Di dalam ayat 23 ada kesimpulan yang sangat indah tentang apa yang terjadi di dalam kehidupan yang lama dan apa yang terjadi di dalam Tuhan. Yang lama upahnya adalah maut, upah dosa adalah maut, tapi di dalam karunia Allah ada hidup yang kekal di dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Tentu ayat 23 adalah kesimpulan yang harus dipahami dari seluruh pembahasan sebelumnya. Ini bukan ayat emas yang kita bisa hafal tanpa tahu konteks. Perbedaan dari orang-orang Kristen, tentunya tidak semua, tapi perbedaan dari Kekristenan dari sebagian gereja dengan tradisi Yahudi adalah kebiasaan untuk menghafal ayat. Orang Yahudi biasa menghafal sebuah kitab atau menghafal seluruh bagian, jadi tidak ada ayat per ayat yang dihafal, tapi seluruh bagian. Kita akan memiskinkan diri kita sendiri jika kita memenuhi pikiran kita dengan ayat-ayat hafalan. Maka kalau mau melatih diri untuk menghafal Kitab Suci adalah baik jika kita mulai menghafal perikop. Misalnya Saudara menghafal Roma 6 seluruhnya, bukan hanya Roma 6: 23. Tentu ini bukan hal yang mudah tapi jauh lebih baik dari pada kita hanya menghafal satu atau dua ayat saja. Demikian juga ayat 23 adalah ayat yang sangat penting, “upah dosa adalah maut, tetapi karunia Allah adalah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus Tuhan kita”. Yang disayangkan adalah kalau kita salah memahami apa itu upah dosa ialah maut, dan kita salah memahami apa itu hidup yang kekal. Sehingga kita menafsirkan bahwa ayat ini sedang berbicara bahwa kalau kamu percaya Tuhan, nanti kalau kamu mati, kamu akan masuk sorga, ini anugerah besar tapi jadi problem kalau kita memahami ayat 23 dengan cara sedemikian. Karena kalau kita baca seluruh ayat dari pasal 6, ternyata arah dari penjelasan pasal 6 tidak menuju kesana. Arah penjelasan pasal 6 melanjutkan argumen dari pasal 5 adalah mengenai bangkit di dalam Kristus, kehidupan yang baru. Kehidupan yang tidak sama dengan kehidupan yang dulu. Yang dulu adalah hidup di dalam perhambaan dosa, yang sekarang adalah kehidupan dalam kerelaan untuk menjadi hamba, dan itu artinya engkau bebas. Bebas untuk memperhamba diri, dengan kerelaan, karena gerakan dan dorongan kasih. Kalau ini yang sedang dibagikan dalam pasal 6, tentu aneh kalau kita menafsirkan ayat 23 sebagai sesuatu yang lepas dari seluruh pergumulan tentang kehidupan diperbudak dosa dan kehidupan menjadi hamba Tuhan karena Tuhan lebih dulu melayani kita. Jadi kita akan kehilangan banyak berita yang indah dari Kitab Suci kalau kita tidak memberikan perhatian kepada ajaran, tapi memberikan fokus kepada ayat yang akhirnya kita masukan konten yang salah dari pikiran kita sendiri. Saudara bisa membaca ayat 23 dan memasukan segala macam ide agama. Dan ide agama yang biasa kita masukan adalah kalau kamu tidak percaya Tuhan Yesus, kalau kamu mati kamu akan masuk neraka, kalau kamu terus mau percaya Tuhan Yesus, nanti kalau kamu mati akan masuk surga. Saya tidak bilang itu hal yang salah, tapi pasal 6 tidak sedang membicarakan hal itu. Ini sama dengan kalau Saudara mendengar seseorang bicara, Saudara hanya mengambil kalimat terakhir, lalu Saudara masukan segala macam pengertian yang tidak nyambung dengan argumen yang dia coba berikan. Diskusi ini meskipun benar dan memang teori yang ada di dalam sejarah, tapi tidak nyambung dengan apa yang coba disampaikan. Demikian juga ayat 23, bukan ayat yang pisah dari pasal 6. Maka kita tidak bisa menghafal ayat ini lalu mengkategorikannya dan memasukan segala pergumulan yang kita pikir penting tapi tidak nyambung dengan pasal 6. Maka sekali lagi, Saudara percaya Tuhan Yesus, Saudara mengalami hidup yang kekal dalam arti kalau Saudara meninggalkan dunia ini, Saudara akan bersama Tuhan, itu benar. Tapi ada hal lain yang dibahas di dalam Roma 6 yaitu mengenai hidup bebas dari perhambaan dan hidup rela menjadi hamba.

1 of 6 »