(Yehezkiel 16: 59-63)
Tuhan adalah Tuhan yang mengasihi kita, tapi cinta kasih Tuhan adalah cinta kasih yang memurnikan dan memunculkan setiap kebaikan yang Tuhan siapkan dalam diri manusia. Ini merupakan kasih yang tidak sama dengan kasih mana pun. Karena kasih yang hanya menerima saja itu bukan kasih. Kasih yang tidak ada unsur menerima, itu juga bukan kasih. Tuhan mengasihi maka Tuhan menerima orang berdosa. Tuhan mengasihi maka Tuhan mengubah orang berdosa. Dan inilah yang dinyatakan di dalam Natal. Natal adalah saat dimana janji yang Tuhan berikan kepada manusia, oleh karena cinta kasihNya menjadi genap, penuh dengan bahagia, penuh dengan kesenangan, karena Tuhan adalah Allah yang menyempurnakan janjiNya. Kitab Suci banyak bicara banyak hal tentang janjiNya. Janji Tuhan bukan hanya janji tertulis, yaitu ada perencanaan, lalu ada janji yang diterapkan karena ada tulisan yang ditulis dalam sebuah kertas, bukan itu. Janji Tuhan adalah janji yang diikat oleh firman yang berkuasa. Firman Tuhan bukan hanya sekedar kalimat perkataan, firman Tuhan adalah realita ketika Tuhan mau berdiam bersama manusia. Tahun lalu saya berkhotbah mengenai 8 alasan mengapa Allah menjadi manusia dan satu yang sangat utama dari seluruh alasan itu adalah Allah mau berdiam bersama manusia. Allah mau berdiam bersama dengan manusia untuk apa? Apakah karena Allah membutuhkan manusia? Tidak. Allah bukan perlu manusia, tapi Allah menginginkan manusia. Perlu tidak ada pada diri Allah, Allah tidak perlu apa pun. Tetapi ingin bersama manusia, itu ada pada diri Allah. Kerinduan untuk hidup bersama manusia ada pada Allah. Dan harusnya ada kerinduan dalam diri manusia untuk bersama Allah.

Mari kita membaca Yehezkiel 16: 59-63. Di dalam tulisanannya seorang bernama Eberhard Jungel, dia mengatakan bahwa Allah menyimpan kita di dalam memoriNya. Jungel adalah seorang yang sangat dipengaruhi oleh Barth, banyak aspek baik dari pengajaran Barth maupun dari pengajaran dari Jungel yang kita tidak nyaman untuk terima. Kita tidak setuju, ada sisi dimana Barth seperti mengajarkan kalau Tuhan menyelamatkan semua orang otomatis akan berbagian di dalam keselamatan. Ini adalah tema universalisme, keselamatan adalah milik semua orang, entah dia percaya atau tidak, kita tidak terima ini sebagai ajaran Alkitab. Ada juga ajaran menolak tentang kehidupan setelah kematian, yang seperti muncul dari buku-buku Jungel, ini pun sulit kita terima. Kita mesti belajar tolak semua ajaran jelek tapi menerima semua hal yang membuat kita semakin mengerti Kitab Suci. Satu hal yang dikatakan oleh Jungel adalah Allah simpan kita di dalam memoriNya. Memori dimiliki oleh semua pribadi, baik Allah maupun malaikat, setan dan juga manusia. Manusia punya memori, manusia bisa mengingat. Tapi manusia tidak mungkin mengingat hal yang secara mekanik berulang-ulang terus. Adakah diantara Saudara yang ingat tadi pagi sikat gigi gosok berapa kali? Adakah yang catat itu di buku harian? Saudara juga tidak akan ingat hal-hal yang tidak terlalu berkait dengan pembentukan hidup Saudara, tapi momen-momen penting selalu teringat. Saudara akan ingat momen hidup dengan seorang yang sekarang mungkin sudah tidak ada, Saudara punya memori tentang mereka “dulu saya punya papa, sekarang sudah dipanggil oleh Tuhan. Saya ingat kebaikan papa saya”. Semua yang diingat tentang pribadi adalah hal yang akan sangat kena pada emosi kita. Hal yang menyentuh emosi akan selalu diingat. Saya terus ingat kakek saya, papanya mama saya, dia adalah orang yang punya jiwa berjuang luar biasa sekali. Memori seperti ini yang selalu diingat, memori selalu ada di pikiran kita karena ada relasi. Saudara kan pisahkan mana yang penting dan mana yang