalani hidupNya Tuhan”. Bagaimana bisa menjalani hidupNya Tuhan? Maksudnya adalah kita menjalani sesuai dengan apa yang Dia Firmankan. Inilah aspek yang luar biasa dari kehidupan orang Yahudi “aku mau kenal Tuhan, jalani hidup dengan cara yang hikmat dan penuh kebenaran dan aku akan kenal Tuhan”. Maka mereka mau mencicipi seperti apa mengenal Tuhan itu, caranya adalah hidup dengan cara yang Tuhan mau. Jalani hidup dalam kekudusan, jalani hidup dalam moralitas yang baik, jalani di dalam kecintaan kepada Tuhan dan sesama, ini membuat pelan-pelan makin mengenal Tuhan.

Ada orang bertanya bagaimana kenal Tuhan? Harus berbuat apa untuk kenal Tuhan? Kadang-kadang jawabannya “untuk kenal Tuhan, dengar khotbah yang bagus-bagus. Kalau sudah dengar khotbah bagus pasti lumayan kenal Tuhan”. Tapi saya katakan dengar khotbah itu adalah separuh bagian, separuh bagian lagi adalah saya mengikuti, “waktu aku sudah jalani baru aku mengerti Tuhan itu seperti ini”. Saudara tidak akan tahu bagaimana kehidupan nelayan kalau Saudara tidak melaut. Waktu saya jalani langkah demi langkah saya akan mempunyai sedikit pengertian “ternyata begini, seperti inikah yang Tuhan mau?”, maka menjadi mengenal Tuhan. Inilah yang ada pada Paulus, mengenal Kristus itu yang aku mau”. Dan jalan yang Kristus jalani ternyata adalah jalan menuju salib. Maka Paulus mengatakan “kalau begitu yang aku rindukan adalah menjadi satu dengan kematianNya”. Karena kematian adalah sasaran akhir dari kehidupan Kristus. Waku ada di dunia saya mau ikut, mau tahu apa yang Kristus jalani dan ternyata karena Kristus jalan menuju salib, aku pun akan jalan menuju salib. Ini pengertian yang dalamnya bukan main. Paulus bilang “yang dulu saya anggap penting, sekarang tidak penting lagi. Yang penting adalah berjalan menuju salib, berjalan menuju kematian, berjalan untuk mengabaikan diri dan mementingkan Tuhan”. Orang tidak akan mengenal Kristus, kalau terus berpusat pada diri.

Paulus mengatakan engkau yang ada dalam dunia, engkau akan mengatakan kematian merupakan satu bagian akhir di mana kita habis. Tetapi siapa di dalam Kristus mengetahui bahwa kematian merupakan sasaran yang mau dicapai oleh Kristus. Maka Paulus sedang mengatakan “kalau saya ingin memahami jalan hidup, maka saya harus menjadi satu dengan kematian Kristus, karena Kristus datang ke dunia untuk menggenapi kehendak Allah sampai mati”. Apakah hanya Kristus? Paulus mengatakan “tidak, tetapi semua orang di dalam Kristus harus mempunyai sasaran yang sama yaitu aku ingin menggenapi panggilan Tuhan sampai mati”. Berarti kematian menjadi tujuan akhir, kematian menjadi sasaran akhir terus yang saya mau kejar dalam melayani Tuhan. Tuhan mau saya lakukan apa, saya kerjakan, sampai akhirnya saya mencapai titik itu. Maka perbedaan orang Kristen dan bukan Kristen, bukan pada kita mau mati atau tidak, semua pasti mati. Tapi perbedaannya adalah bagaimana kita melihat kematian. Waktu Paulus mengatakan “aku tidak menganggap aku sudah mencpai kesempurnaan pengenalan akan Tuhan”. Karena untuk mengenal Kristus harus jalani hidupNya Kristus dan jalan hidup Kristus adalah jalan menuju salib dan mati. Paulus mengatakan “untuk jalani hidup, saya harus jalani sampai mati baru bisa mengatakan aku sudah kenal Kristus”. Maka dia mengatakan “aku rindu menjadi satu dengan kematian Kristus, waktu aku mati di dalam pengenalan di dalam Kristus, aku mencapai apa yang Kristus lakukan waktu mati di kayu salib”. Ini teologi kematian paling agung, paling besar, paling penuh kemenangan dan paling indah yang pernah didengar.Saudara tidak setuju ini, akan tetap mati. Tapi Paulus memberikan pandangan bagaimana melihat kematian. Bahkan dia mengatakan di bagian lain “sebentar lagi aku akan mengakhiri pertandingan dan tersedia mahkota bagiku”. Menurut Saudara mahkota itu apa? Ada yang mengatakan mahkota itu emas dan berliannya ditaruh di sorga. Kalau Saudara rajin pelayanan, berliannya tambah banyak, rajin KKR Regional berliannya tambah lagi, rajin ikut humas berliannya tambah banyak lagi. Tapi kalau malas, berliannya dikurangi, pahalanya sedikit. Benarkah di sorga nanti diberi mahkota? Alkitab mengatakan kalau pun diberi itu diberi untuk dilemparkan ke kaki Kristus. Jadi Saudara dapat mahkota hanya untuk dilihat sebentar, begitu dilihat kurang mulia dibandingkan kemuliaan Kristus, langsung dibuang ke kaki Kristus, “aku tidak layak terima kemuliaan apa pun”, itu nanti di sorga. Jadi sangat aneh kalau kita masuk sorga dan minta pahala. Itu konsep yang salah tentang sorga.

Waktu Paulus mengatakan “mahkota sudah tersedia” itu bukan mahkota yang ditaruh di kepala, maksud dia adalah kematian. Ini tema yang mengerikan. Saudara mau berteriak seperti Paulus? “sekarang tersedia mahkota”, apa mahkotanya? Kematian. Paulus di dalam 2 Korintus mengatakan “darahku mulai tercurah dan aku sekarang sudah garis akhir, sekarang tersedia mahkota bagi ku”. Bagi Paulus mahkota itu kematian, karena dia melihat kematian itu garis akhir pelayanan dia. Kalau kita sampai di garis akhir dalam iman kepada Yesus Kristus, itu kemenangan. Sampai garis akhir dimana kita akhirnya boleh beristirahat dari jerih lelah kita, itulah kemenangan. Karena Kristus pun lakukan itu, Dia hidup di dalam dunia bukan untuk memperpanjang hidup, Dia hidup di dalam dunia untuk setia sampai mati. Itu sebabnya kalau Kierkegaard menulis Sickness Unto Death, sakit yang menuju kematian, itu milik orang dunia. Milik orang Kristen adalah faithfull unto death, setia sampai mati dan ketika kematian tiba di situ lah mahkota kita. Ini yang Tuhan mau nyatakan melalui Paulus. Paulus mengatakan makna kematian Kristus adalah teladan bagiku untuk melihat hidupku. Hidupku aku jalani sampai nanti aku mengalami kematianku dan disitulah aku mengalami mahkota tersedia. Bukan pada mahkota yang akan diberikan nanti, tapi pada titik akhir hidup dimana aku dengan setia menjalaninya bagi Tuhan. Maka yang Paulus sedang bagikan adalah apakah kita setia pada panggilan kita? Yesus setia pada panggilanNya sebagai Wakil dari seluruh umat manusia, menjalani dunia dengan ketaatan dan menjalaninya sampai mati. Kita pun diperintahkan Tuhan untuk mengerjakan hal yang sama, jalani sampai mati. Kita hidup bukan untuk memperpanjang hidup, kita hidup bukan untuk membuat hidup sedikit lebih panjang, tidak ada yang bisa melakukan itu. Uang Saudara tidak bisa membuat hidup Saudara bertambah. Pangkat Saudara juga tidak bisa membuat hidup Saudara bertambah. Saudara kerjakan apa pun, mati ya tetap mati. Masalahnya adalah yang saya lihat di dalam kematian itu apa. Apakah kita menjadikan kematian itu sebagai satu kemuliaan “aku sudah mengakhiri hidup dengan penuh kemenangan”. Atau kita sama dengan dunia yang mengatakan “mengapa saya harus mati? saya mesti meninggalkan semuanya ini, kasihan sekali saya”. Karena itu Luther mengingatkan sebelum kita dipanggil biarlah kita menjadi berkat sampai saat kematian, biar kalimat terakhir kita pun menjadi kekuatan yang luar biasa. Luther sendiri saat terakhir mengucapkan Yohanes 3:16 sebanyak 3 kali, alu teman-temannya mengatakan “saya ingin tanya apakah engkau masih yakin dengan ajaran reformasi sampai detik ini? Tolong katakan untuk menguatkan kami”. Jadi orang ini bertemu dengan Luther yang sudah mau mati, minta dia dikuatkan, bukan menguatkan Luther. Luther genggam tangan temannya itu, lalu dia bicara dengan suara tegas tapi lemah karena sudah mau mati, dia mengatakan “iya” lalu dia mati. Ini seruan kemenangan. Paulus mengatakan “saat ku dicurahkan darahNya sudah dekat, itulah kemuliaanku”. Sama seperti Kristus menuju salib, tidak pernah satu kalimat pun membuat kita menjadi ragu dengan iman kita. Yesus jalan disalib dengan tegas, meskipun lemah. Dia waktu di paku di kayu salib tidak pernah ada kalimat menyesali apa pun. Pernahkah di kayu salib Dia mengatakan “andaikan Aku tidak pernah pilih Yudas”, pernahkah Dia di kayu salib mengatakan “andaikan khotbahKu tidak terlalu keras” tidak ada. Semua seruan Kristus di salib adalah seruan kemenangan, ini luar biasa aneh. Seruan pertama adalah seruan yang lebih agung dari pada orang lain yang menyiksa Dia, dengan mengatakan “ampuni mereka karena mereka tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan”. Yesus sedang tidak di dalam posisi dikasihani, Yesus dalam posisi mengasihani. Orang-orang Kristen tidak boleh minta dikasihani dengan mengatakan “kami harus dibantu”, tidak ada itu. Yesus di kayu salib pun mengasihani orang lain, bukan minta dikasihani. Saudara adalah pengikut Kristus, di mana pun engkau berada, engkau memberikan belas kasihan, bukan minta belas kasihan. Ini gerakan Reformed Injili, tidak pernah minta sumbangan apa pun, tidak pernah minta belas kasihan. Karena Kristus disalib dan mengatakan ”Aku kasihan kepadamu, Aku doakan supaya kamu diampuni”. Kalimat berikutnya terus menyatakan kemenangan, Dia mengatakan pada bagian akhir “saudah selesai”. Lalu mengatakan “ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu” tidak ada kalimat seagung Kristus ketika menjelang kematian. Itu sebabnya waktu Paulus melihat salib, dia tidak melihat kekalahan, dia melihat kemenangan. Itu sebabnya waktu dia melihat kematian, dia mengatakan “ini akan menjadi titik puncak hidupku, dimana aku selesai melayani Tuhan di dalam hidup ini”. Bisakah kita pandang kematian kita dengan mengatakan seperti itu, “aku akan melayani Tuhan sampai pada hari akhirnya aku selesai melayani di sini, jabatan tugasku berakhir, aku boleh pulang kepada Bapa di sorga”. Inilah makna salib di dalam pengertian Paulus. Dia mengatakan “dulu yang saya anggap penting, saya anggap sampah. Sekarang yang mau saya kejar adalah bagaimana kematian akhirku mengingatkan orang akan kematian Kristus”. Inilah kesatuan di dalam kematian Kristus supaya memperoleh kebangkitan sama seperti Kristus bangkit. Kiranya Tuhan memelihara hidup kita dan mempermuliakan namaNya di dalam hidup kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Senantiasa Mengingat Penebusan Kristus

(1 Korintus 11: 23-26)
Konsep penebusan menurut Paulus itu sangat luar biasa dalam dan unik. Dia memadukan begitu banyak hal, sehingga ketika kita membaca Alkitab dan dikurung oleh konsep-konsep utama saja, kita kehilangan banyak hal yang sangat penting. Dan tanpa kita mengerti apa yang dimaksudkan oleh penulis, kita bisa menafsir sembarangan dari ayat-ayat yang ada. Salah satu tujuan dari gerakan reformasi adalah membawa orang kembali kepada Firman untuk menafsirkan Firman berdasarkan cara yang benar untuk menafsirkan sebuah tulisan. Maka teologi kita terus diperkaya berdasarkan kebenaran Firman. Ini tidak berarti teologi kita tidak perlu dipegang, ini tidak berarti pengakuan iman kita tidak perlu ada. Harus ada, tetapi kelimpahan Kitab Suci tidak boleh dikurung hanya di dalam cara berpikir yang umum. Maka kalau Saudara berpikir tentang keselamatan, Saudara mengatakan “Yesus mati untuk dosaku, Dia bangkit, aku selamat”, ini kalimat yang akan menyempitkan banyak hal, yang sebenarnya sangat dalam di dalam tema-tema tentang keselamatan yang sangat limpah. Alkitab menunjukkan cara untuk menikmati kebenaran doktrin itu dengan cara yang sangat limpah. Kita akan melihat konsep Paulus mengenai kematian dan kebangkitan Kristus dilihat dari sudut pandang makan. Apa kaitan penebusan Kristus dengan makan? Paulus mengatakan sangat ada dan sangat penting.

