(Roma 1: 1-15)
Di dalam ayat-ayat yang kita baca ditekankan kembali tentang persekutuan di dalam Injil. Injil tidak hanya membuat orang menjadi milik Tuhan, lalu relasi dengan Tuhannya dipulihkan kemudian dia mendapatkan janji hidup kekal di sorga selama-lamanya. Kalau hanya itu pengharapan orang Kristen, maka orang Kristen tidak beda dengan orang-orang lain. Kalau Saudara dan saya hanya berharap untuk masuk sorga, Saudara dan saya sama egoisnya dengan orang-orang beragama lain. Kalau Saudara dan saya merindukan tempat namanya sorga lebih besar dari pada merindukan penerimaan dan kasih Tuhan dan kehadiranNya, maka Saudara dan saya tidak lebih baik dari pada orang-orang atheis sekalipun. Itu sebabnya ada khotbah yang sangat keras dari Paris Reidhead. Di dalam khotbah itu dikatakan kita hanya orang pragmatis, orang hedonis, orang yang ingin kesenangan-kesenangan dari apa yang didapatkan oleh tempat kita. Mengapa menikah? Ingin mendapatkan kesenangan dari pernikahan. Mengapa punya anak? Ingin mendapatkan kesenangan dari memunyai anak. Mengapa bertetangga? Ingin mendapatkan kesenangan dari tetangga. Lalu kalau semua itu tidak cukup, kita menyadari bahwa kita memerlukan sesuatu yang lebih. Kita menyadari bahwa kita tidak bisa tinggal di dunia ini karena dunia ini menawarkan sesuatu yang tidak bisa memuaskan kita. Lalu kita memunyai bayangan tentang sorga, apa itu sorga? Kita terima semua budaya, semua konsep, semua agama dan pengertiannya tentang sorga. Lalu kita menerima fakta bahwa sorga adalah tempat yang indah, sorga adalah tempat yang lebih memuaskan kita dari pada dunia ini. Maka dunia ini kita tinggalkan bukan karena kita ingin Tuhan, kita ingin tinggalkan dunia ini karena kita sudah putus asa dan muak dengan dunia ini, dan berharap sorga bisa memberikan kesenangan yang lain bagi kita. Paris Reidhead mengatakan ini tidak bisa ditoleransi kalau ada dalam Kekristenan. Kekristenan bukan agama cari sorga, Kekristenan adalah agama yang mencari Tuhan, atau lebih baik lagi Tuhan mencari kita untuk kita memunyai keinginan mencari Tuhan. Kekristenan adalah agama relasional kasih. Kasih dengan person, kasih dengan pribadi, bukan kasih dengan tempat yang abstrak. Jadi sebelum kita melihat keindahan Tuhan lebih indah dari bumi, lebih indah dari langit, lebih indah dari sorga, kita belum Kristen. Tidak ada orang Kristen yang sungguh-sungguh Kristen yang tidak ingin Tuhan. Itu sebabnya waktu saya mendengarkan khotbah Paris Reidhead, saya sadar betapa jauhnya Kekristenan dari Tuhan. Berapa jauhnya konsep teologi yang mungkin kita miliki sebelum dikoreksi oleh Alkitab, membuat kita jauh dari Tuhan. Berapa jauhnya metode kita memberitakan Injil, membuat orang jauh dari Tuhan. Saudara datang ke gereja lalu Saudara pulang setelah dengar firman, kondisi tidak berubah, tapi hati Saudara yang diubahkan. Kondisi tidak berubah, namun sikap Saudara terhadap kondisi itu yang diubahkan. Jangan percaya khotbah yang mengatakan “setelah kamu mendengatkan khotbah, kondisimu akan berubah”, belum tentu. Saudara sakit, datang ke sini, pulang tetap sakit. Saudara miskin, datang ke sini, pulang tetap miskin. Saudara ada problem, datang ke sini, pulang tetap ada problem. Karena bukan itu yang Tuhan janjikan, Tuhan tidak mengatakan “jika engkau mendengarkan firmanKu, Aku akan muluskan jalanmu ke depan”. Kadang ada kemulusan, kadang ada kekacauan, kadang ada hal yang indah, kadang ada hal yang sangat mudah, kadang ada hal yang sangat susah. Tapi bukan itu isunya.