tidak, mana yang akan menggugah emosi dan mana yang tidak. Tidak akan ada orang yang ingat hal-hal kecil, kecuali dari hal-hal kecil orang yang kita cintai. Orang yang kita cintai akan masuk dalam memori kita, orang yang jauh relasinya tidak mungkin terkenang atau teringat. Itu sebabnya Tuhan adalah Tuhan yang juga menyatakan memoriNya terhadap umat. Tuhan menjalani relasi dengan kita dan Tuhan menyimpan di dalam memoriNya setiap hal yang Dia alami bersama kita. Bukankah Tuhan maha tahu? Tuhan tahu semua hal, Tuhan tidak mungkin tidak tahu, jadi Dia tidak mungkin simpan memori apa pun, semua akan Dia ingat. Tapi Alkitab mencatat Tuhan mengingat bukan karena Dia maha tahu, Tuhan mengingat karena Dia mengasihi umatNya. Dia ingin ada relasi dengan umatNya dan karena itu kesan dari umatNya di pikiran Tuhan itu jelas sekali. Itu sebabnya Tuhan mengatakan “Aku mengingat kesalahanmu, Aku mengingat pemberontakanmu dan hatiKu sakit”.

Tuhan kita bukan Tuhan berhati batu, Tuhan kita bukan dewa dari kayu dan batu. Saya membaca satu artikel dari seorang ahli Perjanjian Lama, orang ini pernah menulis satu buku Perjanjian Lama, di dalamnya dia menulis ketika engkau menyembah Allah bukan berhala, berhala dari kayu dan batu, dari emas atau perak, itu buatan manusia. Orang ini bernama Eugene Merrill, dia mengatakan bahwa ketika orang mengatakan berhala itu dari batu, dari besi, dari logam ,dari emas, itu berarti mereka tidak punya hati. Berhala tidak punya tempat untuk simpan umatnya di dalam dirinya. Berhala itu dari kayu dan batu, dan karena itu tidak berkesan dan tidak terkesan terhadap umatnya. Sehingga ketika orang menyembah berhala, orang tidak akan punya sentuhan emosional dengan berhalanya. Orang hanya menyembah berhala karena dia punya sentuhan emosional kepada yang lain. Ada orang punya sentuhan emosional kepada emas dan perak, kepada kekayaan, maka dia sembah berhala supaya dia beroleh emas dan perak. Ada orang yang punya sentuhan emosional pada pangkat dan kedudukan, maka dia sembah berhala supaya dia bisa mendapat pangkat dan kedudukan. Ada orang yang ingin mendapat istri atau suami yang dia kasihi dari orang yang dia kagumi, dia ingin menikah dengan orang ini, lalu dia sembah berhala bukan karena ingin punya relasi dengan berhala tapi dia ingin mendapatkan orang, laki-laki atau perempuan yang ingin dia nikahi. Ketika orang menyembah berhala, orang akan dilatih bukan untuk mencintai berhala, tapi untuk mencintai apa pun itu yang bisa diperoleh karena ada berhala. Itu sebabnya kalau kita datang kepada Tuhan hanya untuk minta kaya, minta sehat, minta apa pun tapi tidak peduli Tuhan, kita adalah penyembah-penyembah berhala. Berhala tidak perlu dikasihi karena berhala pun tidak mengasihi kita. Relasi dengan berhala tidak ada memori apa pun karena berhala tidak simpan kita di dalam memorinya. Orang menyembah berhala karena ingin yang lain, maka jadilah orang Kristen yang bukan penyembah berhala. Di dalam Kitab Suci dikatakan Allah simpan umatNya di dalam hatiNya. Allah sakit hati kalau umatNya salah, tapi Allah juga sangat bersukacita kalau umatNya setia kepada Dia. Dan setiap perjalanan antara Allah dan umatNya di dalam sejarah selalu menimbulkan entah luka atau pun kesenangan di dalam hati Tuhan. Itu sebabnya Tuhan mengingatkan kita bahwa Dia bisa mengingat. Dia taruh kita di dalam memoriNya dan Dia bisa disakiti atau pun disenangkan oleh karena hidup yang kita jalani. Tuhan bukan tuhan yang terdiri dari kayu, emas, perak atau besi. Tuhan adalah Tuhan dengan hati. Maka ketika Tuhan memanggil manusia, Tuhan mengatakan “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu”. Saya tidak mengerti mengapa banyak orang mengaitkan Kekristenan