Dalam 1 Korintus 11, Paulus membahas makanan, makan perjamuan harus dengan hormat. Lalu dalam 1 Korintus 10, Paulus juga membahas makanan “makan makanan yang dipersembahakan kepada berhala, tidak apa-apa, tetapi kamu harus lihat Saudaramu. Waktu engkau makan, mereka dapat berkat atau tidak”. Itu sebabnya Paulus mengingatkan bagi orang Kristen yang penting itu bukan mana boleh mana tidak, yang penting adalah mana berguna, mana tidak. Jangan berlindung di bawah tafsiran palsu dari Kitab Suci untuk apa yang sedang kita kerjakan di dalam hidup. Maka Paulus mengatakan dalam 1 Korintus 10 “yang kamu kerjakan berguna atau tidak untuk pertumbuhan iman orang lain”. Kita mengerjakan sesuatu berguna atau tidak untuk pertumbuhan iman orang lain? Maka di dalam Imamat 19, kalau Saudara mau belajar berelasi tapi tidak pernah membahas Imamat 19, Saudara tidak tahu apa-apa tentang relasi. Karena ketika Yesus berkata tentang relasi, berkata tentang kasih, Dia mengasumsikan Saudara sudah pernah baca Imamat 19. Banyak kalimat dari Tuhan Yesus adalah kalimat kesimpulan yang berguna kalau Saudara sudah dalami Perjanjian Lama. Kalau Saudara sudah dalami Perjanjian Lama dengar kalimat Tuhan Yesus, langsung tersambung “oh, ini maksudnya”. Waktu Yesus mengatakan “kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri”, Saudara langsung ingat Imamat 19. Dan di dalam Imamat 19 dibahas dengan limpah kasih dan kekudusan itu satu. Saudara tidak mungkin hidup kudus tanpa mengasihi. Dalam Imamat 19 dibahas kasih berarti Saudara harus membuat kehidupan sosial menjadi kudus, inilah kasih. Imamat 19 mengingatkan kasih berarti Saudara membawa perubahan secara sosial. Saudara tidak kudus dengan menghindarkan diri dari dosa saja, orang Kristen tidak pernah mengenal kekudusan secara pasif seperti ini. Kalau Saudara mengatakan “aku tidak pernah ini, aku tidak pernah itu”, terus tidak pernah, itu bukan tanda kudus tapi tanda Saudara adalah orang yang mampu menahan diri, itu saja. Tapi kalau sudah mampu mengatakan “saya tidak pernah” ini baru separuh jalan, kekudusan yang sejati harus disambung dengan mengatakan “saya sedang kerjakan ini, sudah kerjakan ini, akan kerjakan ini”. Kerjakan apa? Kerjakan yang perlu adanya masyarakat yang lebih baik. Itu sebabnya Paulus mengingatkan “kamu makan pun untuk orang lain mampu hidup dalam cara yang benar, kamu berbisnis supaya orang lain mampu hidup dalam cara yang benar. Kamu bekerja supaya orang lain mampu hidup di dalam cara yang benar”. Inilah pengertian-pengertian yang sangat agung dan dalam yang kadang-kadang kita merasa idealis dan merasa tidak mungkin. Karena itu Alkitab mengatakan “yang engkau kerjakan tidak mungkin engkau kerjakan tanpa topangan dari Tuhan”.

Dalam Injil Yohanes waktu itu murid-murid ada 5.000 laki-laki belum termasuk perempuan dan anak-anak, semua berkumpul untuk ikut Yesus. Lalu mereka ikut tanpa tahu apa yang harus dipersiapkan, tanpa tahu mau jadi apa ke depan, ini beriman. Tapi beriman ternyata tidak cukup, karena beriman harus kepada objek iman yang benar, harus kepada Kristus yang sejati, bukan Kristus yang sesuai dengan bayangan kita. Akhirnya 5000 orang makan dan semua menjadi kenyang, perempuan dan anak-anak juga ikut makan. Lalu semua dikumpulkan dan masih ada sisa 12 keranjang. Sisa 12 keranjang, 5.000 orang laki-laki ini paralel dengan 12 suku Israel 600.000 laki-laki. Israel keluar dari Mesir tidak dicatat berapa perempuan, berapa anak-anak, hanya dicatat 600.000 laki-laki. Lalu ketika Yohanes menulis, dia mengatakan 5.000 laki-laki ada 12 keranjang sisa, 12 murid membagi, ini sangat paralel. Yohanes saat menulis ingin pembacanya mengetahui “saya sedang paralelkan kisah ini yang memang sangat paralel dengan waktu Israel keluar dari Mesir”. Lalu dalam bagian Yohanes 6, Yesus memberikan makan 5.000 orang ini diparalelkan oleh Yohanes dengan Israel di padang gurun dapat roti. Maka ketika murid-murid mengejar Tuhan Yesus, Yesus mengatakan “engkau tidak melihat tanda, engkau cuma mau roti lalu menjadi kenyang”. Engkau tidak mau tanda, engkau cuma mau menikmati apa yang Tuhan bisa berikan dalam tanda itu, Yesus mengatakan ini dengan keras. Lalu Yesus berkata “jangan cari makanan yang bisa binasa, cari makanan yang tidak bisa binasa”. Setelah itu mulai pertentangan datang, 5.000 orang yang awalnya setia mulai goyah, karena tadinya mereka setia ikut Tuhan, tapi Tuhan kritik mereka. Waktu Yesus mengatakan kalimat-kalimat tidak setuju, saya mulai kontra Dia, saya mulai anti Dia. Maka ada yang mengatakan “Engkau terlalu sombong, terlalu percaya diri. Engkau memberi makan 5.000 orang, bandingkan dengan Musa. Musa memberikan 600.000 orang laki-laki makan” memberi makan 5.000 dengan 600.000 besar mana? Tapi Yesus jawabnya lain “siapa bilang Musa pernah memberi roti”, lalu orangYahudi mengatakan “pernah, di dalam Taurat dikatakan dia menurunkan roti dari langit”. Yesus bilang “yang turunkan Musa atau Allah”, mereka baru kaget “selama ini teologiku salah, bukan Musa yang menurunkan, tetapi Allah”. Maka kalau benar menyamakan diri dengan Allah, orang Yahudi akan protes “mengapa berani menyamakan diri dengan Allah?”, Yesus akan mengatakan “lihat pekerjaanKu, lalu sangkalah bahwa Aku setara dengan Allah”, tidak ada yang berani. Yesus memberikan makan, Allah memberi makan, maka ini sama. Tetapi Yesus mengatakan “roti yang Allah turunkan itu bukan roti yang kita makan lalu mati”. Tetapi perkataan Yesus jauh lebih keras “roti yang dulu dimakan nenek moyangmu, membuat nenek moyangmu tidak dicegah dari kematian, mereka makan roti dan mati”, ini kalimat yang tidak bisa dicegah. Sehebat-hebatnya mujizat di padang gurun, nenek moyang mereka mati. Yang Yesus tawarkan bukan melanjutkan pekerjaan Musa, kalau Saudara bandingkan Musa dengan Yesus, Yesus akan mengatakan “Aku tidak mungkin dibandingkan dengan Musa karena Aku jauh lebih besar dari Musa”. Yesus mengatakan “tetapi roti yang turun dari sorga adalah tubuhKu. Dan darahKu adalah minuman yang Tuhan sediakan bagimu”. Ini membuat kontroversi lagi “menurutMu kami harus makan tubuhMu dan minum darahMu?”, Yesus bukan malah menjawab, bukan meng-clear-kan suasana, Dia malah menambah heboh suasana. Ini salah satu ciri Yesus, Saudara tanya apa, Dia akan tambah membuat Saudara bingung lagi. “Jadi kami harus memakan tubuhMu?”, Yesus mengatakan “tubuhKu adalah benar-benar makanan dan darahKu benar-benar minuman”, ini membingungkan, mereka ingin tanya, tapi Yesus tidak membuka tanya jawab. Yesus berhenti berkhotbah pada waktu itu. Yesus kadang-kadang membiarkan orang dalam kebingungan dan Dia tidak mau bukakan. Alkitab mengatakan “Aku memberitakan Injil, memberitakan Firman melalui kamu Yesaya, supaya meskipun mereka mendengar mereka tidak menganggap, meskipun mereka melihat mereka tidak mengerti”. Inilah kekerasan hati Israel, Tuhan memberitakan Firman, tapi Tuhan sengaja menyatakan dengan membunyikan artinya dulu supaya semua orang tidak mendapat arti, hanya orang-orang yang Tuhan mau berikansaja. Maka setelah Dia mengatakan “tubuhKu benar-benar makanan, darahKu benar-benar minuman” ketika semua orang kebingungan, maka mereka sambil bingung sambil kecewa, setelah kecewa mereka pergi. Setelah 5.000 pergi tinggal sisa 12, Yesus mengatakan kepada yang 12 “masihkah engkau tinggal di sini?”, tidak mau pergi juga. Ini penurunan drastis, dari 5.000 orang menjadi 12, lalu Yesus mengatakan “kamu tidak mau pergi juga?” Petrus menjawab dengan luar biasa “Engkaulah perkataan dan hidup, Engkaulah yang menyatakan hidup kepada kami, kepada siapa lagi kami pergi”. Yesus mengatakan “memang benar, Aku yang memilih kamu yang 12 ini, tetapi 1 dari kamu adalah setan”. Jadi dari 12 dikurangi 1, lalu sekarang tinggal 11, yang kesebelas orang inilah Yesus mengatakan maknanya. Yesus mengatakan “tubuh dan daging tidak berguna, tetapi roh dan kehidupan itulah yang Aku beritakan kepadamu, sebab FirmanKu adalah roh dan kehidupan”. Firman Yesus adalah kebenaran yang menghidupkan, Firman Yesus berbicara tentang kehidupan. Maka ketika Dia menyatakan kepada para murid, para murid sekarang mengerti dan para murid disiapkan untuk nanti dalam perjamuan sebelum Yesus ditangkap, Yesus kembali melakukan hal yang sama. Yesus memecah-mecahkan roti lalu mengatakan “ini tubuhKu perbuat ini untuk mengingat Aku”, Yesus memberikan cawan dan mengatakan “ini darahKu perbuatlah ini,. Sesungguhnya Aku tidak akan melakukan ini sampai zaman yang baru ketika Aku datang”. Jadi murid-murid ini sengaja dipilih Tuhan untuk melakukan pekerjaan Tuhan yang besar. Murid-murid ini harus menyebarkan ke seluruh dunia. Itu sebabnya diperintahkan pergi dan jadikan seluruh bangsa, Tuhan mau seluruh bangsa, Tuhan tidak mau satu-satu, Tuhan mau semua bangsa kenal. Inilah satu dorongan semangat yang harus dimiliki orang Kristen. Saudara kalau baca ayat itu, Saudara harus ingat tekanannya adalah pada bangsa, harus menjangkau seluruh bangsa, semua bangsa harus datang kepada Tuhan.

