(Markus 11: 12-14, 20-26)
Pada bagian ini kita mesti hati-hati melihat apa yang orang Yahudi pahami, bagaimana orang Yahudi melihat ini, adakah ayat dari Perjanjian Lama menolong kita untuk memahami bagian ini? Karena kalau kita ambil pengertian lepas dari Kitab Suci, kita akan mendapat pengertian yang jauh dari maksud Tuhan. Ayat 13 dikatakan “dari jauh Yesus melihat pohon ara yang sudah berdaun, Dia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon ara itu. Tapi waktu Ia tiba di situ Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara”. Saudara melihat tindakan aneh dari Tuhan Yesus? Belum musim buah ara, untuk apa cari buah? Terjemahan yang lebih akurat mengatakan sebab ini adalah musim sulung buah ara. Ini bukan musim buah ara, ini adalah musim sulung buah ara, berarti akan ada satu dua pohon yang akan berbuah lebih dulu dari pohon lain. Sebelum banyak pohon ara lain yang berbuah, akan ada pohon yang keluarkan buah sulung. Ini yang biasanya akan dipersembahkan kepada Tuhan, kalau Saudara punya pertanian atau kebun. Akan ada pohon-pohon yang akan mengeluarkan buah sulung. Yesus menantikan buah sulung, ini musim buah sulung, bukan musim buah. Ini terjemahan yang mungkin akan diperbaiki oleh LAI dalam satu atau dua tahun lagi. Yesus menantikan dapat buah sulung, tapi pohon yang Dia lihat tidak memberikan buah apa pun. Maka kataNya kepada pohon itu “jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya”, dan muridNya pun mendengarnya. Sadis, lapar, tidak dapat makanan langsung memberikan kutuk. Apakah itu yang dimaksud? Ternyata tidak, yang Yesus kerjakan di dalam berita akhir zaman selalu mempunyai pemunculan kisah dari Perjanjian Lama. Ada re-enactment, ada menghidupkan kembali adegan dalam Perjanjian Lama. Jadi ada sesuatu terjadi di Perjanjian Lama yang dimunculkan kembali, itu akan memberikan hint akhir zaman sudah tiba, penghakiman Tuhan sudah dekat, Tuhan sudah mau datang kembali. Banyak hal dari Perjanjian Lama diulang kembali. Maka di dalam bagian ini Yesus sedang menyatakan pengulangan dari peristiwa pohon ara di dalam beberapa kitab di Perjanjian Lama. Yang pertama Saudara bisa lihat di Yeremia 8: 13, ini merupakan ayat yang penting, di ayat itu Tuhan marah, Dia mengatakan “Aku berharap engkau hai Israel menjadi buah sulungKu. Aku harap engkau menjadi pohon ara yang menghasilkan buah sulung. Tapi yang Aku dapati hanya pohon hanya batang dan daun saja. Aku tidak melihat buah di tengah-tengah kamu hai Israel. Engkau adalah pohon araKu tapi engkau tidak memberikan buah sama sekali. Jangankan buah sulung, engkau tidak memberikan hasil sama sekali”, inilah pernyataan Tuhan di dalam Yeremia 8. Di dalam Yeremia 8, Tuhan memberikan teguran kepada Israel “kamu pohon araKu, mana buah araKu?”. Tuhan adalah Tuhan yang memberikan kepada manusia peran di dalam ciptaan. Dan peran itu mulia sekali, manusia adalah gambar Allah. Lalu Tuhan memanggil Israel untuk memberikan peran kepada mereka, dan peran itu mulia sekali karena peran itu adalah sebagai umat Tuhan. Setiap peran yang agung ini akan Tuhan tuntut dengan besar juga. Itu yang Tuhan katakan kepada Israel, “engkau adalah umatKu maka engkau harus berfungsi sebagai umat. Aku memberikan kasihKu kepadamu, Aku memberikan tanah yang subur, Aku memberikan segalanya untuk engkau supaya engkau berfungsi sebagai umat”. Keselamatan diberikan supaya Israel berfungsi, keselamatan