terutama Reformed, dengan teori-teori yang hebat-hebat tapi kurang menyentuh emosi. Saya memberi tahu Saudara saat ini, di dalam Teologi Reformed emosi ditempatkan sangat besar. Martin Luther mengatakan bahwa ketika engkau datang kepada Tuhan, hantaman Tuhan merubah hatimu. Perubahan hati mengubah emosi, gairah dan perasaanmu kepada Tuhan, itu yang Luther katakan. Calvin berbicara tentang Kekristenan dengan sangat penuh emosi, Calvin mengatakan Kekristenan adalah agama hati, religion of the heart. Engkau menjadi Kristen karena hatimu, karena hati yang penuh cinta kepada Tuhan, hati yang kagum kepada Tuhan, dan hati yang penuh dengan cinta kepada sesama, itulah yang menyebabkan orang menjadi Kristen. Teologi Reformed mempunyai tradisi yang sangat menekankan emosi. Tapi pada abad 20 banyak aliran dari Kekristenan yang bukan menekankan emosi tapi mempermainkan emosi. Emosi dipermainkan dengan dimunculkan padahal dia seharusnya tidak muncul. Bisakah seseorang mempermainkan emosi orang lain? Bisa, ada laki-laki yang mungkin sangat jahat, mendekat pada seorang perempuan, memberikan perasaan, perhatian, lalu perasaan perempuan itu naik dengan tinggi sekali. Lalu orang itu mengatakan “kita cuma teman ya’. Ini terutama untuk anak muda, jangan jalani pergaulan dengan cara yang merusak, jalani pergaulan dengan sewajarnya. Jika Saudara menyukai seseorang, konsentrasi kepada seseorang itu dan bangkitkan perasaan Saudara dan dia di dalam tahap yang sama bertumbuhnya. Tapi kalau tidak punya keinginan, jangan terlalu banyak menyebar keagungan diri yang dibuat-buat. Itu namanya mempermainkan perasaan, memunculkan padahal seharusnya tidak muncul. Hal yang sama ketika dalam sebuah kebaktian orang dipaksa muncul emosinya, itu namanya pemaksaan. Kita tidak melakukan itu, kita tidak mengulang-ulang lagu sampai Saudara menangis. Lalu suasana dibuat redup, musik mendayu-dayu, lalu Saudara menangis. Saudara menangis karena diciptakan suasananya dari luar ke dalam secara artifisial. Bisakah perasaan dimunculkan secara artificial? Bisa, obat yang memunculkan perasaan senang itu terdapat di dunia ini. Saudara makan jenis kimia tertentu, otak Saudara memberikan reaksi tertentu, tiba-tiba Saudara merasa senang. Bahkan Saudara minum segelas kopi pun bisa lebih senang dari biasanya, lebih semangat. Tapi itu semangat palsu, semangat yang tidak dimunculkan dari relasi dari Tuhan dan sesama. Maka Reformed menekankan emosi, tapi tidak mempermainkan emosi. Reformed memberi tempat yang utama pada emosi, tapi tidak sembarangan pancing emosi dengan cara yang palsu dan artificial. Kalau tidak mau menangis, mengapa menangis? Kalau menangis, beri tahu alasannya. Reformed bukan ajaran kaku yang hanya doktrin belaka. Kalau Saudara baca mulai Luther, Calvin, sangat menyentuh hati. Commentary Calvin sangat membuat terharu. Saudara baca khotbah Luther bisa membuat marah dan menangis. Ini orang-orang yang sangat menyentuh hati, tapi mereka tidak pernah memanipulasi perasaan Saudara. Sehingga Saudara mengeluarkan perasaan yang tidak semestinya tanpa tahu mengapa. Allah menciptakan kita dengan hati karena Allah mau ada sentuhan relasional antara Allah dan kita. Maka Dia mengatakan di dalam Kitab Ulangan, “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu”. Di dalam teologi Perjanjian Lama, hati itu adalah seluruh emosi disatukan, disimpulkan dalam satu inti, seluruh emosi Saudara, seluruh hidup, seluruh jiwa dimasukan dalam satu inti, itulah hati. Tuhan sedang mengatakan kasihi Tuhan dengan seluruh kekuatanmu untuk punya perasaan. Jika Saudara mampu mencintai, pakai segenap kekuatanmu untuk mencintai Tuhan dengan cinta yang paling besar, inilah yang ditulis dalam Ulangan.

