Lalu janji Tuhan ada di ujung. Jadi ketika Saudara pilih jalanNya Tuhan, ada janji Tuhan di ujung. Apa yang menjadi janji utama Tuhan? Kedatangan Kristus, itu janji utama. Lalu apa kaitan kedatangan Kristus dengan kebenaran? Ingat, tema kebenaran itu berulang terus. Paulus mengatakan kedatangan Kristus akan memastikan bahwa umat Tuhan punya kebenaran, punya righteousness. Kedatangan Kristus akan memastikan bahwa umat Tuhan akan dipulihkan. Jadi ini janji Tuhan, dan seperti yang saya katakan janji Tuhan tidak mungkin batal, tidak pernah batal. Janji Tuhan akan terjadi dan sejarah akan membuktikan itu. Suatu saat janji Tuhan yang akan terbukti, bukan yang lain. Sekarang ada pertanyaan yang mungkin muncul, ini yang Paulus antisipasi di dalam pasal 3. Kalau begitu apa gunanya menjadi Yahudi? Tuhan berikan firman kepada mereka, Tuhan berikan janji. Lalu pertanyaan berikutnya, Paulus berargumen dengan cara menempatkan dirinya sebagai lawan dari dirinya, ini cara baik, Saudara kalau mau mengetahui posisi Saudara benar atau tidak, Saudara harus menjadi the devil advocat bagi diri Saudara sendiri, Saudara harus menjadi musuh dari kebenaran yang Saudara ambil. Ini sebenarnya bagian dari retorika klasik, kalau Saudara belajar retorika. Di dalam retorika salah satu ilmu yang penting adalah Saudara menjadi kontra melawan pendapat Saudara sendiri. Kalau Saudara menyiapkan khotbah, atau menulis tesis, atau menulis skripsi, yang temanya ada tema utama, lalu Saudara ekspose tema itu dan bagikan satu cara untuk melawan tema itu, tapi Saudara tetap membuktikan tema itu benar, ini baru menjadi tulisan yang kuat. Ini yang Paulus coba lakukan. Jadi apa yang Tuhan lakukan? Memanggil Israel. Apa gunanya Israel kalau ternyata hidupnya Israel bobrok? “Tuhan memberikan kepada mereka firman dan janji”. Tuhan memberikan kepada mereka firman dan janji apa? Firman yang akan membentuk mereka menjadi orang yang benar dan janji bahwa itu semua akan dibereskan ketika Kristus datang. Jadi Kristus datang adalah penggenapan janji.

Sekarang pertanyaannya, sekarang Paulus menjadi lawan dari dirinya sendiri, kalau begitu apa gunanya Tuhan memberikan firman? Tuhan memberikan firman, Israel mesti taat, lalu Israel gagal. Apakah kegagalan Israel membuat Tuhan batal mendatangkan Kristus? Tuhan janji dari pihakNya akan memberikan firman dan janji, dan janjiNya akan terkonfirmasi oleh sejarah, Tuhan akan menyempurnakan janjiNya. Dan kalau kita lihat pasal 9, janjiNya akan disempurnakan dalam kedatangan Kristus. Jadi kedatangan Kristus adalah kesempurnaan janji Tuhan. Apakah janji ini bisa batal? Tidak, karena Tuhan setia. Ini memakai kata yang sama, pistis, iman, iman dan setia tidak bisa dipisah. Maka ketika kita mengatakan iman itu ngotot percaya, itu salah. Iman artinya setia, kemana Tuhan melangkah di situ saya melangkah, itu iman. Jadi Paulus sedang mengatakan orang Israel ada yang tidak beriman, ada yang rusak, ada yang gagal, makanya dibuang. Lalu Paulus melanjutkan, kalau begitu Tuhan setia atau tidak? Kita lihat ayat 3, “jadi bagaimana jika di antara mereka ada yang tidak beriman (ini pakai kata pistis), dapatkah ketidak-berimanan mereka itu membatalkan imanNya Allah?”. Kita tidak biasa mengatakan ini “imanNya Allah”, apakah Allah beriman? Tapi pakai kata pistis, pistis artinya iman, pistis artinya juga kesetiaan. Jadi kesetiaan dan iman bisa ditukar, saling bertukar. Saudara bisa bilang iman dan Saudara bisa bilang setia, itu maknanya sama. Manusia tidak setia, Israel tidak setia menjalankan firman, menjalankan bagian mereka dari perjanjian, akankah Tuhan juga tidak setia menjalankan bagianNya? Tidak, Tuhan pasti setia. Pertanyaan yang muncul adalah kalau Tuhan pasti setia, kalau begitu apa gunanya firman? Kalau Tuhan berjanji di titik awal untuk Israel, lalu Tuhan memberikan janji nanti akan digenapi di dalam Kristus. Itu bagian Dia, Dia berjanji akan memberikan Kristus untuk kebenaran orang Israel. Lalu dari pihak Israel mesti melakukan apa? Mesti menjalankan firman, mereka mesti menaati firman sehingga nanti ketika Kristus datang, mereka menjadi umat yang menyambut Kristus. Sekarang kalau Tuhan janji apakah pasti jadi? Pasti. Lalu bagiannya Israel bagaimana? Kalau Israel gagal menjalankan bagian mereka, janji Tuhan batal? Tidak. Kalau begitu apa