Calvin mengatakan tema dari Perjamuan Kudus bukan dari roti atau anggurnya, tetapi makna dari Perjamuan Kudus adalah kematian Kristus diberikan kepada kita dan diperlukan oleh kita seperti kita memerlukan makan setiap hari. Inilah pengertian yang seringkali kita lupa, adakah dari Saudara yang setelah makan mengatakan “hari ini makan, besok tidak usah. nanti kalau sampai mati kalau sudah lapar baru makan lagi”. Adakah di antara Saudara yang tidak makan selama sebulan terakhir ini? tidak mungkin. Saudara tiap hari perlu makan. Waktu tidak makan , badan mulai lemas, waktu kita tidak makan, badan mulai kehilangan tenaga. Maka hal yang sama diparalelkan oleh Paulus dan ini disadari oleh Calvin. Calvin mengatakan “makna perjamuan adalah di dalam aku perlu penebusan Kristus secara konstan setiap hari. Inilah konsep setiap hari yang diperlukan dalam pertumbuhan dan pengudusan manusia. Kapan kita ditebus? Kita ditebus waktu Yesus mati di kayu salib. Efesus 1:13 mengatakan “pada waktu kita percaya, kita memulai langkah penebusan ini”. Maka pada bab ke-17 Calvin menulis dengan cara yang sangat agung, dia mengatakan kematian Yesus kita perlukan setiap hari, tubuh Yesus kita perlukan tiap hari untuk penebusan kita boleh berefek dalam pengudusan sampai akhirnya mencapai pada kesempurnaan di zaman akhir nanti. Jadi Calvin mengatakan kita perlu ini sebagai pertumbuhan. Saudara perlu makanan bergizi untuk tubuh, Saudara perlu darah dan tubuh Kristus setiap hari untuk pertumbuhan rohani Saudara, ini pengertian yang sangat agung sekali. Karena Calvin mengatakan Yesus mati satu kali, tetapi efek dari kematian itu adalah efek kekal. Kalau orang diminta untuk menjelaskan apa itu kekal, ada yang menjawab kekal itu berarti terruuuuusss tidak berhenti, tidak ada akhir, lalu terus tidak ada awal. Jadi awalnya tidak ada, akhirnya tidak ada, tidak ada permulaan. Tidak ada waktu mulai tidak ada waktu akhir, ini penjelasan tentang kekekalan. Tapi satu tokoh di abad ke-3 bernama Origen, pada waktu dia ditanya apa itu kekekalan, jawabannya membuat kita kaget. Origen mengatakan tiap kekal itu berarti setiap hari diberikan secara baru. hari bahkan sebelum ada hari itu diberikan secara konsisten. Origen mengatakan kekekalan diaplikasikan ke hari ini berarti setiap hari seperti baru. Berarti waktu Yeremia mengatakan “sangat besar kesetiaanMu selalu baru tiap hari”, ini berarti waktu kekekalan diberikan tiap waktu, tiap hari itu fresh dan baru. Maka waktu Yesus mati, pengaruh kematianNya yang kekal itu diberikan setiap hari. Inilah pembaruan yang dikatakan Calvin dimiliki orang Kristen. Calvin adalah pemikir yang sangat besar, tapi kita harus hati-hati bacanya. Sekali lagi kalau Saudara baca Calvin dengan konsep teologi yang ketat dan sangat terlalu terperinci, akhirnya Saudara gagal mengalami kedalaman dia. Ini Calvin sedang bicara tentang pertumbuhan rohani.

Calvin mengatakan bertumbuh dalam 2 hal yang pertama adalah Firman, yang kedua adalah sakramen di dalam perjamuan. Sakramen dalam perjamuan menumbuhkan iman karena sakramen perjamuan itu adalah pernyataan secara fisik untuk hal yang terjadi secara mistik. Kalau Saudara tidak mengerti hal ini mesti baca bukunya Calvin, mesti diskusi akan apa yang Alkitab nyatakan tentang keselamatan kita. Maka Calvin mengatakan yang terjadi di dalam keselamatan kita sifatnya mistik. Mistik artinya hal yang other worldly, hal yang sifatnya lebih ke dunia yang bukan yang kelihatan di dalam dunia yang sekarang ini. Tidak ada kaitan mistik dengan tiba-tiba lampu menjadi gelap, ada suara-suara, ada langkah orang, itu mistik horor murahan. Calvin mengatakan ada 2 cara untuk mengreti yaitu yang pertama dengan iman yang pasti, kedua adalah dengan tanda, simbol yang bisa kita lihat dan kita rasa. Itu sebabnya ada roti dan anggur yang benar-benar ada. Waktu Saudara makan, ini merupakan iman yang Saudara ambil sambil Saudara makan rotinya sambil Saudara mengatakan “ini sama dengan Kristus yang saat ini sedang memberikan secara baru penebusanNya di kayu salib”. Jadi kematian dan kebangkitan Kristus tidak terjadi 2000 tahun yang lalu saja, efeknya secara segar Tuhan berikan setiap hari. Inilah makna kematian yang berpengaruh secara kekal, jadi setiap hari Tuhan memperbarui perjanjian dan komitmenNya. Setiap hari itu baru. Dan ketika Alkitab mengatakan setiap hari itu bukan berarti sehari sekali, tetapi setiap saat. Kata lain untuk setiap saat adalah setiap hari. Selalu baru setiap hari, maksudnya Tuhan selalu memberikan yang fresh. Waktu Tuhan menyatakan penebusa, penebusan itu selalu baru. Saudara terima yang baru, Saudara tidak terima efek yang 2.000 tahun lalu, Saudara terima efeknya secara fresh saat ini, besok dan seterusnya, terus baru. Itu sebabnya sikap orang yang menyadari hal ini adalah mempunyai relasi yang terus diperbarui dengan Tuhan. Mengapa banyak orang mempunyai relasi yang seperti begitu lama dengan Tuhan, begitu muak untuk dekat dengan Tuhan, begitu sulit untuk mempertahankan kehangatan dengan Tuhan? Karena tidak sadar bahwa Tuhan sedang memberikan anugerah keselamatanNya tiap hari dengan cara yang baru. Seperti seorang anak yang ditopang oleh ibunya, waktu ibunya gendong dia tertidur, dia lupa waktu tidur ibunya sedang gendong. Maka sekarang dalam perjamuan Tuhan mengatakan “ambil roti ini, minum anggur ini”. Waktu engkau makan roti, engkau menyadari saat ini engkau sedang menerima dengan iman bahwa Allah sedang memberikan penebusan. Inilah pengertian Calvin, Calvin mengatakan kita dibawa keluar, ke atas, ke tempat Kristus ada, lalu diingatkan tiap hari kita sedang diebrikan secara fresh penebusan Kristus. Saudara tidak mendapatkan makanan basi, Saudara tidak mendapatkan roti yang kemarin. Saudara diberikan secara baru hari ini, besok baru lagi. Inilah efek kekekalan dari penebusan Kristus.

Maka ketika kita membaca 1 Korintus 11 ini kita mengerti Paulus mempunyai konsep kematian dan kebangkitan Kristus yang diaplikasikan secara baru. Inilah hal ketiga yang kita pelajari.
Hal pertama kematian dan kebangkitan Kristus memberikan kita status selamat. Karena untuk selamat kita harus mengalami status milik Sang Anak. Dan untuk dosa ditebus, Sang Anak harus mengalami status pendosa dan mengalami upah dosa. Lalu kedua, kematian Kristus adalah tanda kematian dosa kita, kebangkitan Kristus adalah tanda keselamtan kita didalam hidup yang baru. Dan pengertian ketiga kita bahas dari 1 Korintus 11, kematian dan kebangkitan Kristus terjadi ribuan tahuan yang lalu, tapi efeknya diberikan baru sekarang, hari ini dan nanti besok baru lagi diberikan, terus baru diberikan oleh Allah. Dan ini kita sadari waktu memakan roti perjamuan dan minum cawan anggur itu. Maka nanti kalau Saudara masuk dalam perjamuan, di dalam gereja ini, ingat baik-baik Tuhan sedang memberikan penebusan itu, sedang mengaplikasikan secara konstan setiap hari selalu baru. Dan dengan roti dan anggur itu kita mensyukuri “aku menerimanya dengan iman penebusan yang Kristus berikan kepadaku, aku menerimanya saat ini. Aku menerima sejelas aku memakan roti ini”. Orang beriman itu bisa melihat yang sifatnya mistik sejelas orang biasa melihat hal yang kelihatan. Untuk membuat kita tidak lupa maka ada tanda. Ada tanda roti, ada tanda anggur, tanda bahwa saat ini aku sedang menerima anugerah Kristus yang menyelamatkan saya. Saudara kalau ingat cinta Tuhan dan penebusan yang diberikan tiap hari, Saudara pasti berpikir berkali-kali sebelum Saudara melakukan dosa. Sebelum Saudara melakukan dosa, Saudara berpikir baik-baik Dia yang sudah mati 2.000 tahun yang lalu, sekarang sedang menyatakan penebusan itu saat ini. Kalau saat ini Tuhan sedang menyatakan penebusanNya di sini, bagaimana mungkin saya berani berdosa melawan Dia, bagaimana mungkin saya berani melawan Dia dengam berbuat dosa. Mari hidup dalam kekudusan. Dan Paulus mengingatkan siapa yang menghina simbol berarti sedang menghina yang Tuhan berikan. Yang menghina penebusan setiap hari dengan terus berdosa dan mengabaikan Tuhan, dia sedang menghina pengampunan yang dicurahkan secara baru. Orang yang memberikan sesuatu yang fresh dihina oleh orang yang menerima, akan menyinggung orang yang memberi. Kiranya kita tidak menyinggung Tuhan dengan hidup di dalam cara yang sembarangan. Biarlah kita hidup dengan cara yang diperkenan Tuhan tiap hari makin diperbarui karena tiap hari aplikasi dari penebusan sedang diberikan kepada kita saat ini. Kiranya Tuhan memimpin dan memberkati kita semua.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Mati dan Bangkit di dalam Kristus

(Roma 6: 5-11)
Paulus ketika membahas tema ini bagaimana manusia berpindah dari cara hidup yang lama kepada cara hidup yang baru, Paulus mengambil cara orang dalam Perjanjian Lama memandang tema ini. Dunia Perjanjian Lama tidak mengenal cara yang hanya sekedar perubahan tingkah laku. Saudara tidak dituntut oleh Tuhan untuk mengalami hanya perubahan tingkah laku. Itu sebabnya dalam Perjanjian Lama waktu Tuhan berfirman akan memanggil Israel menjadi umatNya, Dia membawa keluar dari penyembahan berhala untuk masuk ke dalam penyembahan kepada Allah. Jadi mereka dipanggil bukan hanya untuk perubahan tingkah laku saja, mereka dipanggil untuk mengubah komitmen, mengubah kehidupan, mengubah segala sesuatu dalam hidup mereka untuk dipersembahkan kepada Allah. Manusia lama sebelum diberikan perjanjian oleh Tuhan adalah penyembah-penyembah berhala. Tuhan mengatakan di Mesir, Israel menyembah berhala, di dalam daerah Mesopotamia Abraham dan keturunannya dan keluarganya menyembah berhala, maka Tuhan memanggil Abraham keluar, memanggil Israel keluar. Keluarnya Abraham dari tempat dia ke Tanah Kanaan dan keluarnya Israel dari Mesir ke Kanaan bukan hanya sekedar perubahan tingkah laku. Tuhan tidak memberikan kepada mereka hukum-hukum untuk ditaati secara lahiriah saja, Tuhan memberikan Taurat setelah memberikan hukum paling utama yaitu “jangan ada allah lain dihadapanKu”. Jadi kehidupan orang Israel sebelum dipanggil Tuhan dan sesudah adalah perbedaannya itu sangat menyeluruh, bukan hanya lahiriah, bukan hanya kebiasaan berubah-berubah, bukan kalau dulu pergi ke tempat hiburan sekarang pergi ke gereja, kalau dulu tidak belajar Alkitab sekarang rindu belajar Alkitab, kalau dulu tidak tahu apa itu doa sekarang punya kebiasaan mulai berdoa. Itu semua hanyalah tindakan-tindakan luar yang sama sekali tidak berarti kalau hal yang paling inti belum berubah.