Mengapa Tuhan menuntut kita untuk memberikan emosi kita sepenuhnya kepada Tuhan? Karena Tuhan melakukan hal yang sama kepada kita. Tapi ada kesulitannya, tiap kali kita berikan hati, selalu hati akan terluka. Waktu kita mempersembahkan hati, hati akan sangat mungkin dihancurkan. Dan yang pertama memberikan hati kepada manusia berdosa adalah Tuhan. Manusia tidak pernah peduli Tuhan. Sebelum Tuhan menebus manusia, manusia simpan hatinya dan berikan hatinya kepada yang lain sehingga hatinya dihancurkan oleh hal-hal yang cemar dan hina. Berapa banyak hati kita dihancurkan oleh hal-hal yang sifatnya duniawi? Ada orang mencintai orang yang tidak kenal Tuhan, akhirnya patah hati. Mengapa hati patah? Karena diberikan kepada yang tidak layak menerima. Ada orang yang memberikan hatinya kepada dunia bisnis sepenuhnya, akhirnya ketika bisnisnya hancur, hatinya ikut hancur dan seperti tidak ada hidup lagi. Mengapa demikian? Karena hati diberikan kepada yang tidak layak menerima. Jangan berikan hati kepada dunia ini. Karena ketika Saudara memberikan hati, hati akan dihancurkan oleh karena ada sifat dosa di dunia ini yang menolak pemberian paling murni sekali pun. Banyak anak gadis salah mencintai laki-laki, mencintai laki-laki yang hanya mau tubuhnya saja, akhirnya jatuh dalam relasi yang rusak sekali. Saya bingung mengapa orang bisa meremehkan hal seperti ini. Pada waktu itu saya sadar, ketika orang mengaku Kristen, menjalankan ibadah, menunjukan perilaku luar yang sepertinya mencintai Tuhan, tapi hati tidak diperbaiki, tinggal tunggu waktu dia jatuh. Apakah kita sudah perbaiki hati? Apakah hati kita tetap berpaut dan terkait dengan hal-hal yang sifatnya duniawi? Apakah hati kita masih berkait dengan dosa, apakah hati kita masih egois, cuma lihat diri terus, apakah hati kita tidak peduli Tuhan? Karena hati yang tidak peduli Tuhan akan dihancurkan dan dilukai oleh dunia ini. Kamu terus memberikan hatimu kepada orang yang akan merusak hatimu, dan sekarang hatimu rusak karena memang kamu berikan kepada orang yang tidak layak”. Berapa lama kita terus memberikan hati kepada orang yang tidak layak terima, kepada dunia yang tidak layak menerima hati kita? Sedangkan Tuhan yang sudah memberi hatiNya terus-menerus diabaikan oleh umatNya. Maka Tuhan sangat marah, Tuhan begitu sakit hatiNya sebab Dia memberi hatiNya kepada kita yang hanya tahu menghancurkan hati Tuhan. Hati Tuhan dihancurkan oleh karena kita palingkan wajah dari Dia. Hati Tuhan dihancurkan karena kita berikan hati kepada yang lain dan bukan kepada Tuhan. Dalam keadaan hati yang hancur, Tuhan tarik anugerahNya. Saudara harus tahu di dalam Alkitab dikatakan sangat berat bagi Tuhan untuk menarik anugerah-Nya. Tuhan menarik diriNya dari Israel setelah tunggu mereka ratusan tahun. Pertama kali mereka jatuh di dalam zaman hakim-hakim, setelah Yosua dan semua orang yang kenal Yosua, mati, Israel menyembah berhala. Ini mungkin terjadi di tahun 1.200 sebelum masehi. 1.200 Sebelum masehi, mereka sudah hancurkan hati Tuhan, tapi Tuhan masih sabar. Mereka hancurkan hati Tuhan di generasi-gererasi di Kitab Hakim-hakim, terus-menerus menghancurkan hati Tuhan. Lalu Tuhan bangkitkan Raja Daud, setelah Daud mati, Israel kembali menghancurkan hati Tuhan. Tapi Tuhan baru hukum mereka di abad ke-6 sebelum masehi. Dari tahun 1.200 sebelum masehi Tuhan sabar, baru tahun 500an sebelum masehi, Tuhan buang Israel ke Babel. Berarti Tuhan tahan diriNya berabad-abad terhadap dosa dan kekejaman yang dilakukan oleh Israel. Setiap kali Israel mengabaikan Tuhan, Tuhan sakit hatiNya. Setiap kali mereka kejam kepada orang lain, Tuhan sakit. Setiap kali mereka menghancurkan orang lain dengan ego dan kekuatan mereka, Tuhan sakit. Tapi Tuhan terus jaga hatiNya, terus jaga kesabaranNya sampai waktunya Dia mengatakan “cukup, Aku akan membuang engkau jauh ke Babel”.