diberikan kepada kita supaya kita berfungsi sebagai umat Tuhan. Maka ketika Tuhan tidak melihat buah dari Israel, Tuhan marah dan Tuhan hukum mereka. Tapi jangan berpikir Tuhan itu adalah Allah yang sedikit marah langsung hukum, sedikit emosi langsung murka, sedikit terprovoke langsung menurunkan api dari langit, tidak. Karena Tuhan menyatakan ini dalam Kitab Yeremia, kitab yang ditulis di abad ke-6 sebelum Masehi. Tuhan sudah panggil Israel dari abad ke-13 sebelum Masehi. Dari tahun 1200-an sebelum Masehi, Israel sudah dibentuk menjadi umat dan sampai tahun 500 atau 600-an sebelum Masehi, Tuhan tidak melihat Israel setia. Berarti Tuhan sudah bersabar beratus-ratus tahun dan ketika Dia menanti ratusan tahun tetap tidak ada buah, maka ada saat dimana Tuhan memberikan penghakiman dan mengatakan “sekarang engkau kering dan engkau akan dibuang”, itulah momen ketika Tuhan menyatakan pembuangan ke Babel. Lalu pada bagian lain misalnya Yeremia 24, di situ Tuhan sekali lagi menyatakan “Israel, engkau adalah pohon araKu. Banyak buahmu yang busuk dan sedikit yang baik. Aku akan ambil yang baik dan akan pisahkan yang busuk. Yang baik akan Aku terima, yang busuk Aku buang”. Jadi Tuhan menyatakan di tengah Israel masih ada buah sedikit. Tetapi kebanyakan orang-orang yang di tengah Israel adalah orang-orang yang busuk, pemimpin yang busuk, orang yang tidak setia, orang yang menyembah berhala, orang yang kejam, orang yang kasar, orang yang mencuri dari orang lain, orang yang menindas orang lain. Maka Tuhan mengatakan “busuknya buah Israel membuat Aku mau membuang Israel ke pembuangan di Babel”. Saudara coba search di Alkitab elektronik, kata-kata yang lumayan penting secara teologis, dan buah ara adalah kata yang mempunyai makna simbolik yang sangat penting.

Di dalam Hosea 9: 10, Tuhan mengatakan Israel adalah buah ara yang sulung. Tuhan sangat berharap kepada Israel. Dia melihat bangsa lain kering dan Dia murka kepada mereka. Tapi kemurkaan Tuhan kepada bangsa lain tertutup oleh kesenanganNya kepada Israel. Ini bagian yang penting dari Kitab Hosea, dari semua bangsa-bangsa yang mendukakan hati Tuhan, ada satu yang Tuhan harap memberikan kesenangan kepada Dia. Karena seluruh bumi tidak ditangani dengan benar, Tuhan mau manusia memenuhi bumi dengan keadilan, kebenaran, kesucian dan damai. Tapi manusia hidup dengan cara yang rusak, maka Tuhan sedih hatiNya melihat bumiNya hancur. Kita jangan masuk dalam pemikiran Platonis dari Yunani, bumi biarkan saja hancur yang penting sorga. Bumi hancur karena dosa dan bumi akan diperbaiki karena ada penebusan. Saudara tidak boleh menganggap hidup di bumi itu tidak penting. Hidup di bumi adalah hidup yang Tuhan tuntut. Pak Stephen Tong pernah mengatakan hidup di bumi itu penting, karnea hidupmu di bumi ini akan menentukan nasib kekalmu. Hidup di bumi itu sangat penting, itu sebabnya di dalam retreat Sekolah Minggu ditekankan bahwa panggilan itu penting, anak-anak harus mengenal panggilan dari sejak mereka kecil, sehingga mereka tahu mereka adalah ciptaan Tuhan untuk mengerjakan sesuatu di bumi ini. Kerja sesuatu sesuai panggilan Tuhan. Ketika bangsa-bangsa sudah gagal mengerjakan panggilan mereka, Tuhan masih terhibur ada Israel. Di dalam pengharapan Tuhan dapat penghiburan waktu melihat Israel, justru Tuhan melihat kebobrokan yang lebih parah dari bangsa lain. Tuhan bisa bayangkan berapa