Isu yang Tuhan mau bagikan kepada kita adalah kita sedang terhilang di dalam hati. Hati kita menginginkan terlalu banyak berhala. John Calvin sendiri mengatakan hati kita ini pabrik berhala, semua potensi untuk kita jadikan berhala, semua berkat. Tuhan memberi uang, tiba-tiba uang jadi berhala kita. Tuhan memberi kekasih, tiba-tiba kekasih jadi berhala kita. Tuhan memberi relasi, tiba-tiba relasi jadi berhala kita. Tuhan memberikan kuliah, tiba-tiba kuliah jadi berhala kita. Tuhan memberi kerja, tiba-tiba kerja jadi berhala kita. Tuhan memberi keluarga, tiba-tiba keluarga menjadi berhala kita. Tuhan memberi anak, tiba-tiba anak jadi berhala kita. Tuhan memberi papa mama, tiba-tiba papa mama jadi berhala kita. Untuk menguduskan hati kita dari berhala inilah Tuhan mengatakan “jika engkau cinta anak lebih dari cinta Aku, engkau tidak layak untuk Aku. Jika engkau cinta uangmu lebih dari cinta Aku, engkau tidak layak untuk Aku. Jika engkau cinta papa dan mamamu lebih dari Aku, engkau tidak layak untuk Aku”, kalimat ini harus kita anggap serius. Lepaskan diri dari berhala-berhala ini. Saya tidak mengatakan Saudara harus benci keluarga, tolak ini tolak itu, bukan seperti itu, tapi kalau Saudara tidak pernah peduli apa yang Tuhan kerjakan, hanya pedulikan lingkup ini keluarga, uang, harta, pendidikan dan lain-lain, jangan memberikan satu alasan, cover up lalu mengatakan “saya tidak mau menjadi papa yang tidak bertanggung jawab, saya tidak mau menjadi anak yang tidak bertanggung jawab, saya tidak mau menjadi mahasiswa yang tidak bertanggung jawab”, sambil mengabaikan Tuhan. Saudara dan saya harus tahu di mana kita sudah memperilah sesuatu dan jujur kepada Tuhan apa sebenarnya yang sedang kita kerjakan. Apakah kita sedang mengerjakan sambil membalikan badan kita terhadap Tuhan? Kalau kita kerjakan semua yang kita kerjakan sambil membalikan badan terhadap Tuhan, maka bagi saya itu adalah kekejian yang besar sekali. Injil diberitakan untuk menawarkan sesuatu yang indah. Sesuatu yang indah, sehingga Saudara rela untuk tangkap ini. Karena Saudara tahu di dalam berita Injil ini segala sesuatu yang Tuhan inginkan untuk saya lakukan akan terjadi pada saya. Segala sesuatu yang Tuhan inginkan saya menjadi, saya akan menjadi itu. Segala sesuatu yang Tuhan rancang dan kehendaki, itu akan tergenapi lewat Injil. Maka Injil adalah tawaran “maukah kita berbagian di dalam pemulihan yang Tuhan kerjakan?”. “Hei orang Israel, Tuhan sedang mengerjakan pemulihan, maukah kamu? Kalau kamu mau kamu akan dipimpin oleh Raja yang mati di kayu salib”, dan mereka tolak Raja ini karena salib. Salib menjadi batu sandungan bagi mereka. “Hei orang Yunani, maukah kamu datang kepada Injil? Karena Injil ini akan memulihkan bangsamu juga hai orang Yunani”, “kami mau. Siapa yang harus kami ikuti?”, “Raja yang tersalib” ,”kami tidak mau itu, karena itu kebodohan bagi kami. Salib itu kebodohan”. Orang Yahudi tersandung batu sandungan yang namanya salib, orang Yunani tersandung karena kebodohan namanya salib. Mereka tidak cukup berani untuk menjadi bodoh demi Kristus. Mereka tidak cukup berani untuk jatuh demi Kristus. Ini yang Paulus sedang nyatakan “saya bersukacita ada orang di Roma atau jemaat di Roma yang percaya Kristus, karena Injil yang aku percaya ini adalah sesuatu yang begitu penting, menyatakan cara Tuhan mengubah segala sesuatu menjadi sesuai dengan kehendakNya”. Injil adalah kunci untuk masuk ke dalam ciptaan baru. Injil adalah cara untuk mengerti bagaimana Tuhan menjadikan seluruh pemerintahan tunduk kepada Kristus. Injil adalah pesan tentang kasih karunia Tuhan yang mau menarik manusia untuk kembali sembah Dia dengan bebas. Segala sesuatu yang tercatat di dalam Kitab Nabi itu digenapi oleh Injil, demikian kata Paulus. Paulus mengatakan Injil telah dijanjikan sebelumnya dalam perantara nabi-nabi dalam Kitab Suci. Nabi bicara soal Injil. Di mana ada nabi yang berbicara “kalau kamu percaya kamu akan masuk sorga”? Nabi Yesaya pernah mengatakan itu? Nabi Yeremia pernah mengatakan itu? Tidak, Yesaya dan Yeremia mengatakan Tuhan berjanji akan pulihkan Israel dan Tuhan berjanji akan memulihkan bangsa-bangsa lain. Cara Tuhan memulihkan Israel dan bangsa-bangsa lain adalah dengan penghakiman. Tapi ketika Kristus datang, Dia tanggung penghakiman itu bagi umatNya. Ini berita yang indah itu, Tuhan berhenti menghakimi kamu karena sudah selesai dihakimi lewat Kristus, kepalamu. Tapi maukan engkau menjadikan Kristus kepalamu? Maukah kamu menjadikan Dia Rajamu? Karena kalau engkau memper-Tuhan Dia, maka Dia adalah milikmu selamanya. Kata Tuhan dan Juru Selamat, keduanya berkait dengan erat. Ada pengertian Juru Selamat di dalam kata Tuhan dan ada unsur Tuhan di kata Juru Selamat, menurut Perjanjian Lama. Perjanjian Lama tidak pernah memisahkan antara Tuhan dan Juru Selamat. Waktu Israel sedang dibuang ke Babel sebagian, sebagian lagi masih berdiam di Yerusalem sambil ketakutan “kalau tentara Babel datang lagi kami akan hancur. Bagaimana caranya kami luput dari kehancuran dan kematian?”