Lalu apa lagi yang disebut dengan unrighteousness? Ketidaksukaan akan keindahan, manusia merusak keindahan demi yang jelek. Seks adalah hal yang indah, tapi dimanipulasi untuk jadi jelek dan kotor di dunia kita. Itu namanya un-righteousness, tidak benar. Setiap orang yang sudah punya sifat un-righteous di dalam dirinya, dia akan memanipulasi kebenaran berdasarkan keuntungan dia. Ini yang dikatakan Paulus, murka Allah nyata karena kamu menindas kebenaran, menindas fakta, menindas truth dengan sifat jahat yang anti kebenaran Tuhan. Namun tidak semua itu dimiliki oleh kita. Saudara akan menemukan diri masih righteous di dalam satu aspek tapi un-righteous di aspek yang lain. Mungkin ada orang yang benar di dalam keadilan, sifat adilnya tinggi sekali, tapi dalam hal lain dia tidak benar. Maka kita semua sebenarnya sedang dalam proses untuk memperbaiki diri karena kita memunyai kecenderungan untuk memanipulasi kebenaran oleh karena sifat un-righteousness kita. Celakanya manipulasi kebenaran itu termasuk manipulasi Firman yang keluar dari mulut hamba Tuhan. Terimalah teguran, jangan manipulasi Firman untuk membenarkan ketidak-benaran kita.
Alkitab mengatakan di ayat 19, karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah, itulah truth-nya. Truth-nya adalah pengenalan akan Allah, tapi mereka selewengkan karena mereka un-righteous. Tuhan menyatakan diri namun mereka tidak sampai pada pengenalan akan Tuhan. Mereka menjadi atheist Karena mereka un-righteous. Bukan karena Tuhan belum menyatakan diri. Kita perlu mengerti kalau kita ini tidak suka kebenaran. Kita lebih suka kebenaran yang megnkonfirmasi ketidakbenaran kita. Ketika orang melihat alam, mereka langsung mengkhayal tentang dewa-dewa. Zaman dulu pakai mitos, orang sekarang pakai science, seolah-olah science bisa menjawab semua. Saya tidak mengatakan kita tidak boleh cari sumber dari alam semesta, tapi jangan jadikan teori itu titik awal. Kalau Saudara menjadikan teori itu titik awal dan Saudara mengatakan “tidak ada Allah”, itu bodoh, karena Saudara memutlakan yang Saudara tahu. Padahal intisari dari science jangan mutlakan yang kamu tahu, karena itu yang menjadikan science menarik. Science tidak boleh putar-putar yang sudah diketahui, lalu mengatakan “inilah segalanya”, itu bodoh sekali. Science justru menarik karena masih ada yang belum diketahui. Maka Saudara tidak bisa mengatakan “science berkata ini tidak mungkin”. Kita tidak bisa menyimpulkan apa pun tentang alam, kecuali kita menyimpulkan itu dari Tuhan, hasil penciptaan Tuhan. Alkitab menjelaskan keserasian antara sifat Tuhan dan alam, itu tidak ada dalam mitologi manapun. Keserasian antara Tuhan dan alam sudah dinyatakan dari awal di Kitab Kejadian. Tuhan adalah Tuhan yang menciptakan dari kacau menjadi baik, berarti pola kacau dan baik itu tidak kekal. Saudara tahu dari baik bisa menjadi kacau, tapi dari kacau bisa menjadi baik lagi. Hans Weder mengatakan bahwa Tuhan itu menciptakan secara baru bukan cuma creatio ex nihilo, tapi juga dari kekacauan, creatio ex vetere. Ketika terjadi kacau bisa yang baru muncul. Kalau Saudara tahu tentang perbintangan, ada partikel-partikel angkasa yang kacau balau tapi kemudian bisa berkumpul dan akhirnya menjadi bintang dalam waktu jutaan tahun. Mengapa bintang bisa lahir dari keadaan kacau? Karena Tuhan memang mencipta dengan cara itu. Dan kalau Saudara baca Kitab Suci terus dengan konsisten menyatakan sifat Tuhan yang seperti itu.

« 4 of 6 »