Di dalam pembuangan ke Babel, Tuhan menyatakan “Aku buang engkau karena engkau tidak pernah pedulikan janjiMu kepada Tuhan. Engkau tidak peduli janjimu, engkau tidak peduli seharusnya engkau memberikan hatimu kepada Tuhan”. Dan di dalam pembuangan ini, Tuhan mengatakan “Aku tidak akan sama seperti engkau. Engkau mengkhianati perjanjianmu denganKu maka Aku pun akan melupakan perjanjianKu dengan engkau”, tapi Tuhan melupakan perjanjianNya hanya di dalam waktu yang singkat sekali. Tuhan mengatakan kepada Yehezkiel “Aku akan melupakan perjanjianKu”, masih di dalam zaman Yehezkiel hidup, Tuhan mengatakan “Aku mau ingat kembali perjanjianKu”. Tuhan baru melupakan beberapa tahun yang lalu, mengapa sekarang ingat lagi? Karena belas kasihan Dia begitu besar, maka Tuhan mau mengingat umatNya. Lalu Tuhan mengingat umatNya, Tuhan mengingat dengan memberikan janji yang baru. Tuhan mengatakan “Aku akan panggil engkau kembali dan Aku akan mengingat relasiKu dengan engkau dulu”, ini mengagumkan sekali. Tuhan mengingat senangnya berelasi dengan orang-orang seperti Abraham, Ishak, Yakub, mereka bukan orang yang sempurna tapi mereka mau kembali kepada Tuhan, mereka mau terus memberikan hati kepada Tuhan. Yakub bukan orang yang baik, tapi di dalam kelemahannya dia terus mengingat Tuhan, dia terus mau belajar cinta Tuhan. Saya tidak meremehkan dosa, tapi saya lebih khawatir kepada orang yang hatinya dingin kepada Tuhan dari pada orang yang sedang jatuh dalam dosa. Ada orang-orang yang hatinya begitu dekat dan cinta Tuhan tapi dia tidak sanggup memelihara kekudusan dan dia jatuh, masih ada harapan dari orang itu asalkan dia ingat dia dulu pernah cinta Tuhan. Lagu dari Pak Stephen Tong yang sangat mengharukan bagi saya adalah lagu yang mengatakan “bila kau pernah cinta Yesus, mengapa tak cinta Dia sekarang”, kalau dulu engkau pernah cinta Dia, ada harapan engkau kembali. Tapi kalau dulu hatimu dingin, meskipun engkau hidup baik secara moral, meskipun engkau tidak jatuh dalam dosa apapun tapi hatimu yang dingin itu akan membuat engkau jauh dari Tuhan, jaraknya lebih jauh dari pada orang yang punya kasih kepada Tuhan tapi sementara sedang jatuh dalam dosa. Itu sebabnya berikan hati kepada Tuhan. Tuhan mengingat Yakub, Abraham, Ishak, Musa, mengingat Israel di padang gurun. Sangat heran, selalu Tuhan kembali ke Israel di padang gurun, sedangkan di padang gurun mereka sering berdosa kepada Tuhan, tapi mereka dihajar dan kembali kepada Tuhan. Tuhan tidak ingat manusia karena manusia sempurna, Tuhan ingat manusia karena manusia mau kembali kepada Tuhan, ini yang harus kita tahu. Kalau kita mau mengatakan “Tuhan tuntut saya sempurna”, tidak ada yang bisa sempurna. Israel di padang gurun dihantam Tuhan berkali-kali, tapi mengapa di dalam Kitab Yehezkiel Tuhan mengatakan “dulu di padang gurun engkau adalah perempuan muda yang Kukasihi, dulu engkau di padang gurun tidak punya apa-apa”. Israel di padang gurun bagaikan seorang perempuan muda yang tidak tahu apa-apa, penuh kelemahan, penuh kekurangan, tapi matanya melihat kepada Tuhan dan mengatakan “Tuhan, Engkau pemimpinku. Aku berjalan dengan terseok-seok, tapi aku tetap mengikuti