. Waktu itu di Yerusalem ada seorang nabi namanya Yeremia, dia mengatakan “tetap tinggal di Yerusalem, kalau Kerajaan Babel datang, kamu ikut mereka dibuang”. Mereka tidak setuju “bagaimana bisa kami ikut dibuang? Kami tidak mau begini”, tapi akhirnya orang Babel datang dan mereka melarikan diri. Yeremia berkhotbah lagi ketika orang Israel melarikan diri, “jangan lari, kembali ke Yerusalem”, orang Israel mengatakan “mana bisa kami kembali ke Yerusalem. Yerusalem sudah dihancurkan”. Apa yang Tuhan firmankan lewat Yeremia selalu bentur dengan keinginan seluruh rakyat. Bukan hanya seluruh rakyat, Yeremia mengatakan “keluargaku pun bentur dengan firman Tuhan. Saudara bisa melihat betapa uniknya kisah Alkitab itu seringkali berulang dalam sejarah. Dulu problemnya adalah Israel di padang gurun mau kembali ke Mesir, sekarang terjadi hal yang mirip, mereka diancam oleh Babel dan mereka mau kembali ke Mesir. Yeremia dengan tegas mengatakan “jangan ada Juru Selamat selain Tuhan. Mesir bukan Juru Selamatmu. Hanya Allah Juru Selamat. Dan tidak boleh ada apa pun atau siapa pun di bawah kolong langit ini yang kita katakan “karena namamu kami selamat”. Di dalam Kisah Para Rasul 4, Petrus mengatakan “di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia”, ini mengagetkan sekali, “yang olehnya kita bisa diselamatkan selain nama Yesus Kristus”. Berarti Yesus adalah manusia, seperti yang dikatakan dalam Kisah Para Rasul 4, namun Dia adalah Juru Selamat yang adalah Allah. Bagi orang Yahudi Juru Selamat itu Allah, tidak boleh yang lain, sehingga di dalam kata Juru Selamat ada rasa ingin menaklukan diri, ingin tunduk. Karena kita akan berdiri di hadapan Allah Sang Juru Selamat itu. Dan di dalam pengenalan akan Allah, Allah berfirman “Akulah Sang Juru Selamat”. Maka title Tuhan dan title Juru Selamat ini sangat erat berkait dan harus dikenakan pada Allah sendiri. Allah Bapa adalah Tuhan dan Juru Selamat, Roh Kudus adalah Tuhan dan Juru Selamat, Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat, Allah Tritunggal adalah Tuhan dan Juru Selamat. Pengertian ini harus kita pahami dengan doktrin yang baik dan benar yang sudah digumulkan oleh gereja. Tiga pribadi satu Allah, ketiganya adalah Tuhan dan Juru Selamat. Saudara bisa melihat Paulus ketika memberitakan Injil selalu memakai konsep Tritunggal. Dia tidak pernah melupakan satu pribadi pun waktu menjelaskan tentang Injil. Saudara bisa baca di ayat 2 “Injil itu telah dijanjikanNya sebelumnya dengan perantara nabi-nabiNya dalam kitab-kitab suci”, ayat 3 “tentang AnakNya (pribadi kedua, Anak Bapa pribadi pertama) yang menurut daging diperanakan dari keturunan Daud dan menurut Roh Kekudusan (pribadi ketiga) dinyatakan oleh kebangkitanNya (pribadi kedua) dari antara orang mati bahwa Ia adalah Anak (pribadi kedua) Allah (pribadi pertama) yang berkuasa, Yesus Kristus (pribadi kedua)”. Saudara boleh baca dari Surat Roma sampai bagian akhir dari Surat Paulus yaitu Filemon, Saudara akan menemukan dia tidak pernah menjelaskan Injil tanpa kaitkan dengan Allah Tritunggal. Siapa Tuhan dan Juru Selamatmu? Bapa, Yesus dan Roh Kudus, ketiganya adalah Juru Selamatku. Siapa yang datang menjadi manusia? Yesus, bukan Bapa, bukan Roh Kudus. Siapa yang mati di kayu salib? Yesus, bukan Bapa, bukan Roh Kudus. Siapa yang menyatukan kita dengan Kristus? Roh Kudus, bukan Bapa, bukan Kristus. Siapa yang akan menjadi segalanya di dalam segala sesuatu? Bapa di dalam Kristus melalui Roh Kudus. Kalau kita mempelajari Tritunggal, masih banyak hal yang perlu digali. Kita pikir karena ada Konsili Nicea Konstantinopel di tahun 381 atau Konsili Nicea 325, kita sudah mengerti formula Tritunggal yang lengkap, kita baca Agustinus kita sudah mengerti. Tapi masih banyak hal belum disentuh, misalnya formula dari Paulus, mengapa dia mengatakan “di dalam AnakNya menurut daging dan menurut Roh Kekudusan”? Paulus selalu menjelaskan Tritunggal di dalam Injil dengan formula yang berbeda-beda. Jadi doktrin Tritunggal masih terbuka untuk diselidiki. Siapa yang tertarik, silahkan, tapi jangan pernah meninggalkan konsep dari Konsili Nicea Konstantinopel, kalau Saudara tinggalkan konsep itu berarti bidat. Saudar bukan jenius tapi bidat. Kalau Saudara menemukan “saya sudah menemukan konsep Tritunggal yang belum pernah ditemukan manusia sebelumnya”, itu berarti Saudara 100% bidat.