Maka Tuhan mengatakan kepada Israel “hal utama yang kamu harus lakukan adalah ubah berhalamu, buang dewamu, sembahlah Allah”. Dari memberikan komitmen kepada berhala, sekarang memberikan komitmen kepada Allah yang hidup. Dari hidup melayani berhal ayang mati, sekarang berkomitmen untuk melayani Allah yang hidup. Apakah berhala itu ada? tidak. Tetapi orang yang menolak Tuhan lalu mau membuat agama sendiri, mau membuat ilah-ilah palsu yang disembah sendiri, dia sedang jatuh dalam dosa perbudakan kepada berhala. Jadi berhala menindas dan memperbudak dia meskipun berhala itu tidak ada. Mereka diperbudak oleh keberdosaan mereka sendiri. Sama dengan Surat Roma 6, Paulus mengatakan dulu kamu memperhamba diri, menyembah dosa. Dosa itu bukan keberadaan yang nyata, bukan satu bagian di luar kita yang kita sembah, dosa itu sangat nyata, tapi dosa itu bukan seperti berhala yang benar-benar ada. Dosa itu yang ada di dalam diri, yang kita keluarkan karena kita memberontak kepada Tuhan. Tapi Paulus mengubah cara dia membahas dengan memberikan dosa satu tempat seperti berhala, lalu kita sujud menyembah berhala. Maka di dalam Perjanjian Lama, Tuhan menekankan sekali “engkau harus menyembah hanya Tuhan, Tuhan Allahmu kamu harus ikuti. KepadaNya kamu harus berbakti, kepadaNya kamu harus menyembah, kepadaNya kamu harus berpaut, kepadaNya engkau harus beribadah, tidak boleh ada allah lain”.

Dalam 10 Hukum, hukum yang pertama sangat ditekankan “jangan ada allah laih di hadapanKu” jangan ada berhala apa pun, orang Israel harus menyembah hanya Tuhan. Maka waktu mereka dipanggil keluar, Tuhan menekankan jangan ada berhala, jangan ada Allah lain, jangan ada sembahan lain, hanya Tuhan dan perintah ini ditekankan sampai perintah-perintah berikut ketika Tuhan mengatakan “jangan membuat image apa pun”. Tuhan tidak mau ada image apa pun yang bisa membuat orang menyembah Tuhan tetapi dengan pikiran yang sama tentang dewa-dewa yang lain. Mereka menyembah Tuhan secara fisik, tetapi pikiran mereka menafsirkan Tuhan, mengerti Tuhan dengan cara yang salah, Tuhan tidak mau ini. Kita tidak boleh menyembah Allah, Allah yang sepertinya benar, tetapi pengertian kita tentang Allah itu salah, ini adalah penyembahan berhala. Maka Tuhan mengatakan “jangan membuat gambar apa pun”. Tuhan juga sangat menekankan ibadah dari Israel, harus benar-benar mencerminkan ibadah kepada Allah Israel, sehingga orang tidak salah mengerti tentang Allah, sehingga orang tidak mencampur-adukan konsep berhala yang palsu dimasukan kepada Allah. Sehingga orang tidak berpikir Allah adalah satu dari berhala-berhala orang Israel yang banyak. Oleh karena itu ibadah mereka harus murni, penyembahan mereka harus khusus dan cara mereka beribadah tidak sama maknanya dengan bangsa-bangsa lain. Inilah perbedaan yang Tuhan mau Israel miliki, karena Tuhan mau menekankan hanya Dialah Allah tidak ada yang lain. Ini sebabnya ketika Daud mau pindahkan tabut perjanjian dari Silo ke Yerusalem. Tetapi ketika mau diangkut, tabut itu ditaruh di kereta, ditarik oleh sapi. Masukkan ke kereta kemudian ditarik oleh sapi ini adalah cara orang Filistin memindahkan berhala mereka. Jadi kalau mereka mau memindahkan dewa dagon akan ditaruh di kereta kemudian ada sapi yang menarik, lalu mereka mengiringi semua. Waktu tabut perjanjian ditaruh, ada kemungkinan orang mengatakan “cara orang Israel mengangkut dewa sama seperti orang Filistin mengangkut dewa”, akhirnya pengertian menjadi campur, dan Tuhan tidak mau. Karena Tuhan tidak mau, Tuhan sangat keras menegur. Dikatakan bahwa tabut itu berjalan sebentar dibawa oleh kereta, lalu sapi yang membawa kereta itu terpeleset. Waktu sapi terpeleset, kereta mau jatuh, Uza cepat-cepat pegang, waktu dipegang dikatakan “Tuhan menghantam Uza dengan keras”. Cara angkut tabutnya salah, tapi mungkin Saudara berpikir “tapi kan maksud Daud baik, tidak ada niat yang lain” kalau motivasi kita baik, mengapa Tuhan tidak terima? Karena motivasi baik termasuk mencari tahu Tuhan maunya apa, itu baru motivasi baik. Saudara kalau tidak peduli Tuhan mau apa, itu bukan motivasi baik. Ada gereja mengatakan kami mau membuat musik-musik supaya anak muda merasa nyaman di sini, supaya mereka tidak tahu bedanya antara night club dengan gereja. Akhirnya gereja dibuat sedikit gelap, pakai lampu-lampu disko, pakai suasana asap membuat orang merasa nyaman di sini, mirip seperti diskotik. Tuhan tidak mau seperti itu. Tuhan mengijinkan kita bergumul untuk mencari kehendak Tuhan, ini menunjukkan berapa seriusnya kita mengikuti dia.

Salah satu teolog yang mengerti ini adalah Yohanes Calvin, dalam buku satu Institutio, Calvin mengatakan Allah menyatakan diri di dalam ciptaan, Allah menyatakan diri dalam penciptaan manusia juga. Maka Saudara melihat alam melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan, Saudara melihat manusia juga melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan. Tetapi setelah membahas kemuliaan Tuhan dinyatakan langsung Calvin menjelaskan “Tuhan yang saya maksud adalah Allah Tritunggal karena tidak ada Allah, tidak ada Tuhan yang lain. Calvin menolak konsep Allah secara umum, tidak ada Allah abstrak, Allah pasti Allah yang person, yang Tritunggal. Saudara kalau bilang “Allah”, orang lain tanya “Allah yang mana?”, “tidak ada yang lain, cuma ini” ini pengertian Calvin.

Waktu orang meninggalkan berhala, lalu menyembah Tuhan, dia akan meninggalkan seluruh hidup yang lama dan sekarang dia akan menyembah Tuhan dengan sepenuh-penuhnya. Orang menyembah berhala, orang menyembah dewa, orang mempunyai agama, agama itu akan mengatur seluruh aspek hidup, ini salah satu ciri keagamaan. Di dalam Imamat dikatakan “inilah yang harus kamu makan”, makan pun diatur. Lalu Imamat juga mengatakan “inilah yang harus kamu pakai” pakaian pun diatur. “Inilah yang harus kamu tebar di ladangmu” ladang juga diatur cara tebarnya. “Inilah yang harus kamu lakukan ketika engkau harus tinggal dengan sesamamu” kehidupan sosial pun diatur. “Inilah yang harus dilakukan orang tua kepada anak” keluarga juga diatur. “Inilah syarat bagi raja” raja pun diatur. Ini pertama kali dalam catatan sejarah manusia di mana secara eksplisit dikatakan “raja mesti begini-begini” peraturannya banyak. Belajar menyingkirkan konsep menyembah berhala untuk melayani Tuhan dengan benar. Jadi cara ini Tuhan pakai “engkau pindah dari menyembah berhala kepada menyembah Tuhan” berarti engkau pindah cara hidup dari cara hidup yang lama ke cara hidup yang baru. Konsep inilah yang diketahui oleh Paulus dan karena itu dibagian pasal 6 Paulus mengatakan “engkau sudah mati terhadap dosa, engkau sekarang hidup bagi Kristus”. Jadi ada periode lama di mana kita menyembah yang namanya dosa.

Di dalam Yohanes, Tuhan Yesus mengatakan “jika engkau tetap berada dalam FirmanKu, maka Aku akan membebaskan kamu dan kamu akan menjadi bebas. Aku akan memberikan kebebasan kepada kamu”, waktu dengar ini orang Israel marah. Orang Yahudi mengatakan “kami keturunan Abraham, kami belum pernah dijajah siapa pun, mengapa Engkau bilang kami harus bebas, siapa yang jajah kami” orang Yahudi benar-benar tidak mau lihat realita. Saya kalau jadi Tuhan Yesus pada waktu itu mungkin ketawa, orang Yahudi mengatakan “kami belum pernah dijajah siapa pun, mungkin saya akan bilang “Babel, Romawi, Makedonia”, mereka lupa 3 negara besar ini. Sekarang pun mereka sedang dijajah Romawi, mereka tidak bisa melaksanakan hukuman mati, mereka tidak bisa memiliki politik yang mandiri, setiap keputusan yang dianggap mengganggu oleh Romawi, langsung Romawi menginterupsi. Jadi mereka tidak punya otoritas, tapi mereka pura-pura, mereka benar-benar sombong, pokoknya Israel tidak ada yang menjajah. Tapi Yesus tidak pernah pakai kuasa politik untuk membuktikan mereka terjajah, Yesus mengatakan “ada kuasa lain yang menjajah kamu lebih besar dari Herodes, lebih besar dari Kaisar Romawi, yaitu kuasa yang namanya dosa. Karena siapa pun yang melakukan dosa adalah hamba dosa”. Maka Paulus mengatakan “dulu kamu menyembah dosa”, apakah ada berhala yang namanya dosa? tidak, tapi tingkah laku mereka membuktikan mereka adalah penyembah berhala yang namanya dosa. Mereka terus menyebarkan kecemaran, mereka hanya bisa bertindak cemar, hanya bisa melakukan perbuatan-perbuatan kotor, mereka diperbudak dosa. Dan ketika dosa memperbudak seperti ada kekuatan yang membuat kita tidak bisa berbuat hal yang lain, hanya melakukan apa yang dikatakan oleh hamba ini. Maka Paulus mengatakan “sekarang kamu sudah pindah” lagi-lagi Paulus memakai contoh di dalam Perjanjian Lama, cara pikir Perjanjian Lama, pindah berarti pindah total. Kalau total dalam Perjanjian Lama dari menyembah berhala menjadi menyembah Allah.