hancurnya hati Tuhan. Ini akan Saudara dapat kalau banyak baca dari Yeremia, Yehezkiel, Yesaya, di situ Saudara akan melihat sakit hati Tuhan yang besar. Dan orang tidak akan sakit hati kepada orang yang tidak diharapkan. Tuhan melihat bangsa-bangsa sudah menyeleweng dan Tuhan berpaling kepada Israel, permataNya Tuhan, biji mataNya Tuhan. Tuhan melihat seluruh bangsa berpaling menyembah berhala, dan Tuhan melihat Israel dan Dia berharap akan ada umat yang sujud kepada Dia. Tapi sia-sia Dia menantikan itu. Maka ketika Dia melihat Israel, Dia mengatakan “engkau seharusnya menjadi pohon ara, engkau seharusnya menghasilkan buah sulung, engkau seharusnya menyatakan apa yang aku harap ada padamu. Tapi engkau tidak bisa lakukan itu”. Israel memberontak, Israel jatuh, Israel menyeleweng, Israel mengabaikan Tuhan, Israel menghancurkan hati Tuhan. Kita bisa menghancurkan hati Tuhan, kita bisa merobek hati Tuhan. Tidak seperti orang lain yang Dia tidak pilih dan tidak pedulikan. Setiap orang yang dipanggil menjadi umat bisa menghancurkan hati Tuhan, dan Tuhan bisa marah kepada orang-orang ini. Maka di dalam Kitab Hosea ada banyak gambaran tentang pernikahan, kesetiaan dan pelacuran, ini untuk menunjukan tindakan Israel yang sembarangan mirip dengan tindakan perempuan yang melacurkan diri, menyakitkan hati suaminya. Israel sebagai buah ara, buah sulung sangat jelas di dalam kitab Hosea. Lalu di bagian lain ada Kitab Zakharia 3: 10, ini adalah kitab yang sedikit memberi penghiburan karena Tuhan mengatakan “Aku akan undang engkau, Israel, berada di bawah pohon ara dan makan jamuan bersama-sama”. Di bawah pohon anggur dan di bawah pohon ara akan menikmati jamuan bersama-sama. Ini sangat mirip dengan kisah Zakheus, dia adalah seorang yang memanjat pohon sikamor, mirip dengan pohon ara. Tuhan mengatakan “Zakheus turunlah”, dia menjadi buah sulung, “Aku mau adakan perjamuan di rumahmu”, itu kutipan dari Zakharia 3: 10. Jadi banyak sekali kehidupan Kristus yang merupakan re-enactment, menghidupkan kembali kisah-kisah di dalam Perjanjian Lama. Maka waktu Yesus melihat pohon ara, ini dicatat sebagai peristiwa penting, ini bukan hanya peristiwa Yesus lapar dan tidak mendapat makan. Itu peristiwa kurang penting, Yesus pernah tidak makan selama 40 hari, apa susahnya Dia tunggu 1 hari lagi. Berarti Tuhan sedang menyatakan pesan yang penting sekali. Pesan ini begitu penting sehingga saya sangat berharap Saudara bisa dapat apa yang saya sampaikan ini di dalam keutuhan pesan yang kuat. Seringkali orang mengeluh “saya kalau dengar khotbah sulit mengerti, khotbahnya panjang dan harus diikuti, kalau loss 1 maka loss semua”, saya berharap Saudara benar-benar memberikan konsentrasi untuk mendengarkan rangkaian argumen yang saya berikan. Buah ara adalah Israel, buah ara adalah tanda yang akan menjadi pemulihan Israel, Zakharia 3: 10. Jadi Tuhan memakai simbol buah ara untuk menyatakan pembuangan dan pemulihan. Tuhan Yesus menyatakan kepada pohon ara ini “engkau tidak akan memberi buah, orang tidak akan makan buah dari engkau lagi selama-lamanya”. Itu merupakan pernyataan yang mengaitkan orang kepada Yeremia 8, 24, Hosea 9 dan Zakharia 3, semua berkait. Dan itulah sebabnya peristiwa ini dicatat. Ini sekali lagi bukan mengenai Yesus kurang makan dan ada pohon kurang ajar yang tidak mau memberikan buah. Ini mengenai simbol pembuangan dan pemulihan bagi Israel.