Engkau”. Namun seiring dia bertumbuh dewasa, dia mulai berpaling kepada bangsa-bangsa lain, kepada dewa-dewa palsu. Itu sebabnya Tuhan mengatakan “Aku mengingat ketika engkau di padang gurun, masih begitu kecil, masih begitu muda, namun engkau terus melihat kepada Tuhan dan mau kembali kepada Tuhan”. Setelah Daud jatuh dalam dosa, apa yang menolong dia untuk bangkit? Yang menolong dia bangkit adalah kecintaannya kepada Tuhan yang dulu dia pernah miliki. Waktu cinta Tuhan, dia dekat kepada Tuhan, dia tulis puisi yang penuh dengan kehangatan untuk Tuhan. Waktu dia jatuh dalam dosa, itu terjadi karena dia lupa akan cintanya kepada Tuhan. Ketika disadarkan, dia kembali kepada cintanya yang mula-mula itu. Ini yang Tuhan berikan peringatan kepada Efesus “ingat cintamu yang mula-mula”. Namun kalau kita belum pernah punya cinta kepada Tuhan, mari miliki cinta itu sekarang. Karena tanpa cinta kepada Tuhan mustahil Saudara bisa hidup dekat dengan Tuhan. Alkitab mengatakan Tuhan mengingat umatNya, Tuhan mengingat dulu mereka jatuh bangun mengikuti Tuhan, tapi mereka punya hati untuk mau dibentuk oleh Tuhan. Maka pembentukan diberikan, Tuhan memberikan firman, Tuhan mengajak Musa untuk menjadi wakil Dia membimbing umat ini. Relasi antara Tuhan dan Musa bukan relasi yang mulus terus, relasi antara Musa dan Israel bukan relasi yang mulus terus, relasi yang penuh pergumulan, terkadang kebencian tapi setelah itu pemulihan dan pertobatan. Inilah yang Tuhan ingat, maka Yehezkiel mengatakan Allah ingat jatuh bangunnya Israel dalam berelasi dengan Tuhan dan Tuhan mau pulihkan. Tuhan pulihkan dengan mengingat memori yang indah, remeberance dari umatNya. Alkitab mengatakan Allah mengingat jahatnya Israel itu membangkitkan murka Tuhan, tapi kalau Tuhan mengingat semua hal yang membangkitkan kenangan yang baik dari Israel yang mau kembali bertobat, pada waktu itu Tuhan berencana memperbarui perjanjian.

Di Kitab Suci ada pernyataan yang jelas, Tuhan memperbarui perjanjian karena mengingat umatNya. Memori dengan umatNya membuat Tuhan ingin membuat perjanjian yang disempurnakan. Bagaimana perjanjian itu disempurnakan? Dengan adanya satu tahap relasi yang baru dimana Allah dan umat menjadi tidak berjarak. Ketika Allah dan umat menjadi tidak berjarak, pada waktu itu memori antara Tuhan dan umat menjadi begitu dekat dan akrab. Ketika Israel sudah dibuang, Tuhan justru menjanjikan “Aku akan perbarui perjanjian”. Perjanjian diperbarui dengan cara Tuhan akan kirim AnakNya menjadi manusia. Sekarang perjanjianNya bukan lagi dalam bentuk tulisan, bukan lagi dalam bentuk dua loh batu, tapi dalam bentuk seorang manusia, inkarnasi dari Pribadi kedua dari Tritunggal. Setelah Yesus menjadi manusia, pada waktu itu perjanjian itu dengan sangat indah Tuhan berikan untuk dimiliki umat Tuhan selama-lamanya. Pada waktu Yesus datang, ada pernyataan dari Tuhan bahwa Dia tidak pernah lagi akan lupakan umatNya, tidak pernah lagi Dia akan membuang umatNya, tidak pernah lagi Dia akan habiskan umatNya, tidak pernah lagi murkaNya akan bangkit dan membuat umatNya terbuang selama-lamanya. Tuhan akan berpaling kepada umatNya dengan penuh kasih setia.