Di dalam Paulus total berarti dari hidup di dalam dosa, hidup dikuasai dosa menjadi hidup di dalam Kristus. Perpindahan ini bagi Paulus adalah perpindahan dari hidup kepada mati. Kata Paulus “Diri kita yang lama sudah mati” jadi untuk pindah perlu mati, ini lebih ekstrim lagi dibanding Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama kalau mau pindah ubah cara menyembah, tidak boleh menyembah berhala, hanya boleh menyembah Tuhan. Kalau berubah dari menyembah berhala ke menyembah Tuhan berarti seluruh hidup berubah. Tetapi Paulus memberikan dorongan yang lebih dahsyat lagi, Paulus mengatakan “Mau pindah? Engkau harus mati dulu”, apakah ada syarat gereja seperti ini? ini menakutkan sekali, Saudara diminta mati dulu baru menjadi anggota. Tapi Paulus mengatakan “kita mati waktu Kristus mati, kita bangkit waktu Kristus bangkit, dan ini menjadi nyata waktu Kristus datang kembali”. Jadi Saudara harus tahu waktu Paulus membahas teologinya, seluruhnya bersifat eskatologis, seluruhnya bersifat melihat masa depan, seluruhnya mengenai pengharapan yang belum terjadi sekarang. Jadi kalau Paulus bicara apa pun selalu nanti-nanti, eskatologi, masa depan, suatu saat nanti. Tapi setiap praktek, dorongan, cetusan untuk taat selalu bersifat sekarang. Paulus mengatakan “nanti kita akan disempurnakan dengan Kristus, maka sekarang jalanilah hidup yang sesuai” ini yang biasanya Paulus katakan. Nanti hidupmu yang tersembunyi akan dinyatakan, maka sekarang tinggalkanlah dosa-dosamu. Nanti akan apa maka sekarang begini, inilah Paulus. Paulus tidak pernah “nanti akan begini, maka jangan lupa kalau nanti begini”. Paulus juga tidak mengatakan “sekarang kita begini, maka sekarang kita begini”. Paulus mengatakan “nanti kita dipermuliakan, maka sekarang setialah kepada Tuhan”. Ini namanya selalu melihat kepada eskatologi tapi mengambil semua contoh aplikasi sekarang, Saudara tidak dituntut untuk taat nanti tapi sekarang. Tapi Saudara diminta mengharap apa yang nanti Tuhan berikan. Inilah keindahan yang oleh teologi reformed disimpulkan dengan all ready, tetapi juga not yet. Kalau Saudara ditanya “sudah selamat?”, Saudara jawab “all ready”, “sudah?”, “not yet”, “lho, bukannya tadi sudah bilang all ready?”, all ready and not yet. Jadi intinya sudah selamat tapi masih berdosa. Apakah sudah selamat atau belum? Sudah sekaligus belum. Apa yang belum? Pengharapan, progress untuk menuju kepada pengharapan itu. Paulus memberikan contoh yang luar biasa. Paulus mengatakan “Bagaimana mati?”, Paulus mengatakan “waktu Kristus mati, di situ kita mati”. Apa pengharapan hidup kekal? Paulus mengatakan “Kristus bangkit itulah pengharapan hidup kekal”. Kita memiliki pengharapan hidup kekal bukan karena iman, kita beriman kepada Kristus, Kristus itulah yang menjadi jamina hidup kekal. Maka kalau Saudara lihat dalam Roma 4 ayat terakhir dikatakan “Kristus yang mati karena dosa-dosa kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita”. Alasan Kristus bangkit adalah pembenaran bagi umat pilihan sudah efektif, sudah berlaku. Berarti Kristus bangkit memberikan kepastian keselamatan. Satu-satunya yang bisa membatalkan keselamatan saya adalah kalau Kristus tidak bangkit. Kebangkitan Kristus memberikan tempat bersama-sama dengan Dia, kebangkitan Kristus memberikan kemenangan total. Kebangkitan Kristus memastikan bahwa saya pun akan bangkit”. Jadi Paulus mengharapkan bahagia, mengharapkan eskatologi yang indah, mengharapkan kemuliaan bersama dengan Anak Allah karena Dia sudah bangkit. Jadi kita berdoa hal yang besar karena kita tahu Kristus sudah bangkit. Kebangkitan Kristus mengalahkan semua kuasa yang mungkin membuat kita jauh dari Tuhan. Karena Kristus bangkit kematian tidak berkuasa, setan tidak berkuasa, penghakiman Tuhan tidak lagi dinyatakan dan karena itu iblis tidak punya senjata untuk menjauhkan kita dari Tuhan. Maka karena Kristus bangkit, maka kebangkitan kita menjadi jelas dan ini lah satu jaminan keselamatan yang sangat kuat. Dalam Ibrani dikatakan karena Dia sudah bangkit, bukan itu saja, Dia sudah berada di kemah yang abadi itu, kemah yang suci untuk menjadi Imam Besar bagi kita semua, maka kita punya pengharapan yang tidak mungkin dibatalkan. Saudara yang menjamin keselamatan kita adalah Sang Imam, dan Sang Imam ini bukan Hanas dan Kayafas di bumi tapi Yesus Anak Daud, Anak Allah yang ada di sebelah kanan Allah.

Paulus mengucapkan kalimat yang luar biasa, dia mengatakan “kamu selamat karena Kristus bangkit, kamu juga harus berbagian di dalam kematianNya. Mengapa cuma mau kebangkitanNya, tidak mau kematianNya. Kalau kamu ingat siapa Kristus, kamu akan tahu Dia bangkit setelah Dia mati. Dia mati baru bangkit. Maka siapa yang mau menjadi satu dalam kebangkitan Kristus, dia juga menjadi satu di dalam kematian Kristus”. Yang tidak mau menjadi satu dalam kematian Kristus, tidak mungkin menjadi satu dalam kebangkitan Kristus. Ayub dengan sangat elegan, dengan sangat luar biasa, dengan sangat fasih mengatakan “siapa yang mau menerima yang baik dari Tuhan harus mau terima yang buruk juga”. Siapa mau kebangkitan Kristus, harus mau terima kematianNya, jangan enaknya saja. Maka Paulus mengatakan “siapa menjadi satu di dalam kebangkitanNya, dia menjadi satu di dalam kematianNya”. Dan satu di dalam kematian berarti hidup kita yang lama yang mati. Kita tidak lagi hidup dengan cara lama. Sekali lagi Paulus mengatakan sesuatu yang eskatologis “aku mati, nanti sempurnanya ketika Kristus datang”. Saudara benar-benar mati terhadap dosa itu nanti, belum sekarang. Sekarang matinya dosa itu kadang-kadang masih bangkit-bangkit sedikit. Maka secara status kita sudah mati, tapi kita sedang bergumul mematikan diri dengan meninggalkan semua dosa. Inilah perjuangan mematikan diri yang Paulus maksudkan. Paulus di Efesus mengatakan “tanggalkan semua, matikanlah dirimu”. Dia tidak mengatakan “ubah tingkah laku saja”, tapi dia mengatakan “matikan”. Mengapa matikan? Karena diriku yang lama sudah mati waktu Kristus disalib. Waktu Kristus menyerahkan nyawaNya di kayu salib, pada saat itulah aku juga menyerahkan diriku yang lama. Waktu Kristus menyerahkan nyawaNya, aku yang percaya kepadaNya sudah mati pada momen aku percaya kepada Dia”. Efesus 1 juga mengatakan “kamu juga, ketika kamu sudah percaya, sudah dinyatakan sama dengan Dia di dalam kematianNya dan akan menjadi sama di dalam kebngkitanNya. Itu sebabnya waktu iblis mencari Saudara, Saudara mengatakan “maaf, orang yang kamu cari sudah mati”. Waktu kita sudah percaya Tuhan Yesus, kita mati, dan kita harus mematikan diri karena status kita sudah mati. Lalu kita bangkit, hidup dalam hidup yang baru. Paulus mengatakan “tinggalkanlah dosa-dosamu seperti orang yang mau mematikan diri yang lama, bukan tinggalkan sebagian, tapi seluruh”. Makna kematian Kristus bagi Paulus adalah waktu Kristus mati, diriku pun disatukan dalam kematian pada saat aku percaya. Waktu Kristus bangkit, diriku yang baru dibangkitkan bersama-sama dengan Dia. Jadi Saudara tidak hidup dalam cara yang lama, mari tinggalkan dosa-dosa Saudara. Apapun dosa yang masih ada, Saudara harus berani katakan sekarang saya mau matikan dosa ini, saya minta kekuatan dari Tuhan, saya minta pertolongan Tuhan, saya minta FirmanNya mengisi hidup saya sepenuhnya, dan saya minta kekuatan untuk mengatakan “dosa saya akan matikan kamu”, dan besok saya akan hidup lebih baik, lusa lebih baik. Dan dengan demikian kita memiliki progres dalam pengudusan yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk terus konsisten mematikan dosa, hari demi hari hingga saatnya kita bertemu dengan Kristus

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Kristus Mati untuk Seteru Allah

(Roma 5: 1-11)
Paulus mengatakan Kristus mati untuk kita orang-orang durhaka. Kristus mati untuk kita ketika kita masih seteru. Kristus mati untuk kita waktu kita masih status berdosa. Ini 3 hal yang penting untuk kita ketahui. Allah tidak mati untuk orang pilihan saja, Allah mati untuk orang pilihan yang masih berdosa, Anak Allah rela mati untuk orang pilihan yang masih seteru, Anak Allah rela mati untuk orang pilihan yang masih hidup di dalam pemberontakan. Ketika sedang menyelidiki ini seorang bernama Cornelius Van Til menemukan satu pemikiran yang dalam sekali, dia mengatakan Allah itu tidak hanya memberikan wahyu saja, anugerah umum saja. Allah tidak hanya memberikan anugerah umum untuk diterima semua, tetapi Allah juga memberikan murka umum untuk diterima oleh semua. Murka umum berarti Allah melihat manusia sebagai seteru dan Dia melihat dengan murka, entah orang ini orang pilihan atau bukan, selama dia belum di dalam Kristus, bahkan orang pilihan pun mendapatkan murka Tuhan sebelum dia datang kepada Tuhan. Allah datang kepada kita dan mengatakan “Aku membencimu karena engkau musuh”. Ini yang kadang-kadang kita lupa, Allah kita adalah Allah yang berhak membenci, Dia yang kudus dilanggar kekudusanNya, Dia yang penuh anugerah dihina anugerahNya, Dia yang memanggil manusia diabaikan panggilanNya. Maka Dia berhak marah, Dia berhak murka, sama seperti seorang ibu yang berhak marah ketika anak yang dilahirkannya sendiri bertindak kurang ajar kepada dia. Keberadaan kita adalah karena Tuhan ciptakan, kita ada karena Dia. Adam dicipta Tuhan dengan cara yang sangat intim, Allah membuat ada tanah untuk membentuk manusia, lalu Allah menghembuskan nafas lalu manusia menjadi hidup. Allah yang memberikan hidup dan bukan saja Allah memberikan hidup, Allah memberikan topangan supaya kita hidup. Allah kita bukan hanya Allah pencipta, Dia juga Allah Pemelihara, Dia memelihara semua, Dia memelihara seluruh ciptaan. Dia mengizinkan manusia boleh menikmati begitu banyak hal dari kebaikanNya. Kita lebih senang mendapatkan apa yang kita perlukan dalam hidup kita, tetapi kita tidak mau Dia, kita tidak mau Dia ada bersama-sama kita. Kita mau berkat kita tidak mau Dia, kita mau pemeliharaanNya kita tidak mau Tuhan. Betapa jahatnya orang seperti ini, ketika dia datang kepada Tuhan, dia hanya mau “Tuhan, tolong hidupku, tolong saya” tapi dia sama sekali tidak ingin Tuhan. Apakah Tuhan kurang baik? Tuhan sangat baik.

Di dalam Taman Eden Tuhan mengizinkan manusia menikmati berbagai hal. Setelah Tuhan menciptakan Adam, Tuhan sengaja membiarkan Adam menyelidiki apa yang harus dia kerjakan, sampai di sadar perlu penolong, kemudian Tuhan siapkan penolong yang sudah Dia siapkan sejak awal. Tuhan tahu kebutuhan Adam, Tuhan perhatikan dia. Waktu Adam keliling-keliling, dia tahu ini pekerjaan berat, dia tidak bisa kerjakan sendiri, dia perlu seorang penolong. Dikatakan “makin Adam melihat taman, makin dia melihat ciptaan Tuhan, makin dia memberi nama binatang, makin dia lihat semua, dia tahu “saya sendiri tidak mungkin bisa, saya perlu seseorang” maka pada waktunya Tuhan membuat dia tertidur, lalu Tuhan ambil dari rusukunya kemudian Tuhan bangun seorang perempuan. Waktu Adam melihat perempuan ini dia langsung mengatakan “ini dia tulang dari tulangku, daging dari dagingku. Dia akan dinamai perempuan sebab dia diambil dari laki-laki”. Setelah itu Tuhan mengizinkan mereka menikmati taman yang begitu indah. Tuhan membuat bagi mereka taman untuk mereka kelola, untuk mereka pelihara. Di taman itu Tuhan menumbuhkan berbagai macam pohon yang mengeluarkan buah. Dari begitu banyak pohon yang mengeluarkan buah yang baik, Tuhan melarang mereka satu, tetapi manusia yang jahat selalu fokus pada yang satu. Kita sering mengatakan “Tuhan tidak adil, mengapa ada satu yang tidak boleh”, kita tidak melihat pada yang boleh, kita lihat pada yang tidak boleh. Kita mudah sekali curiga sama Tuhan. Bayangkan adam dan Hawa dicipta dan dipelihara oleh Tuhan, Tuhanlah sumber semua kehidupan mereka, mereka berhutang semua kepada Tuhan. Tetapi Tuhan mengatakan “jangan makan”, lalu datang ular, ular ini siapa? Ular ini pernah berjasa apa pada hidup mereka? Ular ini pernah tolong apa kepada mereka? Tetapi ular memberi nasihat, mereka langsung mendengar ular dan langsung curiga kepada Tuhan. Kita juga sering curiga sama Tuhan, kalau kehidupan kita baik, kita mengatakan “semua baik” lalu kita percaya semua FirmanNya. Begitu ada goncangan dalam hidup, mulai kita meragukan. Kita ini punya tendensi natural jauh dari Tuhan. Kalau jauh dari Tuhan senang, tapi kalau ada susah kita salahkan Tuhan. Maka ketika iblis mengatakan Tuhan itu jahat, kita langsung percaya. Bayangkan ada penipu mengatakan orang jujur itu penipu, kita kagumi si penipu itu, kita percaya dan semua yang dia katakan itu kita aminkan. Tetapi Tuhan yang adalah kebenaran, kita tanya lagi “benarkah Engkau baik? Kalau baik, mengapa begini?