Di bagian selanjutnya dikatakan oleh Tuhan Yesus “jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya”, dan murid-muridNya pun mendengarnya. Kisah di dalam Matius lebih singkat, Markus memanjangkan cerita ini dengan menyelipkan peristiwa Yesus menyucikan Bait Allah. Kita tidak detail membahas ini, tapi peristiwa ini berkait dengan pohon ara yang kering. Orang yang membaca Lukas langsung tahu Tuhan sedang tarik pengertian pohon ara yang kering ini dengan para tokoh Bait Suci. Siapa pohon ara itu? Israel. Siapa mewakili Israel? para pemimpin Bait Suci. Para pemimpin Bait Suci inilah pohon ara yang kering itu. Maka Yesus masuk ke Yerusalem dan Dia melihat orang-orang berjualan di halaman Bait Suci. Halaman Bait Suci adalah milik orang-orang yang dari bangsa-bangsa lain mau menjadi Israel, mau jadi umat Tuhan. Mereka mau disunat, mau mengikuti upacara-upacara dan tata cara agama Israel. Lalu mereka datang ibadah di tempat yang dikhususkan untuk mereka. Tapi pada waktu itu pemimpin-pemimpin Bait Suci mau kerja sama dengan orang untuk memberikan tempat mereka berjualan, dan tempat itu adalah tempat orang kafir yang mau bertobat. Dengan cara ini pemimpin Bait Suci meremehkan bangsa lain yang mau datang. Mereka mengatakan “bangsa lain itu kafir, biarkan neraka untuk mereka. Mereka tidak perlu bertobat, biar Tuhan dan Israel saja yang menjadi komunitas persekutuan yang indah. Biarkan bangsa lain binasa dalam nerakaNya Tuhan”. ini membuat Tuhan Yesus marah, Tuhan Yesus segera menyatakan “ada tertulis rumahKu akan disebut rumah doa bagi segala bangsa. Namun engkau telah menjadikannya sarang penyamun”. Pdt. Eko pernah mempunyai penafsiran yang unik tentang sarang penyamun, dia selidiki istilah itu dalam survei dan studi yang dilakukannya, sarang penyamun adalah tempat dimana orang bisa mengeluarkan segala kekasaran dan segala sifatnya di komunitas itu. Sarang penyamun itu tidak seperti yang kita pikir yaitu kumpulan orang-orang jahat. Yang dimaksudkan adalah ada tempat dimana orang bisa mengekspresikan dirinya sebebas mungkin dan tidak dianggap menjijikan. Sarang penyamun bagi orang Yahudi adalah tempat dimana mereka berkoar-koar menyatakan kemenangan orang Yahudi, padahal itu tidak real, tempat itu adalah Bait Suci. Mereka datang ke Bait Suci dan menyerukan “hidup bagi Israel, Tuhan Allah kita. Tuhan pimpin kita, semua bangsa rebah, semua pemimpin-pemimpin lain hancur. Allah melantik rajanya di gunung yang kudus. Seluruh raja hancur”, begitu keluar Bait Suci, mereka memberi hormat lagi kepada orang Romawi. Maka Tuhan sangat marah kepada mereka, dan imam-imam kepala langsung marah dan berniat untuk mematikan Yesus. Yesus mau dimatikan hanya karena 2 hal, pertama karena Sabat, kedua karena Bait Suci. Semua hal lain offensive tapi tidak seperti 2 hal ini. Alkitab dengan jelas menyatakan alasan Yesus dimatikan. Pertama karena konsep Sabat, yang kedua karena Bait Suci, ini dua hal yang secara time sangat khusus bagi Israel, dan secara space sangat khusus bagi Israel. Yesus melampauai time dan space di dalam pengertian Israel, maka Dia berhak menentukan kapan Sabat, Dia berhak menentukan di mana Bait Allah. Tapi orang Yahudi tidak mau ini diubah. “Kapan Sabat, kami tidak tahu dan Engkau jangan memberi tahu. Tempat Allah dimana, kami tahu, tempat inilah Bait Allah, jangan ubah tempat ini”. Tapi Yesus adalah Raja yang berhak mengubah kapan Sabat dan Dia adalah Raja yang berhak mengubah dimana Bait Suci. Karena offense-Nya Yesus terhadap Sabat dan Bait Suci, mereka mengatakan “kami mau membunuh Engkau”. Tapi setelah itu kisah berlanjut mengenai pohon ara yang kering. Markus menekankan Israel sudah rusak, pemimpin-pemimpinnya bobrok dan selanjutnya di ayat 20 “pagi-pagi setelah Yesus dan murid-muridNya lewat”, kalau sebelumnya dari luar Yerusalem lewat pohon ara ke Yerusalem, sekarang dari Yerusalem mau keluar dan ketemu dengan pohon ara yang sama maka mereka melihat pohon ara itu sudah kering sampapi