Paulus memberikan satu proposal di sini, mungkinkah kalau kita menafsirkan Taurat sebagai yang menunjukan salah kita di mana. Kita perlu orang yang menunjukan salah kita di mana. Kalau Saudara punya teman baik yang selalu akan meng-oke-kan Saudara, itu bukan teman baik, itu temannya iblis yang dia utus untuk membuat saudara jauh dari Tuhan. Demikian juga ketika Tuhan menyatakan firman, Tuhan ingin membongkar kita supaya kita sadar siapa diri kita. Itu yang Daud alami ketika Natan konfrontasi dia. Setelah dia berzinah dengan Batsyeba lalu dia membuat trik untuk menghilangkan suami Batsyeba, datanglah Natan. Natan ini nabi yang sangat berani, Pak Tong mengatakan dia ini nabi yang menegur raja yang sangat disayangi Tuhan. Nabi berani menegur raja yang dibenci Tuhan, tapi Natan memunyai tugas tegur raja yang disayangi Tuhan, itu lebih sulit. Saudara disuruh khotbah kepada orang yang dibenci Tuhan lebih gampang dari pada ke orang yang dikasihi Tuhan. Di dalam commentary Calvin terhadap Mazmur 51, Calvin mengatakan Tuhan begitu sayang Daud sehingga dia harus marahi Daud habis-habisan. Tuhan sangat mengasihi Daud, sehingga Dia harus hukum dia dengan hukuman sangat berat. Tuhan begitu sayang Daud, sehingga Taurat mengkonfront dia. Mengapa Tuhan mencintai Israel? Karena Tuhan sayang mereka, Tuhan yang mengasihi membuat Israel layak dikasihi. Tuhan tidak punya alasan mengapa mengasihi, kasih Tuhan lebih dulu baru ada alasan. Mengapa Tuhan mengasihi kita? Karena Dia mau mengasihi, dan alasannya muncul belakangan. Itu sebabnya Martin Luther mengatakan cinta Tuhan adalah cinta yang menciptakan hal baik yang ada di dalam orang yang Dia cintai. Waktu pertama Tuhan mencintai Saudara, Saudara jeleknya bukan main, baik batin maupun perkataan, tingkah laku, kerohanian. Namun seiring berjalannya relasi Saudara dengan Tuhan, Saudara semakin baik. Saudara semakin baik karena Tuhan menciptakan hal yang baik di dalam diri Saudara. Jadi Tuhan tidak mencintai orang baik, Tuhan mencintai orang karena cinta Tuhan entah orang itu jelek atau sangat jelek, tetapi setelah itu Tuhan menciptakan yang baik di dalam diri orang itu. Ini yang kita tahu di dalam tradisi Reformed menurut ajaran Alkitab.

Daud dikonfront karena Tuhan mencintai dia dan Paulus menyatakan hal yang sama, Taurat diberikan supaya tersumbat semua mulut orang dan semua akan mengatakan “Tuhan, jika Engkau menghakimi saya, memang layak saya dihakimi”. Tapi tentu akan sulit bagi orang yang sudah menjalankan Taurat untuk mengaminkan ini. Coba bicara sama orang Farisi “Tuhan, akan menghakimi kamu”, “mengapa? Saya berpuasa seminggu dua kali, saya memberikan perpuluhan untuk benda-benda yang tidak diharuskan untuk perpuluhan”, ini hebatnya orang Farisi, perpuluhannya lebih dari pada banyak orang. Dan mungkin ini harus membuat kita merasa malu, orang Farisi setia dengan perpuluhan, tapi orang Kristen banyak tidak peduli perpuluhan. Kalau Saudara tidak menganggap perpuluhan penting, sebenarnya jangan mengaku Kristen. Saya mengatakan ini bukan karena gereja perlu uang, tapi karena ini perintah Tuhan. Orang Kristen yang tidak mementingkan perpuluhan, jangan