Jurgen Moltmann seorang teolog yang sangat besar, dia pernah mengatakan sering kali teologia Kristen lupa sisi kerentanan Tuhan. Tuhan rentan dalam pengertian diriNya rela disakiti waktu Dia memulai relasi dengan manusia. Tidak ada satu pun dari kita yang dilukai oleh orang yang tidak dikenal. Tapi kalau Saudara disakiti pacar, disakiti suami, disakiti istri, disakiti anak, disakiti orang tua, ini perasaan sakit yang besar sekali, karena Saudara mengharapkan ada keintiman yang lebih dari orang ini, tetapi dia memberikan kepada Saudara hal yang menyakiti Saudara. Maka Tuhan sakit hatiNya, Dia menyatakan “kamu musuh” karena Dia peduli. Satu orang pernah mengatakan kepada saya “menurutmu lawan kata dari kasih itu apa?”, ada orang bilang “benci”, salah, lawan kata dari kasih adalah tidak peduli. Kalau saya tidak peduli, saya tidak kasih, saya juga tidak akan benci. Tuhan murka kepada kita karena Dia ingin ada relasi yang baik antara kita dengan Dia. Apakah Tuhan perlu kita? Tidak, kita yang perlu Tuhan, tapi Tuhan yang cari kita. Kita yang perlu Tuhan, kita sakiti hati Tuhan, tapi Tuhan mengampuni kita, ini terbalik. Kita mengatakan “aku melawan Engkau” Tuhan murka, Tuhan benci, Tuhan marah kepada kita. Tetapi di tengah-tengah kemarahanNya, Tuhan justru mengirim AnakNya yang tunggal, inilah kasih yang paling besar. Sampai Saudara punya musuh yang Saudara dendam sepenuh hati, baru Saudara tahu berapa besarnya cinta kasih Tuhan. Dan yang saya bilang musuh bukan cuma sekedar hal-hal sepele. Kalau saya tanya sekarang, mungkin sebagian besar dari kita tidak punya musuh. Kalau Saudara mengatakan “saya punya musuh, saya benci kakak saya. Kakak saya curi sarapan pagi saya, saya marah” ini namanya bukan musuh, ini namanya pertengkaran kecil. Tapi musuh sejati adalah yang benar-benar membuat luka paling dalam. Pernahkan mengalami keluarga Saudara dibantai oleh suku lain, lalu Saudara marah mati-matian kepada suku itu, ini dendam, ini musuh yang dimaksud. Saudara merasa mau bunuh orang lain karena dia sudah bunuh orang yang Saudara hargai, ini dendam yang sudah tidak tertahankan itu. Maka waktu dikatakan Tuhan menganggap kita seteru, yang dimaksudkan adalah dendam sebesar ini. Satu kali seorang teolog Kroasia bernama Miroslav Volf memberi seminar tentang pengampunan Allah, lalu diakhir seminar dia mengatakan setelah belajar pengampunan mesti diaplikasikan, mesti mengampuni. Lalu gurunya yang adalah Jurgen Moltmann berdiri dan mau bertanya “bisakah kamu mengampuni pasukan Chetnik yang membantai suku-suku bangsamu sendiri, yang mungkin sudah membunuh orang-orang yang kamu kasihi, yang kamu kenal, bisa ampuni?”. Mendengar ini Volf kaget, dia mengatakan “sepanjang bahan ini, yang saya pikirkan adalah aplikasi mengampuni orang yang pernah gores mobilmu, yang pernah tipu uangmu, orang yang pernah lakukan hal-hal yang sebenarnya kecil dibandingkan ini, saya belum pernah pikir sedalam ini. Tapi setelah saya pikir, saya mengatakan saya harus, karena justru ketika saya punya musuh sebesar ini, saya tahu sakit hatiNya Tuhan itu seperti apa”. Maka dendam dan sakit hatiNya Tuhan, Tuhan mau nyatakan, tetapi justru pada waktu Tuhan menghakimi, yang harusnya menghakimi, datang menjadi korban. Alkitab mengatakan pada hari penghakiman Dia akan datang, tapi justru Dia datang untuk menjadi korban. Yesus Kristus datang untuk menanggung dosa, inilah cinta kasih itu. Jadi kalau Saudara meragukan cinta kasih Tuhan, saya tidak mengerti alasan apa yang Saudara miliki untuk meragukan cinta kasihNya. Kalau Saudara masih merasa “Tuhan kurang mengasihi aku”, jangan lihat pada hal-hal sepele.

Sebelum Kristus datang, Kristus mengingatkan bahwa orang Israel angkatan ini akan menanggung dosa dari orang-orang benar, dosa dari orang-orang tertindas, dosa dari orang-orang yang membunuh orang benar, mulai dari Habel orang benar itu sampai Zakharia yang dibunuh di mezbah. Zakharia adalah nabi terakhir yang dibunuh sebelum Yesus datang dan kematiannya adalah kematian yang sangat mengerikan karena dilakukan di atas mezbah. Ini sangat menyakiti hati Tuhan, dia mati di mezbah tempat Tuhan yang suci dan dia adalah nabi Tuhan yang Tuhan kasihi, tetapi dibunuh oleh orang Yehuda, ini membuat Tuhan marah. Tapi justru di tengah kemarahanNya, Tuhan menahan kemarahanNya lalu memberikan belas kasihan dengan mengirimkan Anak Tunggal. Waktu Anak TunggalNya datang, malah Anak Allah dipaku di atas kayu salib dan mencucurkan darah di situ. Tapi Paulus mengatakan ini justru alasan mengapa Dia datang, Dia harus mati. Dia mati di kayu salib untuk menggantikan kita. Tuhan adalah Allah yang tidak mungkin mengompromikan kesucianNya karena Dia adalah suci, Allah tidak bisa menyangkal diriNya. Kalau Dia adalah suci mau mengampuni orang berdosa, dosa itu harus ditanggung. Maka Yesus datang menjadi Penanggung, Dialah yang mengganti kita untuk mati di kayu salib. Ini harus kita ketahui, orang belum mengetahui berita ini, belum Kristen karena inti berita Kristen adalah aku selamat karena ada yang menggantikan aku mati sebagai upah dosa. Yesus Kristus mati di kayu salib dan semua kebersalah kita, keberdosaan kita ditaruh di badanNya. Lalu seluruh kebenaranNya dan kemuliaanNya sekarang dibagikan kepada kita semua, inilah pembenaran itu. Maka ketika Martin Luther mengerti hal ini, dia kaget sekali, saya dipermuliakan setinggi Sang Anak, saya mendapatkan posisi sama dengan Sang Anak, apdahal saya orang berdosa dan Anak Allah paling mulia. Tetapi ini terjadi, Allah mengizinkan semua dosa kita ditaruh kepada Dia dan Dia membagikan kebenaranNya kepada kita semua, inilah cara manusia diselamatkan.

Manusia tidak bisa selamat dengan perbuatan, manusia tidak bisa selamat dengan kesalehan, manusia tidak bisa selamat dengan usaha apa pun, karena dosa yang kita miliki tidak mungkin tidak dihukum. Kristus datang untuk tanggung hukuman kita, tanggung semua yang kita perbuat di kayu salib. Dosa siapa yang Dia tanggung? Alkitab mengatakan secara efektif Dia menanggung dosa orang pilihan, tapi secara penawaran ini ditawarkan kepada seluruh manusia, meskipun tidak seluruh manusia mendapatkan. Jadi apakah Adam selamat? dia selamat. Dia melakukan apa untuk diselamatkan? dia dipertobatkan oleh Tuhan, diampuni oleh Tuhan, diberikan pakaian penebusan oleh Tuhan. Tapi penebusan itu bukan dari binatang pemilik kulit yang dibungkuskan kepada badan Adam. Penebusan dari Kristus, dosa Adam, dosa Abraham, dosa Musa, dosa Yesaya, dosa Yeremia, dosa Daud, semua dosa dari orang-orang yang Tuhan mau selamatkan sekarang ditanggung oleh Kristus di kayu salib. Sekarang Saudara tanya “mengapa satu orang bisa tanggung dosa banyak orang?”, kita mengatakan “karena Orang ini adalah inkarnasi dari Pribadi ke-2 Allah Tritunggal. Itu sebabnya penebusanNya tidak berbatas, tidak mengenal ruang, tidak mengenal waktu. Saudara percaya kepada Kristus, dosa Saudara dibawa kepada ribuan tahun yang lalu dan dipakukan di atas kayu salib”. Inilah penebusan itu, maka ketika Saudara berada di hadapan Tuhan, Saudara mengatakan “silahkan masuk”. Mengapa masuk kemuliaan Tuhan? Karena engkau mencerminkan kemuliaan Kristus, karena Kristus memberikannya kepada kita. Dan dosa kita diambil oleh Kristus. Maka Dia harus datang mewakili seluruh umat manusia untuk mati di kayu salib, mewakili kesetiaan manusia, setelah itu memberikan nyawaNya untuk menebus banyak orang.

Alkitab mengatakan itu terjadi ketika Tuhan harusnya menghukum orang jahat, ketika waktunya Tuhan menyatakan seteru, dan musuh harus dihukum, pada waktu itu Kristus mati di kayu salib. Ini merupakan hal yang sangat unik dari teologi Paulus. Paulus memberikan gambaran Allah itu sabar dengan kemarahanNya, tapi makin lama Dia tidak mau tahan kemarahanNya, makin sudah mau dicurahkan. Seperti orang isi ember dnegan air, pada waktu ember itu penuh air, inilah waktu penghakiman itu tiba. Dan Paulus selalu bicara kedatangan Kristus dengan kata-kata “waktunya genap”. Kalau Saudara tafsirkan waktunya genap apa sih? Artinya waktu pengampunanNya sudah tiba. Tapi kalau kita baca Paulus, yang terjadi sebaliknya waktu ketika murka Tuhan sudah tumpah, inilah waktunya sudah datang. Waktu ketika mau dicurahkan, ketika Tuhan sangat benci pada pendosa, pada waktu itu Kristus datang menanggung curahan murka Allah di kayu salib. Jadi ini kalimat yang sangat agung, Tuhan mengizinkan AnakNya mati untuk musuh-musuhNya. Apakah Saudara mau anak Saudara dikorbankan untuk musuh Saudara? Ini yang Allah kerjakan untuk Saudara. Ayat ini mengatakan ada orang yang mungkin rela mati untuk orang baik, tapi tidak ada orang yang mau mati untuk orang benar. Kita pun hidup di zaman yang mirip dengan zaman Paulus, kita senang orang yang baik, kita tidak suka orang benar. Tapi jutaru Yesus rela mati bagi seteru, rela mati bagi orang-orang yang jahat padaNya, inilah kasih Allah. Maka kasih Allah dicurahkan dengan Kristus yang datang kemudian menebus kita, memindahkan kita, dari seteru menjadi anak, dari musuh menjadi dikasihi, dari mau dicurahkan murka jadi dicurahkan cinta kasih yang kekal oleh Allah. Kita sekarang menjadi anak-anak Allah. Status dari berdosa menjadi anak Allah ini tidak ada jembatani yang harus kita jalani, langsung pindah, tidak ada proses dulu tapi langsung secara status. Inilah betapa besar Tuhan mencintai kita. Kita jatuh karena wakil kita Adam membawa kita ke dalam kejatuhan. Kita benar, karena wakil kita Kristus membawa kita kepada kebenaran. Menurut Saudara ini adil atau tidak? Kalau jatuh kita protes “mengapa gara-gara 1 orang kita ikut salah?” tapi karena 1 orang benar kita ikut benar, jarang ada orang yang protes. Berani protes “Tuhan, mengapa saya selamat?”. Kita senang karena Kristus yang menebus kita. Adam membawa kita kepada kejatuhan. Lalu Kristus menebus kita dari kedalam Adam menjadi anak Allah, ini tidak ada proses yang Tuhan tuntut. Tuhan menuntut proses setelah pindah, Tuhan menuntut proses setelah kita menjadi anak Allah. Jadi kita adalah anak-anak Allah, kita suci, kita sempurna, Alkitab mengatakan “ya, kita sempurna”. Tapi mengapa kalau sempurna masih seperti ini? Inilah yang namanya progres.