akar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa yang sudah terjadi lalu dia berkata kepada Yesus “Rabi lihatlah pohon ara yang Engkau kutuk itu sudah kering”. Petrus dan murid-murid yang lain mengerti hal ini, mereka mengerti pohon ara, mereka tidak akan sama seperti kita yang kebingungan melihat ini. Murid-murid mengerti dengan benar, “Tuhan, mengapa begini, apakah kita akan dibuang lagi seperti yang dinyatakan dalam Kitab Yeremia? Apakah Tuhan sudah marah kepada kami, sudah sedemikian putus asakah kami, sudah sedemikian hancurkah kami, sudah sedemikian marahkah Engkau? Apakah tidak ada harapan bagi kami?”, ini yang murid-murid khawatirkan. Yesus menjawab “percayalah kepada Allah”, di sini kita bingung kaitannya apa. Penghakiman, Israel dibuang, pohon ara menjadi kering, tiba-tiba keyakinan doa yang sangat bersifat pentakosta karismatik. “Percayalah kepada Allah”, ini ayat yang kita suka sebagai orang Kristen. “Aku berkata kepadamu sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut, asal tidak bimbang hatinya tapi percaya bahwa apa yang dikatakannya akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya”. Mengapa kalimat itu dikaitkan dengan doa, mengapa Yesus mengatakan “kalau kamu berdoa, kamu harus percaya”, percaya itu berarti tidak bimbang, jangan bimbang hatimu. Tapi coba selidiki baik-baik perkataan doa, percaya dan bimbang. Di dalam seluruh Kitab Suci di Perjanjian Baru, mulai dari Matius, Yakobus kemudian bagian lain, kalau ada kaitan doa percaya, doakan dengan sungguh-sungguh selalu akan berkait dengan penghakiman. Yakobus mengatakan “lihat Elia orang biasa, dia berdoa dan penghakiman Tuhan datang, dia berdoa dan penghakiman Tuhan berhenti”, dia orang biasa tapi berdoa penghakiman dan terjadi. Jadi doa yang berkait dengan penghakiman itu yang senantiasa dikaitkan dengan percaya dan dengan yakin dan dengan orang benar. Jadi ini bukan sembarang doa. Saudara berdoa, meskipun tidak belajar tapi Saudara yakin dan percaya akan lulus ujian, “Tuhan, aku percaya padaMu, meskipun aku tidak belajar, aku akan mendapat A”, Tuhan tidak akan mendengar doa seperti ini. Kalau baca Alkitab mesti teliti, jangan kalau ada ayat yang begitu menarik langsung dijadikan ayat emas yang kita tidak tahu ambil dari mana. Itu seperti mengambil bagian dari sebuah mobil, mesinnya Saudara lepas, dan Saudara tidak tahu dari mana. Ketika diminta untuk memasukannya lagi, Saudara tidak tahu dari mana, maka tamatlah mobil Saudara. Kita sering mengambil ayat emas, tapi kita lupa ambil dari mana, ayat itu akan berhenti jadi emas. Berhenti jadi emas karena dia harus bersatu dengan bagian yang lain. Maka coba selidiki baik-baik, ketika Tuhan mengatakan doa orang benar, pembenaran (ini bukan pembenaran versi Martin Luther, dia bicara pembenaran di dalam kasus yang lain) ini doa orang benar yang akan mendatangkan penghakiman. Yakobus mengatakan doa orang benar besar kuasanya. Dan Yakobus mengatakan ini di dalam konteks mendoakan orang yang sakit, olesi dia dengan minyak, minyak tanda pertobatan. Mengapa orang sakit disuruh bertobat? Ini orang sakit karena dihukum Tuhan, penghakiman, ini bukan sembarang orang sakit. Yakobus sedang bicara konteks penghakiman. Maka Saudara tidak bisa pakai konteks Yakobus untuk orang-orang sakit di rumah sakit, kecuali Saudara tahu mereka sakit karena mereka jahat. Yakobus sedang mengatakan jika engkau berkunjung ke orang sakit, olesi dia dengan minyak, doakan dia. Kalau dia bertobat, akan disembuhkan. Kalau ada dosanya, dia akan diampuni. Jadi ini bukan perkunjungan biasa, ini adalah perkunjungan untuk menegur orang yang ada dalam kesusahan, tapi dia adalah orang berdosa. Kalau kita punya musuh, musuh Tuhan, lalu dia sakit, Saudara bisa kunjungi pakai metode Yakobus. Dan ini adalah doa yang menurut Yakobus punya dua kekuatan yang pertama. Saudara kalau orang benar, punya kekuatan untuk membuat penghakiman Tuhan tiba. Yang kedua, Saudara juga punya kekuatan untuk membuat pengampunan Tuhan juga tiba.