Paulus menjelaskan Allah Tritunggal adalah Juru Selamatmu, tidak ada yang bisa engkau andalkan selain Tuhan. Tuhan adalah satu-satunya yang kita andalkan untuk mengerjakan apa yang Dia mau. Bukan yang kita andalkan untuk mengerjakan apa yang kita mau. Kalau Saudara mengandalkan Tuhan untuk mengerjakan apa yang kita mau, Saudara tidak mengerti konsep Tuhan, tapi Saudara sudah salah mengerti apa itu Juru Selamat. Apa itu Juru Selamat? Kalau juru mudi itu yang pegang kemudi, juru minum adalah juru yang tuang minuman, juru rawat adalah juru yang merawat. Apa itu juru? Juru adalah yang ahli disuruh-suruh. Ini konsep dari mana? Apa itu Juru Selamat? Ahli yang bisa menyelamatkan saya dan yang saya suruh-suruh. Kita mengatakan “Engkaulah Juru Selamatku. Ketika saya kesulitan, Engkau menolong. Ketika saya ada problem, Engkau akan menolong”. Tapi kita tidak pernah peduli apa yang Dia inginkan untuk kerjakan sehingga Dia menyatakan diriNya sebagai Juru Selamat. Kita diselamatkan dari apa menuju apa? Dia menyelamatkan kita untuk memperbaiki apa, itu harus kita ketahui. Mengapa Tuhan sangat concern dengan bumi ini, mengapa Tuhan sangat concern dengan KerajaanNya, mengapa Dia mau pulihkan ciptaanNya, mengapa Dia mau menebus kita, mengapa Dia mau menjadikan kita manusia baru, itu harus kita ketahui. Karena kalau tidak, kita mungkin akan mengaku percaya kepada Yesus, tapi kita tetap belum diselamatkan. Mengapa kita belum diselamatkan? Karena kita tetap minta Dia untuk menjadi pembantu untuk atur hidup kita, untuk pimpin kita, untuk bimbing kita, untuk mengerti bagaimana kita punya pergumulan dan apa yang menjadi kehendak kita, lalu Dia penuhi semua untuk kita mendapatkan apa yang kita mau. Bukan ini caranya berelasi dengan Kristus. Orang pada zaman awal dalam Perjanjian Baru tidak pernah menganggap Kristus sebagai Pribadi yang lebih rendah dari raja segala raja. Dia adalah Tuan atas sorga dan bumi, Dia adalah Raja yang memerintah atas segala sesuatu. Dia ada di sebelah kanan Allah, diserahkan seluruh tahta. Dan bagaimana bersikap terhadap orang dengan kedudukan seperti ini? Saudara harus pikir sendiri. Bagaimana saya berdoa dalam nama orang yang punya kedudukan setinggi ini, bagaimana saya harus bersikap di hadapan Dia. Lalu kita juga melihat Dia adalah korban, Dia adalah orang yang memecahkan DiriNya bagi umat, maka bagaimana kita bersyukur itu adalah sesuatu yang harus kita cari. Kita mesti jalankan ucapan syukur yang luar biasa karena Dia adalah Juru Selamat kita. Dan kita mesti jalankan ketaatan total, berjuang di situ. Karena kita tahu Dia adalah Tuan atas segala tuan, Raja atas segala raja. Waktu seseorang mulai pikir tentang diri, pikir tentang keenakan, kenikmatan, lalu mengabaikan standar kekudusan, mengabaikan firman, pada waktu itu setan berhasil. Dia tidak menunjukan diri sebagai musuh karena dia tahu dia kalah, tapi dia menunjukan diri sebagai teman dan di situ kekuatannya. Di satu sisi Alkitab mengatakan setan sudah dihancurkan oleh Kristus, di sisi lain Petrus mengatakan “hati-hati dia seperti singa yang mengintai. Dia akan gigit lehermu dan banting engkau ke tanah menjadikan engkau miliknya selama-lamanya”. Jangan dengarkan godaan setan, mari kembali ke berita Injil.