Mari kita terus kuduskan hidup, dan bagaimana kuduskan hidup? Alkitab mengatakan sejak kita pindah menjadi anak dan sampai bertemu dengan Kristus serangkaian hidup kita adalah rangkaian pemrosesan dari Tuhan. Inilah sebabnya Paulus ketika membahas di dalam pasal 5, terlebih dauhlu mengatakan “meskipun ada penganiayaan, penganiayaan itu akan membuat kita tekun. Ketekunan menimbulkan tahan uji. Dan tahan uji menimbulkan pengharapan”. Kata yang dipakai untuk menerjemahkan tahan uji bisa juga diterjemahkan satu keadaan yang baik secara karakter, yang adil, yang suci dan yang mengeluarkan semua kualitas ini untuk dilihat orang lain. Ini yang kita harapkan. Jangan menjadi orang Kristen yang tidak bertumbuh, jangan jadi orang Kristen yang sama dengan orang non-Kristen, mengabaikan Tuhan, tidak peduli Dia dan tidak mau dekat dengan Dia. Mari belajar dan mau dikuduskan oleh Dia. Waktu ini terjadi, orang Roma sangat kesulitan, maka Paulus mengatakan “waktu engkau susah pun, engkau sebenarnya sedang dibentuk oleh Tuhan”. Kita ini anak-anak Tuhan, kalau anak-anak Tuhan di dunia ada priviledge yaitu pembentukan Tuhan. Apa yang kita alami kalau kita pelihara kedekatan kita dengan Tuhan dan mau terus hidup ikut Dia, maka Saudara akan makin terbentuk. Tapi ada orang yang mengatakan “kalau anak Tuhan itu dibebaskan dari sakit, dari susah, dari miskin. Apakah Tuhan meluputkan kita dari semua jenis penyakit? Apakah Tuhan meluputkan kita dari semua jenis kemiskinan, kesusahan dan lain-lain? Jawabannya tidak. Jemaat di Roma tidak diluputkan, Kristus pun tidak diluputkan. Kalau Anak Tunggal Allah saja tidak diluputkan, mengapa kita mau minta hak untuk diluputkan dari hal-hal seperti ini? Maka Paulus mengatakan “jangan menjadi gelisah. Kalau engkau menderita, tidak berarti engkau bukan anak Tuhan. Justru sebaliknya, ketika engkau menjadi anak Tuhan, penderitaan itu akan membuat negkau menjadi makin teruji dan makin memancarkan kemenangan untuk dinikmati orang lain”. Inilah yang dilakukan Paulus dalam Roma 5. Justru di dalam anugerah Tuhan, Tuhan mengizinkan pedang, kelaparan, aniaya sekalipun menyertai kehidupan orang Kristen, tapi Tuhan menjanjikan kemenangan di dalam Dia. Inilah yang Tuhan nyatakan. Tapi bagi Saudara yang hidupnya kurang menderita jangan iri sama yang menderita. Ada orang di reformed bertanya “pak, mengapa hidup saya kurang menderita? Apa yang harus saya lakukan?”. Paulus tidak minta orang Kristen cari penderitaan, Paulus mengatakan “kalau penderitaan datang, jangan ragukan status. Kalau penderitaan datang , jangan marah sama Tuhan. Kalau penderitaan datang, jangan kecewa sama Dia, engkau tidak berhak. Kalau penderitaan datang, ingat Tuhan sedang membentuk”. Tapi kadang-kadang Tuhan bentuk bukan dengan penderitaan saja, terkadang dengan kemulusan pun Tuhan bentuk, karena banyak orang gagal justru kalau tidak menderita. Maka dalam kesulitan anak Tuhan diuji, dalam kelimpahan anak Tuhan diuji, dalam apa yang akan Saudara hadapi di depan anak Tuhan sedang diuji. Diuji untuk karakternya makin memancarkan kemuliaan anak Allah, sehingga kita makin hidup dengan cara yang Tuhan mau. Bahagialah kita yang mendapat anugerah di dalam Kristus. Anugerah yang tidak pernah kita pikir, tidak pernah kita cari, tapi anugerah yang diberikan dengan cuma-cuma kepada dia yang sudah Dia pilih dan perkenan. Kiranya kita makin mengasihi Tuhan dengan pengertian akan salib Kristus.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Kepekaan Menangkap Firman Tuhan

(Lukas 2: 8-20)
Ini bagian yang sangat indah tentang kabar Injil pertama yang diberitakan oleh para malaikat kepada para gembala. Ada 2 alasan mengapa Tuhan memilih gembala, pertama karena pada waktu Yesus lahir, gembala adalah pekerjaan yang hina. Pekerjaan hina karena dikerjakan oleh orang-orang yang tidak punya keahlian tinggi dan bahkanberkali-kali terjadi kasus di mana para gembala itu melakukan pencurian atau perampokan. Jadi pada abad ke-1 SM dan sesudahnya nama gembala begitu rusak karena banyak dari mereka suka merampok. Tetapi Tuhan menyatakan terlebih dahulu kepada golongan ini tentang Kristus, karena Tuhan mau menyatakan bahwa berita Injil tentang Kristus yang lahir ke dunia adalah berita yang menutup banyak dosa, yang mengundang orang berdosa dan tidak layak untuk kembali, ini alasan pertama.

Alasan kedua, karena di dalam Injil Lukas ada kebiasaan di mana Lukas menulis hal-hal yang secara Perjanjian Lama sangat jelas. Tapi dia tidak menulis “ini terjadi untuk menggenapi apa yang sudah tertulis” Lukas tidak melakukan itu di awal. Tapi kalau baca semua yang dia tulis, semua merupakan penggenapan dari apa yang yang sudah dijanjikan di Perjanjian Lama. Maka dipanggilnya malaikat untuk sujud menyembah Kristus, dipanggilnya malaikat untuk mendengar berita Injil merupakan satu simbol, satu cara Allah menyatakan secara simbolik bahwa yang lahir adalah Gembala yang akan memimpin seluruh Israel menjadi Raja selama-lamanya. Di dalam Kitab Yehezkiel dikatakan bahwa raja disebut sebagai gembala oleh Tuhan. Tuhan mengatakan “Aku akan membuang gembala-gembalaKu karena mereka tidak memelihara domba-domba. Domba-domba sudah tercerai-berai, mereka tidak peduli. Maka Tuhan mengatakan “setelah Aku muak dengan mereka, Aku akan usir mereka. Aku akan menjadi lawan bagi gembala-gembala ini. Aku akan mengatakan kepada mereka, Aku akan mencabut kedudukan mereka. Dan Aku akan meletakan satu orang menjadi gembala atas umatKu” dia adalah Daud. Berarti gembala identik dengan raja. Maka Samuel pergi, menemui Isai, ada anak Isai yang harus menjadi raja. Kemudian dia mendapat satu anak yang pada itu masih remaja. Mengapa kita tahu masih remaja? karena pada waktu terjadi perang antara Filistin dengan Israel, lalu ada wajib militer, Israel harus berperang, Daud tidak terpilih menjadi tentara, karena belum cukup umur, berarti dia masih dibawah 20 tahun. Ini orang yang masih belasan tahun, masih belum 20 tahun, lalu Samuel sudauh urapi dia menjadi raja. Apa pekerjaannya pada waktu itu? Gembala. Mengapa gembala? Karena gembala akan menjadi gembala yang akan menggembalakan umat Tuhan. Raja itu gembala. Daud dikatakan di dalam Alkitab bahwa dia hanya punya 3-4 ekor domba, sedikit sekali. Maka Daud adalah seorang yang diremehkan, diremehkan papanya, diremehkan saudaranya, bahkan oleh Samuel juga. Daud menjadi gembala yang diurapi Tuhan untuk nanti menjadi gembala yang besar. Tetapi Daud tahu suatu saat dia akan menjadi gembala bagi umat Tuhan yang besar, dan Tuhan sudah persiapkan dia. Maka Tuhan mengangkat Daud menjadi gembala yang begitu baik, menjadi raja atas umat Tuhan. Dan di dalam segala kelemahannya dia terus kembali kepada Tuhan. Itu sebabnya ketika para malaikat datang mengatakan “Yesus sudah lahir” para malaikat itu memanggil para gembala, mengundang para gembala untuk menyambut Dia yang sudah lahir. Ini adalah pekerjaan yang mulia, karena Daud dulu gembala dan sekarang lahirlah Anak Daud yang akan memerintah tahta Kerajaan Allah sampai selama-lamanya. Jadi Anak itu sudah lahir dan malaikat itu datang menyatakan diri.

Waktu malaikat menyatakan diri dengan pesan yang begitu baik, selalu ditandai dengan pernyataan kemuliaan yang luar biasa. Waktu itu seorang malaikat berdiri di dekat para gembala itu, lalu dikatakan terang memenuhi tempat itu. Para gembala menjadi takut dan malaikat itu mengatakan “saya memberikan kepadamu berita sukacita, saya memberikan kepadamu kesukaan untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat yakni Sang Mesias, Kristus yang diurapi, Tuhan di Kota Daud”. Ini merupakan 2 ayat yang sangat luar biasa. Ayat pertama mengatakan “lahir kesukaan bagi seluruh bangsa”, ayat 11 “lahir Juru Selamat bagimu dan juga bagi seluruh bangsa”. Bagi seluruh bangsa, ini berarti Kristus dinyatakan secara global kepada semua orang, bagimu berarti semua orang yang sudah datang kepada Dia, secara pribadi menikmati semua yang Tuhan mau berikan melalui Kristus sebagai Juru Selamat. Inilah yang harus kita ingat bahwa mendengar berita Injil menuntut respon secara pribadi, yang membuat Saudara mengatakan “saya ya Tuhan, saya menerima Engkau ya Tuhan. Engkau yang terlebih dulu menerima saya, sekarang saya datang kepadaMu dan Tuhan saya menjadi milikMu dan Engkau menjadi Juru Selamatku”. Bagimu berarti ada pribadi yaitu saya bertemu dengan Tuhan yang menyatakan diri kepada saya. Mari belajar untuk melihat kepada Tuhan dengan cara seperti ini. Tuhan adalah milikku, ada lagu mengatakan “Engkau milikku abadi, selamanya bagiku”. Dimanakah cinta Saudara kepada Tuhan? Dimanakah keseriusan Saudara dalam merindukan Dia? Augustinus satu kali menulis buku Confession, ini merupakan buku yang sangat indah. Di bagian awal dia membahas tentang maha hadirnya Allah. Allah yang Maha Hadir, Allah yang hadir di mana-mana. Augustinus menjelaskan lain, Augustinus bertanya “apa sih maksudnya Tuhan? Aku berseru kepadaMu untuk datang kepadaKu? Aku bisa berseru kepadaMu, Tuhan juga yang menggerakkan. Aku mengundang Engkau ke dalamku, aku menjadi bingung, apa maksudnya? Apakah di dalam diriku ada wadah lalu Tuhan masuk di dalamnya?” Kalau benar ada wadah dan Tuhan masuk di dalamnya, bagaimana mungkin, bukankah Tuhan memenuhi segala sesuatu. Bahkan di dalam Alkitab dikatakan “aku berbaring di dunia orang mati pun di situ Engkau ada”, bagaimana mungkin Engkau yang begitu Maha Kuasa masuk di dalam hatiku? Jadi Saudara mau mengundang Tuhan masuk di dalam hati, ikuti cara Augustinus. Augustinus mengatakan “Tuhan, masuklah di dalam hatiku, tetapi hatiku sempit, tolong perluas. Hatiku kotor, tolong bersihkan. Hatiku tidak layak, tolong layakkan dengan kemuliaan dan kehadiranMu”, ini indah sekali. Mengapa Augustinus membahas dengan cara seperti itu? Karena apa pun yang dia pikir fokusnya kepada Tuhan, yang paling dia rindukan adalah “Tuhanku paling besar, relasiku dengan Tuhan itu yang paling utama. Aku dan Tuhan. Tuhan berada bersama aku, Tuhan mengasihi aku, Tuhan membawa aku menjadi milikNya. Maka orang yang fokusnya kepada apa, itu akan mewarnai semua cara dia berpikir. Tanpa sadar pikiran kita dikuasai oleh apa itu yang menjadi tema utama pembicaraan kita. Apapun yang dibicarakan, tema utama muncul lagi. Tema utama kita apa? Tema utama kita kerinduan kita kepada Tuhan atau bukan? Tapi kalau fokus utama adalah Tuhan, Dialah satu-satunya yang sanggup menampung semua bagian yang lain di dalam Dia. Maka ketika Saudara mengatakan “aku mengasihi Tuhan”, Saudara akan sanggup mengasihi keluarga, sanggup mengasihi orang di sekeliling, sanggup mengasihi apa yang Tuhan percayakan di bumi ini. Karena hanya dengan mengasihi Tuhan, kasih kepada Tuhan ini menjadi perwakilan yang cukup untuk kita memperlakukan semua yang lain di dalam Tuhan. Tapi kalau kita mengasihi yang lain dan bukan Tuhan, tidak mungkin yang lain itu menampung Tuhan. Pdt. Stephen Tong dalam satu KKR Pemuda di Istora, dia mengatakan “hari ini aku berkata kepadamu Yesus yang sudah menyerahkan nyawaNya bagimu sekarang memanggil engkau dengan suaraNya yang penu lemah lembut, engkau tidak akan lihat murkaNya yang besar itu saat ini, engkau tidak akan lihat penghakiman yang menakutkan itu saat ini” ini sambil mengancam sambil penuh kehangatan. Engkau tidak akanmelihat murkaNya yang besar itu sekarang, berarti akan ada murka besar. Engkau tidak melihat penghakimanNya yang menakutkan itu saat ini, berarti ada penghakiman yang menakutkan tapi bukan sekarang. Engkau mendengar suaraNya lemah lembut, memanggil engkau untuk datang kepada Dia, maukah engkau? Saya terharu sekali. Tuhan bisa marah, tapi Dia tidak memutuskan untuk marah saat ini. Tuhan bisa menghukum tapi Dia putuskan untuk tidak menghukum saat ini. Dia memutuskan “Aku hari ini menjadi Juru Selamatmu, Aku hari ini menjadi Penebusmu, Aku hari ini memanggil engkau untuk kembali kepadaKu, Aku dan engkau” ini relasi yang bagus sekali.