Natal adalah hari dimana kita menyadari Tuhan mengingat kita. Tuhan mengingat kita bukan karena kita layak diingat. Tuhan mengingat kita karena Dia tahu siapa kita, Dia tahu kelemahan kita, Dia tahu kita tidak sanggup, Dia tahu kita penuh dengan berbagai macam godaan untuk jatuh, namun sekarang Tuhan mengatakan “Aku tidak akan lupakan engkau lagi”. Mari kita kembali kepada Tuhan, mari lihat janji yang digenapi di dalam pribadi yang menjadi manusia. Ini bagian yang sangat mengharukan bagi saya, saya terus bayangkan apa rasanya melihat bayi Yesus. Yang membuat bayi Yesus begitu indah, begitu mulia bukan karena wajah yang lucu dari bayi ini, semua bayi pasti wajahnya lucu. Tapi Yesus menjadi manusia adalah titik dimana saya boleh merasa aman. Saya tahu Tuhan mengikat janji dengan saya melalui Kristus, sehingga sepasti Kristus hidup menjadi manusia, demikian pastinya perjanjian Tuhan menjadi milik saya. Di dalam Alkitab banyak cara untuk menyatakan perjanjian, janji yang paling remeh adalah janji yang diucapkan menggunakan sendal, ini adalah janji yang diucapkan di Perjanjian Lama. Kalau Saudara punya tanah, lalu Saudara mau menebus tanah kerabat Saudara, maka Saudara harus menebus tanah itu. Tapi menebus tanah berarti juga menebus istri dari kerabat Saudara, kalau dia punya istri. Ketika Saudara sadar “kerabatku sudah mati dan dia punya istri. Kalau saya menikah dengan istrinya, istrinya akan punya anak sulung yang diakui sebagai anak kerabat saya, bukan anak saya”, maka Saudara keberatan “saya tidak mau, nanti warisan saya jadi jatuh ke kerabat saya yang sudah mati itu, maka saya tidak mau menikahi istrinya”. Kalau Saudara tidak mau, Saudara harus duduk di pintu gerbang kota dengan para tua-tua kota, nanti tua-tua kota akan menyuruh istri kerabat Saudara yang Saudara tidak mau nikahi, untuk melepas sepatunya. Setelah itu sepatunya akan diberikan kepada Saudara dan dia akan meludah ke tanah. Ini tandanya Saudara adalah orang yang jahat karena tidak mau ambil kewajiban membangkitkan keturunan bagi kerabat Saudara yang sudah mati. Ini perjanjian pakai sendal, sekarang sudah tidak ada lagi. Ini bentuk perjanjian yang penting tapi tidak sepenting yang lain. Lalu ada bentuk perjanjian yang lain yaitu bentuk perjanjian dengan tanda materai. Setiap keluarga pada zaman dulu akan punya tanda materai, entah itu cincin atau tongkat atau surat atau apa pun itu. Jadi barang yang paling mewah milik seseorang itu bisa menjadi tanda keluarganya. Ketika Saudara membeli barang, tapi Saudara lupa membawa barang atau uang, Saudara mengatakan “rumah saya 5 hari jauhnya dari sini. Kalau saya pulang dulu untuk mengambil uang dan kembali lagi ke sini, mungkin barang daganganmu sudah tidak tahu kemana. Boleh tidak saya ambil sekarang karena saya perlu barang ini, lalu saya bayar nanti?”