Berita Injil menekankan kehidupan yang meneladani Kristus. Siapakah Kristus? Dia adalah yang senantiasa mengosongkan diri demi yang lain. Ini tema yang begitu penting, tapi begitu dianggap sepele oleh banyak orang. “Saya tahu Dia mengosongkan diri, terima kasih. Dia sudah kosongkan diri bagi saya, terima kasih”. Tapi Saudara dan saya mungkin lupa bahwa Yesus melakukan itu untuk menunjukan ini cara hidup sebagai manusia. Tidak ada cara lain, cara hidup sebagai manusia adalah hidup bagi Tuhan dengan biaya apa pun, dengan pengorbanan apa pun. Hidup bagi Tuhan adalah satu-satunya jalan dan tidak ada jalan lain, dan itu yang Yesus nyatakan. Sambil kita mengatakan “terima kasih Tuhan untuk pengorbananMu”, sambil kita mengatakan “saya ingin menjalankan apa yang Engkau sudah jalankan. Karena apa yang Engkau jalankan adalah satu-satunya cara untuk menjadi manusia”. Injil itu kaya sekali, bukan sekedar “kamu statusnya sudah selamat, kamu sudah mengatakan iya di dalam KKR. Sekali selamat tetap selamat”. Saya yakin sekali selamat tetap selamat, tapi selamat tidak se-simple perkataan mulut, selamat itu akan masuk lewat telinga, Injil itu akan masuk lewat telinga, masuk ke dalam hati, kemudian akan masuk ke dalam masyarakat, itu Injil. Bisa tidak Injil mampet di salah satu tempat? Tidak, kalau dia mampet berarti dia belum pernah masuk. Maka Saudara cepat-cepat selidiki diri. Kalau Injil tidak pernah masuk dalam hati lalu mengalir keluar dalam hidup, dia belum pernah sungguh-sungguh masuk. Berdoa minta belas kasihan sama Tuhan, “Tuhan, saya sudah Kristen belum? Saya sudah menjadi milikMu belum? Mengapa saya tidak peduli dengan dosa? Mengapa saya peka terhadap dosa orang lain, tapi terlalu buta lihat diri sendiri”. Saya tidak mengatakan orang yang di dalam Kristus adalah orang yang belum pernah jatuh dalam dosa. Seringkali ada orang yang datang ke saya sambil menangis mengatakan “mengapa hidup saya seperti ini”, saya tahu dia sudah diselamatkan. Kalau sudah diselamatkan mengapa berdosa terus? Dia berdosa, tapi menangis. Dia berdosa tapi merasa hidupnya sulit, dia berdosa dan dia tidak ingin begini terus. Tapi ada orang-orang yang tidak sadar kalau dirinya berdosa. Tidak sadar kalau dirinya melakukan kejahatan yang memuakan hati Tuhan, tidak sadar kalau dia melakukan tindakan yang membuat Tuhan murka dan menghukum. Orang yang sadar dosa itu tandanya sudah diselamatkan. Injil akan masuk dalam hati dan ada perubahan yang pelan-pelan terjadi. Sebelum bertobat, saya melihat salib sebagai batu sandungan, kebodohan, hinaan akan keluar dari saya untuk salib. Tapi setelah saya melihat salib, saya menyadari Tuhan memilih untuk bertemu saya di tempat yang paling rendah yaitu salib. Mengapa Tuhan mau ketemu di salib, bukankah itu kebodohan? Karena saya orang bodoh. Di mana lagi ketemu orang bodoh kalau bukan di salib? Bukankah ini batu sandungan? Ini membuat orang terjatuh kemuliaannya. Setelah saya terjatuh dalam dosa, kemuliaan saya sudah jatuh dalam jurang kenistaan yang paling dalam. Kalau Tuhan mau bertemu saya di tempat yang paling dalam ini, pasti salib tempatnya. Maka salib adalah tempat saya dan Saudara berada, bukan Yesus. Lalu mengapa Dia ada di situ? Karena Dia mau bertemu kita. Dia ingin berelasi dengan kita dan caranya adalah datang ke situ. Roh Kudus adalah Pribadi yang banyak diberitakan dalam Perjanjian Lama, tapi selalu diberitakan dengan pekerjaan yang separuh selesai. Saudara lihat di bagian mana pun pekerjaan Roh Kudus separuh selesai, bukan tuntas selesai. Roh Kudus bekerja dalam ciptaan, Roh Kudus bekerja dari hari pertama sampai keenam, Roh Kudus bekerja lewat manusia untuk menangani seluruh ciptaan, tapi itu gagal, manusia jatuh dalam dosa. Sehingga pekerjaan Roh Kudus untuk mencipta, baru separuh jalan sudah berhenti. Lalu pekerjaan Roh Kudus atas pemimpin-pemimpin Israel baru separuh jalan sudah berhenti. Coba lihat siapa yang dipenuhi Roh Kudus, Saudara bisa mengatakan Yosua dipenuhi Roh Kudus, dan ada kalimat dari Kitab Yosua sendiri “Tuhan berfirman kepada Yosua, Yosua kamu sudah tua dan tanah ini belum semua selesai”. Pekerjaan Roh Kudus seperti belum tuntas. Lalu Roh Kudus memenuhi orang-orang di dalam Kitab Hakim-hakim dengan cara yang bahkan belum separuh selesai, bisa dibilang ¼ selesai, mungkin 1/10 selesai. Roh Kudus penuhi Simson dan Simson punya begitu banyak kekuatan, tapi juga banyak keanehan sebagai hakim. Saya yakin ketika Saudara baca kisah Simson, Saudara cenderung enggan memberi nama anak laki-lakimu Simson. Simson tidak