Ayat 23 “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya”. Gunung beranjak itu apa? Tadi kita melihat klip dari Palu dan sekitarnya, di dalam keadaan gempa karena pergeseran kulit bumi, akan sangat sering terjadi pergeseran hal yang tadinya tidak terpikir tergeser. Di dalam tradisi timur dekat kuno selalu akan ada gunung yang dipuja sebagai tempat dewa terkuat. “Ada gunung tempat dewa terkuat dan ini adalah gunung kami”, gunung itu selalu dijadikan tempat keramat. Ada gunung-gunung yang dianggap penting, dianggap istimewa, dianggap sebagai kekuatan inti dari dewa paling kuat di bangsa itu. Maka gunung ini tidak boleh bergerak. Tapi orang Israel mengatakan “Tuhanku adalah Tuhan yang akan menggerakan gunung sesukaNya”, itu maksudnya gempa. Bahkan bisa jadi Dia akan gerakan gunung sampai tercampak ke laut. Gunung dan laut itu kekuasaan dua dewa yang beda. Kalau gunung sampai pindah ke laut itu berarti dewa gunung ditelan dewa laut. Dan biasanya orang akan melihat dewa laut itu sebagai dewa yang jahat, dewa gunung itu sebagai yang baik. Kerajaan-kerajaan punya dewa jahatnya di laut. Dewa jahat di laut, dewa utama di gunung, kalau gunung tercampakan ke laut berarti kamu habis. Yang jahat yang menang dan yang baik itu yang hancur. Tapi dalam tradisi Israel, gunung bergerak karena Tuhan, Tuhan tidak punya gunung yang khusus. Tuhan punya gunung yang khusus di Sinai, setelah itu Dia pergi, Tuhan tidak enetap di satu gunung. Dia pindah-pindah ke gunung manapun karena Dia tidak harus diam di gunung. Allah Israel bukan Allah gunung, tapi Dia sendiri adalah gunung. Ini pengertian Israel yang beda dengan yang lain, “Engkaulah Gunung Batuku”, maksudnya tidak ada gunung di bumi yang kami pegang dan kami andalkan sebagai tempatnya Tuhan. Bangsa lain punya gunung keramat, Israel tidak punya. Ketika Israel mengatakan gunung keramat kami adalah Yerusalem karena di situ ada Bait Suci, Yeremia mengatakan Tuhan akan hancurkan Bait Suci, Tuhan tidak harus menetap di situ. Israel punya Allah yang beda dengan allah yang lain. Semua allah lain punya gunung sebagai markas, hanya Allah yang adalah gunung itu sendiri. Allah adalah Gunung Batuku, bukan Allah punya gunung batu. Lalu bagaimana dengan gunung-gunung di bumi? Semua gunung di bumi bisa bergerak, bisa bergoncang. Maka ada perkataan “meskipun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoncang, Tuhan tetap stabil”, karena Tuhan bukan di gunung. Kalau suatau saat Saudara melihat gempa menakutkan dan melihat gunung bisa berpindah, Saudara harus tahu Tuhan tidak di gunung itu, Tuhan yang menggerakan gunung. Ini pengertian yang luar biasa agung. Kalau kita tidak mengerti ini, kita akan bingung “gunung tercampak ke laut? Mengapa ada orang berdoa mencampakan gunung?”, karena kita tidak mengerti latar belakangnya. Di dalam bagian ini, gunung beranjak itu pertanda penghakiman. Saudara bisa melihat di Mazmur 46: 3-4; 29: 6; 97:5; 114:6, dan ini hanya bagian kecil dari banyak lagi pemberitaan tentang gunung yang Tuhan goncangkan. Bahkan ada ayat yang mengatakan Tuhan ubah gunung menjadi air, ini namanya gunung tercampak ke laut. Ini bicara tentang penghakiman. Yang Yesus katakan adalah jika engkau mau berdoa untuk penghakiman itu akan terjadi. Ini kuasa besar sekali. Dan ini mirip dengan yang Yesus katakan di Yohanes, ketika Dia bangkit, Dia berkata kepada para murid “barangsiapa orang kamu tetapkan dosanya ada”, dosanya ada, “barangsiapa orang kamu hapus dosanya”, dosanya dihapus, ini pekerjaan gereja yang sangat besar. Injil adalah berita