. Karena tidak boleh seperti itu maka “ya sudah, saya akan pulang dengan membaca barang ini, lalu saya akan bayar 10 hari kemudian, 5 hari untuk pulang dan 5 hari lagi untuk kembali ke sini”, “mana jaminannya?”, “ini cincin keluargaku, bagi kamu ini tidak penting tapi bagi saya ini penting. Pegang dulu cincin ini. Kamu pegang cincin ini setelah itu saya akan kembali ke rumah. Itu namanya perjanjian, Saudara akan berikan tongkat atau cincin atau materai atau apapun yang dimiliki keluarga, simbol keluarga, untuk dipegang oleh si pedagang itu. Perjanjian ini juga termasuk kurang penting. Tapi masuk ke perjanjian ketiga, ini perjanjian hidup dan mati, kalau Saudara mengingat perjanjian sangat serius, maka ada tanda ketiga yaitu binatang dipotong. “Kalau saya mau berjanji dengan orang dan janji ini sangat serius. Misalnya “saya ingin berjanji seumur hidup baik keturunanku maupun keturunanmu tidak akan pernah saling berperang”, maka janji ini akan diabadikan lewat saya persembahan binatang, dia memberikan persembahan binatang, lalu kami bagi dua badannya. Satu sisi sebelah kiri, satu sisi sebelah kanan, lalu kami akan berjalan bersama-sama. Berjalan di tengah-tengah binatang yang sudah terbelah itu sambil mengatakan “kalau salah satu dari kami membatalkan perjanjian, biarlah kami terbelah seperti binatang ini”, ini sadis sekali, kalau berani melanggar akan dibelah. Ini perjanjian jauh lebih serius, perjanjian ini benar-benar hidup dan mati. Ini perjanjian yang sangat serius.

Tapi di dalam Kitab Yeremia, Tuhan mengatakan “Aku akan membuat perjanjian yang lain, yang jauh lebih penting dari ini. Aku akan menulis firmanKu di dalam dagingmu. Aku akan tulis pengenalan akan Tuhan di dalam hatimu”, Tuhan membuat diri kita menjadi perjanjian. Ini membingungkan, mengapa diri kita bisa menjadi perjanjian, kapan Tuhan menulis firman di dalam hati? Kapan Tuhan membuat manusia tidak perlu diajar kenal Tuhan karena di dalam hati sudah kenal Tuhan? Ini terjadi pada waktu inkarnasi, firman Tuhan tertulis di dalam hati Yesus pada waktu inkarnasi, janji Tuhan dan pengenalan Tuhan ada pada tubuh. Maka waktu Yesus persembahkan tubuhNya di kayu salib, pada waktu itu janji Tuhan menjadi genap yaitu Kristus memberi tubuhNya bagi Saudara dan di dalam tubuh Kristus ada tulisan Taurat itu. Di dalam tubuh Kristus ada pengenalan akan Tuhan, di dalam tubuh yang melambangkan hidup, di dalam hidup Yesus ada ketaatan kepada Tuhan. Maka waktu Dia pecahkan diriNya dan bagi diriNya untuk Saudara, Saudara berbagian di dalam kehidupan yang tidak bercacat mengikuti Tuhan. Ini perjanjian paling agung, tidak ada perjanjian lebih agung dari ini. Ini bukan binatang yang dibelah, ini adalah Anak Allah menjadi manusia lalu dipecah di atas kayu salib. Maka ketika Dia menjadi bayi Saudara tahu perjanjian Tuhan menjadi sempurna di sini. Kita sudah menyakit hati Tuhan, tapi Tuhan malah meningkatkan derajat perjanjianNya dengan begitu penuh anugerah bagi kita. Kalau kita tahu Tuhan begitu mencintai kita, mengapa masih tundah hidup bagi Tuhan sampai hari ini? Saudara tidak beriman kepada ilah-ilah palsu atau agama apa pun tidak pernah tahu kasih Tuhan seperti ini. Tidak ada agama yang mencerminkan kasih seperti yang dinyatakan Alkitab. Karena Tuhan menyerahkan Anak TunggalNya kepada kita, pada waktu itu kelahiran bayi ini menjadi tanda perjanjian Tuhan digenapi oleh karena Tuhan mengingat umatNya, Tuhan mencintai Saudara dan saya. Tuhan mengingat kita, mari kita mengingat Tuhan, mari hidup bagi Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)