bisa menahan hawa nafsunya, dia hanya pedulikan diri, sepertinya Roh Kudus tidak kerjakan dengan tuntas. Lalu di dalam kitab nabi-nabi ada penglihatan tentang pekerjaan tuntas itu tapi tidak real, mimpi tapi tidak nyata. Bayangkan berapa perasaan Yeremia dan Yehezkiel atau Yesaya melihat penglihatan dari Roh Kudus. Roh Kudus memberikan penglihatan yang tidak real. Penglihatan yang indah tapi tidak pernah terjadi. Yehezkiel melihat ada tulang-belulang yang hidup lagi, tapi dia tidak melihat itu terjadi dengan real di tengah-tengah Israel. Nabi-nabi melihat nubuat tapi tidak ada realita. Tapi Paulus mengatakan nabi-nabi sudah berbicara tenang ini dan sekarang Roh Kudus sudah bekerja secara penuh. Roh Kudus bekerja lewat Kristus dengan sempurna. Maka Saudara akan menyaksikan pekerjaan Roh Kudus disempurnakan justru karena Yesus. Dan ini yang Paulus katakan sebagai berita Injil, apa yang dilihat para nabi digenapi oleh Yesus. Roh Kudus bekerja dengan selimpah-limpahnya justru di zaman ini, bukan di zaman dulu. Dan itu terjadi karena Tuhan membuka jalan untuk pekerjaanNya dituntaskan, inilah berita Injil. Tuhan sedang mengatakan “ini saatnya Aku perbaiki semua”. Waktu zaman Israel Tuhan mengatakan “nanti Aku akan perbaiki, suatu saat akan terjadi. Akan ada Anak lahir, akan ada suara di padang gurung”, selalu pakai kata akan. Maka kalau Saudara baca Perjanjian Lama, Saudara akan menjadi orang yang terus menantikan “akan” ini. Tetapi ketika Saudara menyadari Kristus sudah datang, Saudara sambil menantikan akan kedatangan Dia yang kedua, juga sambil mengatakan “sekarang”. Ada already, ada kekinian, ada sekarang yang jauh lebih besar di dalam Kristus dibandingkan dengan zaman Perjanjian Lama. Ini yang harus kita nikmati. Saudara harus tahu ada sesuatu yang Tuhan mau berikan sekarang, maka hidup orang Kristen penuh dengan sukacita. Maka kalau Saudara mau menikmati Kekristenan, Saudara harus mengerti kelimpahan pekerjaan Roh Kudus. Dan sekali lagi setan menipu kita dengan menyamar masuk dan memberikan kepada kita kelimpahan roh kudus versi lain. Selalu ada versi kw terhadap sesuatu yang indah. Ada satu pengarang yang mengatakan semua karya yang indah pasti ada bajakannya, kalau engkau belum dibajak, engkau belum menghasilkan karya indah. Iblis itu sangat akurat, dia tahu apa yang paling kuat dari Kekristenan dan dia tiru dengan membuat copy dari itu. Apa yang paling kuat dari Kekristenan? Paulus mengatakan lewat Roh Kekudusan, Injil Tuhan sempurna. Roh Kudus adalah yang menyempurnakan Injil dalam hidupmu. Kalau begitu membuat roh kudus kw, yang beratnya mirip, semuanya mirip, lalu ketika orang lihat dia tidak bisa membedakan dengan Roh Kudus yang asli. Alkitab sudah memberikan peringatan, di dalam kebenaran firman selalu akan ada kaca untuk melihat, akan selalu ada cara untuk melihat mana roh kudus palsu dan mana Roh Kudus asli. Paulus sedang mengatakan Roh Kudus adalah Roh yang memberikan kebangkitan Kristus. Roh Kudus adalah Roh yang membangkitkan Kristus, lalu Roh Kudus adalah Roh yang membangkitkan kita di dalam Kristus. Tapi Saudara harus tahu pekerjaan Roh Kudus membangkitkan Kristus adalah setelah pekerjaan Roh Kudus menuntun Kristus ke salib. Roh Kudus adalah Roh yang memberikan kebangkitan setelah sebelumnya mengosongkan diri orang yang Dia penuhi. Saudara dan saya dipenuhi Roh Kudus, harus semakin tidak lihat diri, harus semakin tidak selfish, harus semakin tidak egois. Kalau masih ego, Roh Kudus tidak ada, kalau masih pikir diri, Roh Kudus tidak ada. Mulai rela untuk menjadi berkat, Roh Kudus bekerja di situ, mulai rela sangkal diri, di situ Roh Kudus hadir. Mulai rela tinggikan Kristus, apa pun harganya, di situ Roh Kudus hadir. Mengapa ada orang rela memberikan banyak uang untuk pekerjaan Tuhan? Rela mati-matian mengerjakan pekerjaan Tuhan? Karena Roh Kudus yang gerakan. Tapi selama kita belum punya kerelaan itu, belum ada pekerjaan Roh Kudus membangkitkan, Roh Kudus akan membangkitkan gerejaNya dengan cara pengorbanan orang-orang di dalam gereja. Di sini Paulus mengingatkan bahwa Roh Kekudusan itulah yang menyatakan Injil yang sejati, “Dia datang di tengah-tengah kamu dan saya untuk memberikan kebangkitan”. Apakah kita berbagian di dalam kebangkitan Kristus? Sudahkan kebangkitan Kristus lebih indah dari pada segala pengharapan yang kita inginkan? Pernahkah kita merenung “Kristus yang telah bangkit itu adalah yang paling besar memberikan saya kekuatan dan kesenangan”? Saya punya banyak sekali hobi, tapi saya menyadari setelah saya kenal