yang membuat gereja punya kuasa demikian besar untuk menyelamatkan orang lewat pemberitaan dia. Juga punya kekuasaan besar untuk menghakimi orang yang tidak mau datang kepada Tuhan. Maka dalam bagian ini Yesus sedang berbicara tentang penghakiman, sama seperti yang Dia lakukan kepada pohon ara. Dia menghakimi pohon ara dan penghakimannya terjadi. Petrus mengatakan “bisa kering”, Yesus mengatakan “engkau pun akan melakukan hal yang sama. Engkau berdoa untuk penghakiman dan penghakiman itu akan terjadi”. Orang percaya punya kuasa demikian besar. Saudara bisa berdoa dan mengatakan “Tuhan, berapa lama lagi engkau akan biarkan orang fasik berkuasa? Hancurkan mereka”. Wahyu 6 berbicara tentang hal ini, tentang jiwa orang yang sudah dipenggal di bumi. Jiwanya pergi ke sorga dan ada di mezbah Tuhan di sorga, tempat yang sangat dekat dengan tahta Tuhan. Lalu di mezbah itu mereka berseru “berapa lama lagi ya Penguasa Maha Adil, Engkau tidak membalaskan darah kami?”, ini permohonan untuk keadilan. Petrus mengatakan “bagaimana bisa kering?”, Yesus mengatakan “kamu juga harus tahu bahwa kalau kamu percaya dan tidak bimbang, kamu dapat berdoa untuk penghakiman dan itu akan terjadi”.

Tapi apa maksudnya percaya dan tidak bimbang? Percaya itu tidak identik dengan yakin, percaya itu identik dengan kebenaran. Percaya dan tidak bimbang berarti Saudara tahu yang layak dihakimi benar-benar layak dihakimi dan Saudara doakan untuk itu. Bisakah kita doakan untuk orang layak dihukum? Bisa, tapi kita harus yakin dia benar-benar orang yang harus dihukum. Saudara lihat orang yang bersalah, Saudara langsung hantam mereka dengan penghakiman, maka mungkin Saudara belum tentu orang yang percaya dalam pengertian ini, belum tentu orang benar, belum tentu orang yang punya hikmat yang akurat. Hakim yang bijak akan menyatakan keadilan, hakim yang jahat itu akan menyatakan kekacauan. Hakim yang benar akan menghakimi dengan benar. Hakim yang jahat akan menghakimi dengan jahat. Hakim yang terima suap akan menghancurkan keadilan Tuhan. Maka orang benar berkait dengan hakim. Pengadilan yang adil, keputusan yang tepat, pernyataan yang tepat, siapa yang dibenci dan diusir adalah orang yang benar-benar mau dibenci dan diusir oleh Tuhan. Tapi orang yang mau ditarik kembali oleh Tuhan, akan diberikan kesempatan untuk pengampunan. Maka Tuhan Yesus mengingatkan kepada murid-murid, ini murid-murid secara komunal bukan individual, “kamu punya kemampuan untuk menjatuhkan penghakiman bagi orang”. Kalau gereja mengatakan “engkau adalah orang berdosa, tidak boleh ikut perjamuan, kamu dianggap bukan orang percaya”, gereja punya kekuatan untuk menyatakan orang ini belum berada di dalam Kristus. Tapi gereja tidak boleh melakukannya dengan sembarangan. Maka di dalam selanjutnya Yesus mengatakan “karena itu Aku berkata apa yang kamu minta dan doakan (dalam hal kebenaran tadi) percayalah bahwa kamu telah menerimanya maka hal itu akan diberikan kepadamu”. Tapi ayat 25 mengingatkan “tapi kamu harus ampuni orang, kamu harus minta pengampunan, kamu harus punya belas kasihan, dan kemampuan toleransi kepada dosa orang”. Ini indah sekali, “jika kamu berdiri untuk berdoa penghakiman, ampuni dulu sekelilingmu”, jangan sampai Saudara berdoa karena amarah diri bukan karena kesucian Tuhan, tapi karena emosi dan dendam di dalam diri. Orang yang benar adalah orang yang toleransi untuk dirinya dilanggar itu besar sekali. Orang benar punya kuasa doa yang besar, tapi orang benar punya toleransi untuk dirinya dilanggar yang besar. Yesus punya toleransi