pentingnya firman tadi? Bukankah Israel bisa tetap bobrok dan janji Tuhan tetap terjadi? Jadi apa gunanya Taurat, kalau Israel melanggarnya pun, Tuhan tetap akan memberikan Kristus. Kalau Kristus pasti diberikan, apa gunanya firman bagi Israel? Supaya Israel hidup benar. Kalau mereka gagal hidup benar, apakah Tuhan batalkan janjiNya? Tidak. Paulus mengatakan “sekali-kali tidak”, tidak mungkin sama sekali. Jadi janji Tuhan tidak mungkin batal. Kalau janji Tuhan tidak batal, mengapa kita tetap dihakimi kalau kita gagal? Karena ternyata kegagalan kita tidak membatalkan janji Tuhan. Bahkan bukan hanya itu, Paulus mengatakan kegagalanmu menunjukan kesabaran Tuhan. Jadi Tuhan tetap jalankan janjiNya meskipun kamu tidak setia. Ini seperti seorang suami yang tetap setia kepada istrinya meskipun istrinya selingkuh. Gambaran itu benar-benar ada di Perjanjian Lama, bukan hanya gambaran imaginary. Tuhan menyatakan Israel seperti istri dan Dia seperti suami yang setia. Dapatkah kebobrokan kita membatalkan kesetiaan Tuhan? Tidak. Maka kita akan mengatakan “Tuhan, sungguh Engkau besar dan agung karena apa yang menjadi kegagalan saya justru menunjukan kebesaran Tuhan”. Di sini Saudara bisa masuk ke dalam satu istilah namanya antinomian. Antinomian artinya Saudara melihat anugerah Tuhan dan merasa anugerah itu pasti jadi meskipun kita tidak menjalankan peraturan apa pun. Saudara pernah mendengarkan istilah hyper grace? Hyper grace itu antinomian, antinomian artinya “saya rasa tidak perlu menjalankan apa pun karena anugerah Tuhan cukup”. Saudara pernah jatuh dalam dosa? Pernah, tidak mungkin tidak. Kita semua pernah berdosa, apakah keberdosaan kita menggagalkan kesetiaan Tuhan? Tidak. Mengapa kita tidak semakin berdosa supaya Tuhan makin kelihatan sabar?”, ini antinomian. “Kalau Tuhan pasti mendatangkan Kristus, untuk apa kita serius melihat Taurat. Kalau kita sebagai umat gagal pun Tuhan bisa pulihkan, Tuhan bisa datangkan Kristus, pada akhirnya Tuhan akan menang”, ini kira-kira cara berpikir yang Paulus mau coba tantang. Pengertian antinomian ini adalah pengertian yang gagal, bukan karena Paulus hantam dengan argumen, tapi karena mereka sendiri tidak punya argumen yang kuat. Antinomian tidak punya argumen yang kuat, karena mereka mengatakan bahwa “kalau kita tidak perlu kebenaran, Tuhan tetap menyatakan kebenaran dengan mengirimkan Kristus. Kalau begitu kita bisa hidup dengan sembarangan”, ini salah karena pemberian hukum, pemberian Taurat oleh Tuhan, itu akan selalu disertai dengan penghakiman. Ini satu paket, waktu Tuhan memberikan hukum, Tuhan berikan penghakiman. Waktu Tuhan memberikan peraturan, Tuhan berikan momen di mana Dia menuntut akuntabilitas dari semua orang. Dia akan memperhitungkan semua orang berdasarkan apa yang sudah mereka kerjakan, poin ini yang tidak boleh dilupakan. Sekarang kita menjadi bingung, Saudara bisa memahami kebingungan orang kalau memahami surat ini dengan teliti, Surat Roma itu bukan surat yang mudah. Hidup kita kompleks, anak Saudara pun kompleks. Kalau anak sederhana, tidak susah mendidiknya, tinggal beri aturan dan akan dia jalankan, kalau tidak dijalankan akan ada hukuman. Tapi tidak seperti itu kan? Satu kali satu orang tua datang ke saya dan bertanya “pak, bagaimana mendisiplin anak? Terlalu keras, anaknya nanti jadi sakit. Terlalu lembek, jadi menyakiti orang lain. Jadi bagaimana pasnya?”, saya mengatakan “saya juga bingung memahami ini”. Pribadi orang itu kompleks, Saudara mengenal istri Saudara sudah 20 tahun pun masih ada hal-hal yang masih Saudara belum kenal dengan tuntas. Saudara kalau belajar kedokteran dan ada orang yang bertanya “kamu belajar apa?”, “kedokteran”, lalu orang itu oversimplify dengan mengatakan “mudah kan, tinggal beri antibiotik dan penurun panas, beres. Semua dokter juga begitu, sakitnya mau di ujung kaki, ujung kepala, beri antibiotik, penurun panas dan pain killer, semuanya akan beres”. Dan Saudara akan marah “enak saja, anda kira saya belajar sampai hampir kehilangan akal hanya untuk ini? Tidak, saya belajar begitu rumit, tubuh kita hal yang rumit dan saya harus mempelajari semua hal yang rumit itu”. Jadi kalau Saudara terbiasa mendengarkan khotbah yang simple, percayalah Saudara tidak akan siap menghadapi hidup. You are not be ready for your own life.

« 3 of 6 »