Kristus, tidak ada satu dari hobi itu yang saya tidak rela buang untuk kenal Dia. Tidak ada yang lebih indah dari pada Kristus, tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada memikirkan Dia yang bangkit, tidak ada yang bisa mengambil hati saya lebih dari pada Dia. Tidak mungkin saya habiskan banyak waktu untuk hal lain di luar Kristus, karena tidak ada yang menyenangkan seperti Dia. Paulus mengatakan itu Roh Kudus yang kerjakan, karena Kristus begitu indah kamu rela kosongkan diri. Karena kalau kamu kosong, Dia akan masuk. Kamu rela kosongkan diri karena kamu tahu keindahan Kristus akan menggantikan semua kesenanganmu. Ini yang dimaksud dengan kebangkitan Kristus, Roh Kekudusan menyatakan bahwa Dia adalah Anak Daud. Mengapa Anak Daud berkaitan dengan kebangkitan Kristus? Karena pada zaman Daud ada hati untuk Tuhan. Daud bukan orang yang membuat Israel menjadi kaya, Salomo yang melakukannya. Daud juga bukan orang yang memperbesar Israel sampai daerah terbesar, Salomo dan Alexander Janeus daerahnya lebih besar dari pada Daud. Daud menjadi penting karena Tuhan berkata dari awal “inilah adalah orang yang kepadanya hatiKu ada di situ”. Daud memiliki Tuhan di dalam dirinya dan dia berikan hatinya kepada Tuhan. Maka kalau Saudara mendengar Anak Daud, Saudara punya konsep lain dengan orang Israel. Orang Israel kalau dengar Anak Daud, langsung ingat Daud yang menang perang, Daud yang hantam semua musuhnya, Daud yang matikan sebagian yang dia mau dan biarkan hidup sebagian yang dia mau. Daud yang tidak pernah kalah perang sekali pun, Daud yang tidak pernah gagal melawan siapa pun. Goliat dia bunuh, semua dikalahkan, tidak ada musuhnya yang sanggup berdiri di hadapan Daud. Tapi waktu Paulus membagikan tentang Anak Daud, dia membagikan tentang orang yang diperkenan oleh Tuhan, yang mazmurNya menggerakan orang untuk mencintai Tuhan, yang seruan doaNya benar-benar memberikan kekuatan kepada orang yang berpegang kepada Tuhan. Hidup imanNya benar-benar menjadi teladan bagi manusia sepanjang zaman, inilah Anak Daud yang lebih sempurna dari Daud dalam hal ini. Maka Saudara tidak melihat Yesus mengalahkan siapa pun waktu di dunia, Dia tidak hantam musuhNya, Dia tidak memegang pedang. Petrus pegang pedang, Yesus bilang “sarungkan”. Petrus pegang pedang itu sudah gemetar, cuma kena telinga. Saya yakin tidak ada orang akan sengaja kenakan telinga orang, Petrus mau bunuh orang tapi karena gemetar cuma kena telinganya. Tuhan mengatakan “sudahlah, tidak perlu pakai kekerasan”, Yesus bukan Anak Daud yang mengikuti Daud dalam membunuh musuh. Tapi Dia adalah The Man after God’s own heart, Dia adalah yang diperkenan oleh Tuhan karena kehidupan yang Dia serahkan untuk Tuhan, inilah Injil.

Mana kelengkapan dari Injil yang kita sering lihat di dalam pemberitaan Injil kita mungkin, kalau kita bandingkan dengan Roma? Saudara langsung sadar Injil kita terlalu sempit, Injil kita terlalu dangkal, Injil kita terlalu egois. Injil kita selalu terlepas dengan kehidupan sehari-hari, Injil kita tidak punya makna untuk menghidupkan orang, Injil yang kita beritakan mungkin cuma tawaran palsu ke sorga yang tidak mengubah karakter sama sekali. Tapi waktu kita baca hanya ayat pertama-tama dari Roma, Saudara langsung dapat pengertian tentang dalamnya berita Injil kalau dikaitkan dengan seluruh Kitab Suci, baru kita sadar Paulus tidak main-main di sini, itu sebabnya dia tinggalkan semua untuk memberitakan Injil. Karena dia tahu di dalam berita Injil ada bahagia, ada kesenangan, ada perbaikan masyarakat, ada pengosongan diri, ada relasi dengan Tuhan, ada kerinduan bertemu Tuhan, ada cinta kepada Tuhan, ada dicintai oleh Tuhan, di dalam Injil ada itu semua. Maka Paulus mengatakan “saya rindu datang kepadamu untuk mengkhotbahkan Injil. Saya berhutang kepada kamu, saya berhutang kepada orang Yahudi, kepada orang Yunani”. Kalimat itu adalah kalimat imam yang indah sekali. Paulus mengatakan “saya berhutang kepada orang Yahudi, saya berhutang kepada orang Yunani”, kita seringkali berpikir ini sebagai hutang Injil yang harus dituntaskan dengan cepat Injili orang. Tapi Paulus sedang mengambil posisi imam, orang Yahudi dan Yunani memberontak melawan Tuhan lalu Paulus mengatakan “saya yang berhutang, saya berhutang maka saya akan datang kepada mereka dan mengatakan Tuhan sudah mau terima kamu kembali”. Hutang yang Paulus miliki terhadap orang Yahudi dan Yunani adalah dia mengatakan “biar saya yang tanggung apa yang kamu lakukan lewat apa yang akan saya beritakan kepada kamu”. Ini indahnya