Yesus sudah datang dan setelah itu para gembala ini menyaksikan satu pameran pujian yang paling bagus sepanjang sejarah. Ini adalah satu-satunya kali malaikat berkumpul kemudian menyanyi dan didengarkan para gembala. Puji-pujian ini jauh lebih hebat, jauh lebih agung dari pada Vivaldi dan Brahms sekalipun. Ini adalah satu-satunya kali malaikat menyanyi untuk menyambut kedatangan Kristus. Saudara kalau baca bagian ini dikatakan “tampaklah bersama-sama malaikat-malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga memuji Allah” jangan pikir sejumlah besar itu hanya 500 atau 1000, ini adalah semua malaikat. Saya baca satu penafsiran yang mengatakan kalau Sang Anak Allah datang mungkinkah ada malaikat yang tidak ikut menyambut? berani begitu? Anak Allah mau datang, malaikat tidak mau hadir, tidak mungkin. Maka ketika Sang Anak Allah datang, seluruh malaikat hadir lalu menyanyi memuji Tuhan. Gembala-gembala mendapat perlakuan spesial yang tidak mungkin terulang. Yesus nanti datang lagi, malaikat tidak menyanyi lagi tapi tiup terompet sambil umumkan ancaman, itu yang kedua nanti. Sekarang malaikat menyatakan puji-pujian yang begitu besar, mereka memuji Tuhan mengatakan kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi, damai sejahtera di bumi bagi orang yang berkenan kepadaNya. Kristus sudah datang, seluruh malaikat menyambut dan seluruh malaikat meninggikan pribadi kedua dari Tritunggal yang sekarang datang menjadi manusia. Mereka mengatakan kemuliaan Allah di tempat yang maha tinggi. Waktu Allah ditinggikan damai terjadi di bumi. Bagaimana bumi bisa damai? Waktu Allah ditinggikan. Kalau Allah dipermuliakan, ditinggikan, maka ada damai di bumi. Kalau Allah dihina, Allah disingkirkan, Allah diabaikan, bumi akan kacau. Masyarakat kita makin rusak karena melupakan Tuhan, bukan karena kurang pendidikan, tapi karena kurang dididik untuk takut akan Tuhan. Itulah sebabnya pernyataan malaikat ini sangat penting “mulia bagi Allah di tempat yang maha tinggi, damai sejahtera di bumi bagi orang yang berkenan”.

Setelah malaikat menyanyi ini, semua gembala ke Betlehem mencari dimana Anak itu dibaringkan. Ini namanya respon yang tepat dan akurat terhadap Firman. Tuhan berfirman, kta berespon. Tapi seperti apa kita berespon? Berapa banyak orang peka terhadap kehendak Tuhan? tidak banyak. Itu sebabnya Saudara mesti melatih kepekaan bereaksi terhadap Firman Tuhan. Ada yang bereaksi dengan benar, ada yang bereaksi dengan taat, ada yang bereaksi dengan sungguh-sungguh, ada yang bereaksi dengan mengabaikan, ada yang bereaksi dengan tidur. Saudara tidak boleh seperti ini, Saudara mesti sungguh-sungguh dengar Firman, mesti sungguh-sungguh berespon dengan baik kepada Tuhan. Waktu Tuhan berfirman, apa reaksiku? Apa yang saya ubah dalam hidup? Saya kerjakan apa? Kalau saya benar-benar sungguh-sungguh mau taat kepada Tuhan baru saya mau menjadi orang yang belajar peka. Waktu Tuhan menyampaikan apa, kembali kepada Tuhan dengan reaksi tepat, ini yang dilakukan gembala. Gembala itu dengar “datanglah kemuliaan, Anak Allah sudah lahir” langsung pergi ke Betlehem, karena Mesias datang di situ. Maka mereka kerjakan apa yang perlu langsung datang, langsung cari, langsung lihat, mereka mau cari tahu apa yang diberitakan malaikat. Ada orang yang eager-nya begitu besar terhadap apa yang Tuhan sudah nyatakan, inilah yang baik. Maka waktu malaikat menyampaikan firman, gembala bereaksi, ini yang namanya reaksi cepat. Tapi kalau orang beraksi begitu lama karena apa yang Tuhan nyatakan, terus begitu lambat, ini orang tidak benar. Itu sebabnya mari belajar kembali kepada Tuhan, belajar mengatakan “Engkau adalah sumber kebenaran, aku adalah yang ikut”. Saya cuma ikut, Tuhan mau menyatakan apa? Saya kalau tidak tuntunan, saya tidak tahu mau jalan ke mana. Maka di sini apakah ada kerinduan bagi saya untuk ikut Tuhan? Kerinduan untuk tahu apa yang Tuhan mau kerjakan? Karena kalau ketinggalan Tuhan, celaka. Kalau Tuhan kerjakan apa, saya dengan peka ikut, puji Tuhan. Tapi kalau saya terlalu jauh di belakang, saya hidupnya mau jadi apa? Inilah pengertian yang membuat kita mau cari. Dan mau cari kehendak Tuhan, mau cari kebenaran Tuhan, itu bukan masalah metode tapi masalah kerinduan untuk bersama dengan Tuhan, untuk dengan peka mengikuti yang Tuhan mau.

Ketika seorang bernama Horowitz, dia seorang pianis yang luar biasa, dia memberikan satu ceramah tentang main piano, saat itu ada seorang anak pemuda yang ikut dan ini adalah satu master class yang sangat penting. Horowitz itu seorang pianis yang luar biasa, dia kalau duduk bungkuk, kemudian main. Ini menyalahi aturan main piano, orang harusnya duduk tegak. Lalu orang mengatakan “Saya mau seperti Horowitz saja duduknya begini”, orang lain akan mengatakan “kamu bukan Horowitz, berubahlah, cuma Horowitz yang boleh”. Horowitz itu kalau main luar biasa sekali, dia maestro yang sangat hebat. Lalu ada seorang murid yang pianis muda, lalu dia main, Horowitz mengatakan “kamu di bagian terakhir salah, mestinya begini”, lalu anak muda itu bilang “saya mau ikut, tapi tidak bisa”. Maka anak muda itu bertanya “apa tehniknya untuk bisa main itu?”, Horowitz bilang “pertanyaanmu salah, karena kamu tanya tehnik. Yang penting itu adalah will untuk membunyikan bunyi itu. Kamu dengar bunyi itu, kamu ingin bunyi itu keluar, itu nanti yang akan menggerakkan tanganmu”. Saudara ada will ingin ikut Tuhan? Tuhan jalan di mana saya mau dekat-dekat Dia, ini yang paling menyenangkan. Bayangkan betapa menakutkannya kalau Saudara berjalan di tengah hutan lalu orang yang paling tahu keadaan hutan berjalan jauh di depan, Saudara pasti panik. Begitu dia jalan jauh, dibelakang Saudara mulai dengar suara lolongan serigala, makin takut lagi. Bahkan Alkitab mengatakan lolongan si iblis yang mencari-cari mangsa untuk dia taklukan. Serigala itu datang, kadang serigalanya berbulu domba. Ketika kita berada di tengah-tengah hutan belantara, kita tidak tah umau kemana, orang yang tahu jalan kita pegang dia erat-erat, benar-benar pegang. Ketika Saudara peka kehendak Tuhan, Tuhan akan nyatakan. Itu sebabnya Tuhan mengatakan “kepada yang punya, Aku akan berikan dengan limpah. Kepada yang tidak punya, apa pun yang ada Aku ambil”. Ini kalimat pertamanya membuat saya bingung, tapi saya tahu siapa yang benar-benar aktif kejar, yang mau tahu, kepadanya akan diberikan kelimpahan. Maka gembala itu cepat-cepat cari bukan karena melihat kemuliaan sorgawi, karena setelah melihat bayi di palungan, mereka tetap bersyukur dan mereka tetap percaya. Lihat yang mulia tentang Tuhan mereka bersyukur, lihat yang hina yang sepertinya tidak layak diidentikan dengan Tuhan mereka tetap bersyukur.

Jadi jangan katakan “aku tidak sepeka para gembala, karena aku tidak melihat malaikat di sorga, lain dong”, salah. Gembala lihat malaikat, tapi juga lihat bayi di dalam palungan. Waktu bayi di palungan dilihat, masakan bayi ditaruh di dalam tempat minum binatang? Masakan tinggal di kandang, mana mungkin Mesiasku seperti ini? Tetapi iman mereka mengatakan “ini Dia”. Hal mulia mereka tangkap, hal yang biasa pun mereka tangkap. Waktu Tuhan berseru dengan keras mereka dengar, waktu Tuhan berseru dengan lembut mereka juga dengar. Elia dengar suara Tuhan, pamerkan dengan api turun dari langit, tapi di sisi lain Elia dengar suara Tuhan, waktu Tuhan berbicara di dalam angin sepoi-sepoi basah. Jadi cara bicara Tuhan seperti apa, orang peka akan dapat. Saya doakan kita seluruh di sini boleh peka akan kehendak Tuhan. Lalu seperti malaikat-malaikat itu langsung gembira menyampaikan berita tentang Kristus. Waktu merkea pergi sampaikan berita tentang Kristus, mereka baru tahu Kristus lahir sebagai bayi. Mereka belum satu kali pun dengar ajarannya, mereka belum dengar Dia dipaku di atas kayu salib, mereka belum dengar berita kebangkitan Kristus. Tapi mereka dengan semangat tinggi langsung memberitakan Injil. Harap ini juga ada pada kita, sehingga kerinduan kita untuk membagikan Firman menjadi kerinduan yang benar-benar memberkati orang lain. Saudara jangan takut tidak tahu mau bicara apa waktu menginjili, yang penting ada kerinduan orang itu mau datang kepada Tuhan, nanti Tuhan buka jalan. Saudara bicara kepada manusia perlu fleksibilitas tinggi, ada orang-orang dengan cara paling sederhana bisa menangkan banyak jiwa. Ada orang-orang dengan cara sederhana tapi tekun bisa membagikan Firman dan akhirnya orang benar-benar datang kepada Dia.

Kiranya Tuhan memampukan kita, sehingga kita boleh seperti para gembala itu. Dengar, dapat anugerah, mendengarkan puji-pujian para malaikat, mempunyai kerinduan besar untuk membagikannya kepada orang lain.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)