Lalu Paulus melanjutkan dengan kata-kata di ayat 23-24 yang sangat penting kita pahami di dalam konteksnya. Di dalam ayat 23 dikatakan “engkau bermegah atas Hukum Taurat, mengapa engkau sendiri melanggar Allah, menghina Allah dengan melanggar Hukum Taurat itu? Seperti ada tertulis oleh sebab kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain”. Baik ayat 23 dan 24 ada konteks Perjanjian Lama. Saya pernah mengatakan kepada Saudara bahwa Roma sebenarnya adalah serangkaian penjelasan Paulus atas tema-tema Perjanjian Lama. Jadi kalau kita sudah temukan tema Perjanjian Lama mana yang Paulus mau ekspose untuk memberikan kesan kepada orang Roma? Kalau kita sudah ketemu lalu kita coba kaitkan, kita akan mendapatkan pesannya Paulus. Tapi kalau tidak, kita akan tetap dapat sesuatu tapi tidak sedalam yang Paulus ingin kita dapatkan. Maka saya terus ingatkan kepada Saudara untuk menyelidiki Alkitab dengan cara penafsiran yang benar. Dan salah satu cara penafsiran yang sangat penting untuk kita pahami adalah bahwa Alkitab sering mengutip bagian lain tanpa ada kutipan yang eksplisit. Ini kutipan yang oleh Richard Hays seorang teolog dari Amerika, dari Duke Divinity School, dia mengatakan bahwa Alkitab tidak menggunakan metode kutip seperti kita kutip seseorang di dalam skripsi atau tesis. Alkitab menggunakan metode kutip berupa echo atau gema. Gema tidak sama, tidak akurat, tapi mengingatkan Saudara akan sesuatu. Maka ketika Saudara baca satu bagian, kalau Saudara membaca dengan teliti Perjanjian Lama, dan ingat Saudara akan tahu ternyata ini sedang berbicara bagian di Mazmur atau di Yesaya. Jadi ada ingatan yang membuat kita semakin mengerti kesatuan dari Kitab Suci. Di dalam ayat 23 dan 24 ada perkataan “engkau bermegah atas Hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar Hukum Taurat itu? Seperti ada tertulis oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain”. Ayat-ayat yang menjadi gema dari bagian ini sebenarnya ada dalam Kitab Yesaya 52 (ada footnote-nya di LAI). Tapi kalau Saudara membaca kutipan seperti ini, jangan ambil hanya kutipannya tapi Saudara harus tahu seluruh konteksnya. Imajinasikan Paulus sedang menulis surat kepada Jemaat Roma dan dia tidak mungkin memunyai seluruh Kitab Suci dalam genggamannya, karena waktu itu satu gulungan untuk kitab yang tipis saja lumayan tebal, jadi tidak mungkin orang membawa seluruh Perjanjian Lama. Dia hanya bisa membawa satu atau dua gulungan kitab. Maka kalau orang beribadah di sinagoge harus diberitahu dulu mau baca apa di sinagoge, baru ada orang, ini pun tidak semua, hanya orang-orang yang terpelajar atau ahli agama yang memunyai Kitab Suci. Yang lain tidak punya Kitab Suci. Mereka hanya bisa dengar Kitab Suci dibacakan di rumah ibadat dan mereka tidak bisa ada saat teduh seperti Saudara dan saya. Mereka tidak bisa buka Alkitab kapan pun mereka mau, mereka hanya bisa tunggu dan datang kebatian, mendengarkan Kitab Suci dibacakan, dan mereka mati-matian hafal, sebelum pulang harus hafal supaya nanti di rumah bisa mengingat lagi dari memori apa yang sudah dibacakan di rumah ibadah. Dan waktu dia mengingat mungkin dia tidak ingat dengan akurat setiap kata, namun dia akan mengingat sesuai dengan yang ingatannya bisa berikan untuk bisa dituliskan di sini. Kalau Saudara mengatakan “pak, kalau ingatannya terbatas berarti Kitab Suci terbata?”, “tidak, karena yang membuat Kitab Suci tidak terbatas adalah ikut sertanya Roh Kudus dalam penulisan Kitab Suci. Roh Kudus yang mewahyukan, menafaskan setiap kata yang tertulis di dalam Kitab Suci”. Maka kita bisa memercayai bahwa penulis Kitab Suci itu Tuhan, namun Tuhan memakai manusia dengan segala keterbatasannya untuk menjadi alat menuliskan Kitab Suci.

« 2 of 6 »