luar biasa, Paulus mengambil kesalahan Yahudi dan Yunani lalu memberikan kepada mereka apa yang akan menjadi solusi dari kesalahan mereka itu, ini namanya berhutang. Saudara ingat kata berhutang di surat Filemon, ketika budak dari Filemon bertemu dengan Paulus, Paulus injili dia, dia menjadi Kristen, lalu Paulus menyuruhnya pulang kepada Filemon. Lalu dia mengatakan kepada Filemon, “terimalah dia seperti kamu menerima aku, kalau dia pernah merugikan kamu, tanggungkan itu kepadaku, aku yang hutang kepadamu”. Ini hal yang luar biasa indah, Paulus mengatakan “saya yang berhutang, karena saya yang ambil keadaan memberontakmu. Tapi saya tidak tanggung ini, Injil yang tanggung, Kristus yang tanggung. Maka saya kembali menginjili kamu (orang Yahudi dan Yunani) karena saya adalah orang yang akan ambil kesalahanmu dan akan bagikan apa yang kamu perlukan untuk kamu bebas dari kesalahanmu yaitu berita Injil”. Ini perasaan berhutang yang lebih genuine, Paulus tidak pernah akan hancur pelayanannya karena orang Yahudi atau Yunani menolak dia. Karena dia melihat terus penolakan demi penolakan yang didapatkan adalah sesuatu yang harus dia tanggung. Dia berhutang untuk menanggung itu, dia berhutang penolakan, dia berhutang segala hal yang akan diselesaikan di kayu salib. Apa pun yang akan beres di kayu salib, dia siap tanggung. Setiap kali saya dengar kalimat ini, luar biasa mengharukan, kita jauh sekali dengan perasaan hati seperti itu. Kita sulit mengatakan “biar saya tanggung”, kita ingin ada pembalasan segera, kita selalu ingin ada restribusi, kita selalu ingin ada keadilan segera, instant justice. Injil bukan tentang instant justice. Instant justice adalah orang berdosa mati saat itu juga. Tapi Injil adalah kesabaran menanti orang berubah dengan menanggung segala kesulitan karena ketidak-berubahan orang di dalam diri. Ini berat bukan main. Maka Paulus sedang mencerminkan Kristus ketika mengatakan “aku berhutang kepada orang Yahudi dan Yunani”, dia sedang mengatakan “kalau kamu pernah melakukan hal yang buruk, tidak ada instant justice dari Tuhan. Segala kesulitanmu akan aku tanggung”. Berarti Paulus mengatakan “saya akan berkhotbah tentang Injil kepada orang Yunani, kalau kamu tolak, saya akan tanggung penolakanmu. Saya akan sabar kepadamu, menunjukan kesabaran Tuhan kepadamu. Saya beritakan Injil kepadamu, kamu mungkin akan menampar saya, mungkin akan memenjarakan saya. Bahkan mungkin kamu akan mengadili saya untuk mematikan saya. Tapi saya akan tanggungkan semua itu di dalam panggilan saya sebagai rasul”. Apakah ada orang seperti ini? Tuhan Yesus memerintahkan suami untuk mencintai istri seperti Kristus mengasihi jemaat, dan Paulus menjadi contoh. Bisakah kita tanggung kesalahan orang lain, tanggung ketidak-beresan yang terjadi di dalam kelaurga? Hai para kepala, bisa tanggung kesalahan istri? Atau Saudara instant justice? Kalau istri salah harus digampar saat itu juga. Tidak ada instant justice di dalam Injil, instant justice memerlukan pembalasan murka bukan Injil. Injil adalah saat dimana Tuhan tanggung justice itu dan jadikan DiriNya korban. Paulus mengatakan “inilah Injil. Kamu tolak Injil, saya jadikan diri saya korban supaya kamu terima Injil”. Ini jiwa penginjilan yang begitu indah, tidak ada orang yang berani pergi kemana pun memberitakan Injil kalau dia tidak siap tanggung penolakan dari orang-orang itu. “Penolakan yang kamu alami akan saya tanggung dengan penuh kerelaan”, ini yang Paulus katakan, “aku berhutang kepada kamu, kepada orang Yunani”, itu berarti waktu Paulus memberitakan “apa pun tindakan yang kamu berikan kepada saya, saya siap terima dengan sabar karena saya berhutang kepada kamu”. Kalimat indah yang Paulus nyatakan di bagian akhir dari bagian kita hari ini menekankan limpahnya berita Injil membuat sang penginjil itu pun punya kekuatan untuk menjalankan hal yang demikian sulit. Penginjil punya kekuatan untuk mengampuni, punya kekuatan untuk memaklumi, punya kekuatan untuk menampung orang di dalam hati. Dan Paulus tawarkan ini kepada para penatua, para penginjil di bawah dia. Paulus mengatakan kepada orang-orang yang diangkat “apa yang kamu lihat ada padaku, perbuatlah itu juga”. Mari jadi dewasa secara rohani. Dan dewasa secara rohani artinya siap untuk menjadikan diri berhutang oleh karena kesalahan orang lain, siap untuk tanggung akibat dari ketidak-dewasaan yang lain. Saya harap kita semua belajar menjadi dewasa dengan cara seperti ini dan kiranya Tuhan memberkati kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)