menyebut diri Kristen, karena uangpun kamu cintai lebih dari Tuhan. Kehidupanmu yang ditopang Tuhan tidak engkau abaikan, tapi uang yang Tuhan berikan kepadamu itu lebih penting bagimu. Satu cara untuk membuktikan bahwa kita bukan hamba uang adalah perpuluhan. Itu sebabnya sebenarnya perpuluhan adalah syarat yang ketat sekali untuk orang aktif di gereja, apalagi menjadi pengurus. Pengurus kalau tidak memberikan perpuluhan, mesti berhenti menjadi pengurus. Karena ini tanda bahwa Saudara tidak lebih cinta uang dari pada cinta Tuhan. Kita tidak bisa mengatakan “saya cinta Tuhan lebih dari apa pun”, omong kosong, apakah kamu memberi perpuluhan atau tidak? Begitu terbukti kamu tidak memberikan perpuluhan, itu bukti engkau lebih cinta uangmu dari pada cinta Tuhan. Itu sebabnya ketika orang mengatakan “saya sudah jalankan, saya sudah berikan perpuluhan”, kita akan merasa malu. Tapi orang itu akan mengatakan “hebat ya saya, saya sudah memberikan perpuluhan”. Saudara tidak memberikan perpuluhan, Saudara berdosa besar. Saudara memberikan perpuluhan dan sombong, dosa juga. Maka orang Farisi rajin memberi perpuluhan dan mereka mengatakan “saya lebih hebat dari yang lain”. Akhirnya dia tidak melihat Taurat sebagai yang membuat dia sadar bahwa dia layak dihakimi. Dia melihat Taurat sebagai konfirmasi kebaikan dia. Mengapa dia bisa melihat Taurat sebagai konfirmasi kebaikan? Karena dia tidak melihat cerita dibalik Taurat. Itu sebabnya Paulus mengingatkan ketika Tuhan mengatakan “jangan membunuh”, itu berarti ada peringatan. Jadi kamu ada potensi membunuh, hati-hati. “Jangan mencuri”, ada peringatan kamu punya potensi sangat serakah sehingga kamu akan curi uang orang lain. “Jangan berzinah”, hati-hati kamu ada potensi besar untuk kamu tidak setia pada pasanganmu. “Jangan melakukan saksi dusta”, ada potensi besar untuk kamu menghancurkan orang lain dengan bersumpah palsu bahwa orang itu jahat. Jadi Taurat diberikan untuk bongkar diri kita. Orang Yahudi tidak melihat konteks di baliknya, itulah kesalahan fatal dalam menafsirkan Alkitab, tidak lihat konteks hanya melihat kata-kata lalu tafsirkan berdasarkan konteks sendiri. Demikian juga dengan Saudara, Taurat menegur keadaan kita yang bobrok. Pertanyaannya adalah apa kita sadar mana yang sedang ditegur oleh Tuhan? Yang lebih celaka lagi kalau kita pakai Taurat untuk serang orang lain. Kita menghafal seluruh Taurat karena kita perlu senjata untuk menyerang orang lain. Begitu ada pelacur lewat “jangan berzinah”. Begitu ada politikus lewat “jangan korupsi”. Begitu ada orang lewat, kita pakai ayat untuk menegur orang. Tapi kita tidak memakai ayat itu untuk menegur diri sendiri. Kita tidak tahu berapa cinta Tuhan karena Tuhan tidak terdengar menegur kita oleh sebab kita mengabaikan teguranNya. Tapi Paulus mengingatkan bahwa semua yang diberikan di dalam Taurat supaya menyadari bahwa semua layak dihakimi oleh Tuhan. Jadi kita perlu ada momen dimana kita bisa datang di hadapan Tuhan dan mengatakan kepada Dia, “Tuhan, saya sangat layak dihakimi. Kalau Tuhan ingin menghakimi saya, itu layak terjadi. Saya memang orang jahat yang harusnya dihakimi”.

« 3 of 6 »