untuk diriNya dilanggar itu besar sekali. Ada orang yang meludahi Dia, apakah Dia langsung mengatakan “Tuhan, kiranya lemparkan speedfire dari sorga, biar dia hangus”, tidak, Dia diam. Waktu orang menghina Dia di atas kayu salib, mereka mengatakan “turun, baru kami akan percaya”, Dia tidak iseng-iseng turun. Dia punya toleransi untuk diriNya dilanggar itu sangat besar, maka Dia adalah orang yang benar. Dan Dia yang akan menghakimi pada akhirnya nanti. Dia yang menentukan siapa binasa sampai selamanya dan siapa yang bisa diselamatkan. Yesus mengingatkan kepada orang Israel, kalau Tuhan sudah menyatakan “cukup, Aku tidak menemukan buah bagi kamu”, Tuhan berhak untuk menghentikan berkatNya, Tuhan berhak untuk membuat kita menjadi kering, Tuhan berhak untuk memindahkan pekerjaanNya atau mengakhiri sama sekali pekerjaanNya lewat siapa pun itu yang terus tidak menghasilkan buah. Tuhan memanggil Israel “berkali-kali Aku mengulurkan tanganKu kepada bangsa yang terus membantah”, akhirnya Tuhan mengatakan “sudah, sekarang Aku berpaling pada bangsa lain”. Israel benar-benar menjadi pohon ara yang kering. Nubuat Yesus terbukti sampai sekarang. Adakah berkat dari Israel untuk mengenang Yesus Sang Mesias? Tidak ada. Adakah orang Israel yang secara massal menjadi bertobat kemudian menjadi pemberita Injil yang besar? Sampai saat ini belum terlalu terlihat. Meskipun saya mendapat banyak sekali artikel tentang pertobatan yang besar di tengah-tengah Israel, saya tidak tahu seberapa besar itu di dalam kenyataan yang kita bisa lihat. Tapi yang Yesus katakan benar-benar terjadi, Israel benar-benar tidak dipakai oleh Tuhan. Ini juga menjadi peringatan bagi kita, menjelang kedatangan Kristus kedua kalinya, akankah Tuhan mengatakan “engkau pohon ara yang kering”, jangan sampai ditemukan kering oleh Tuhan. Jangan sampai kita gagal memberikan buah sulung.

Di mana Saudara berada, apa yang Saudara kerjakan, coba pikir baik-baik berapa banyak buah yang sudah kita berikan di dalam hidup. Jangan terus melihat kesulitan-kesulitan, perasaan-perasaan dirugikan, protes terus sama Tuhan, “Tuhan mengapa hidupku begini?”. Saudara tidak boleh terikat oleh kesulitan hidup dan akhirnya gagal memberikan buah. Kesulitan membuat kita gagal memberikan buah, itu justru menandakan kita yang kering, dan mungkin kita akan ditinggalkan oleh Tuhan. Berhenti menjadi kering dan mulailah berbuah. Coba lihat berapa banyak kebaikan yang sudah kita kerjakan yang membuat orang mengenal Tuhan? Berapa banyak kesulitan yang harus kita pikul atau sudah kita pikul demi membuat orang mendapat berkat? Berapa banyak kerja yang kita kerjakan untuk memberkati orang lain? Berapa serius kita menjalankan pekerjaan kita di dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi berkat bagi orang banyak? Berapa banyak orang sudah diberkati dengan harta kita, doa kita, pelayanan kita, pekerjaan kita setiap hari, berapa banyak orang menikmati buah? Kalau orang mulai berseru “aku tidak menemukan buah”, maka itu adalah pre-judgement yang benar-benar bahaya. Jika orang sekeliling Saudara mengatakan “saya tidak mendapatkan berkat. Saya tidak merasa kehadiranmu akan memberikan anugerah atau berkat yang limpah”, itu adalah prejudgement, itu merupakan penghakiman awal. Tapi kalau Tuhan sudah bicara, semua sudah berakhir. Sebelum Tuhan mengatakan “engkau kering dan Aku akan meninggalkan engkau”, mari kita bertobat, mari kita hidup dalam cara yang berlimpah untuk memberi buah bagi orang-orang di sekeliling kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)