(Lukas 8: 26-39)
Kristus, di dalam motif perjalanan dari Galilea sampai Yerusalem, fokus utama adalah salib. Tapi Dia melakukan seluruh kegiatan yang lain, menyembuhkan orang, memberkati orang miskin, mengkhotbahkan berita kepada orang-orang yang sedang mencari kebenaran, tetapi semua itu akan mengarahkan kepada pengertian salib kepada orang-orang itu. Jadi yang Tuhan Yesus kerjakan bukan reduksi, bukan hanya memfokuskan satu hal, tapi mengaitkan semua hal kepada fokus yang sedang Dia kerjakan yaitu menuju salib untuk menyatakan kemuliaan Bapa untuk mengampuni orang yang mau datang kepada Dia. Inilah hal penting yang bisa kita pelajari dari Injil Lukas. Jadi dari Galilea sampai Yerusalem, ini sebenarnya intinya, tapi Lukas mencatat Dia bertemu dengan orang yang sakit kusta, Dia bertemu dengan orang yang diturunkan dari langit-langit untuk disembuhkan oleh Dia, Dia bertemu dengan orang yang kerasukan setan, dan lain-lain. Semua sampingan ini diceritakan dengan sangat menarik, sehingga meskipun bukan fokus utama, tetap mempunyai nilai yang sangat penting dari buku ini. Ini buku sangat menarik sehingga waktu Saudara baca, Saudara menyadari banyak hal yang sifatnya bukan utama harus ditarik dalam satu jalur waktu mengerjakan hal utama itu. Jangan abaikan yang kecil tapi jangan abaikan fokus utama, jangan lupa kemana kita menuju dalam hidup, tapi jangan lupa mementingkan juga apa hal yang kita temukan dalam hidup. Waktu Yesus di dalam ayat 22 mengatakan “mari bertolak ke seberang danau”, seluruh murid ikut. Tapi mereka belum tahu ini bertolak ke seberang danau, bertolak ke mana. Sampai nanti di ayat 26 baru kita tahu ternyata Yesus bertolak ke arah timur sampai ke daerah orang Gerasa. Kalau dilihat di arkeologi, ini daerah lebih ke tenggara. Waktu Yesus Kristus memanggil para murid “mari kita bertolak”, murid-murid tidak tahu ini akan kemana. Dan di tengah danau, ayat sebelumnya mengatakan mereka ditimpa oleh badai.

Di tengah-tengah badai, Yesus bangkit dan mengatakan “tenanglah dan diamlah”, maka para murid berpikir perjalanan ini pasti penting sekali karena ini adalah perjalanan yang dihantam oleh badai, lalu Kristus menenangkan badai itu dengan kuasaNya. ini perjalanan sial sekali. Kadang-kadang perjalanan yang berat itu perjalanan yang paling diberkati. Maka murid-murid pun merasakan ini perjalanan yang unik, Tuhan mengatakan “mari kita bertolak”, tolak kemana? Bertolak melalui danau, di tengah danau kena ombak, setelah itu Tuhan redakan ombak, para murid mengatakan “ini perjalanan luar biasa penting. Kita korbankan banyak hal, kita detour, dari tour asli ke Yerusalem sekarang kita belok ke arah bangsa lain, ini pasti perjalanan yang sangat penting”. Tetapi ternyata ketika mendarat, mereka sampai di daerah orang kafir, daerah Gerasa, seberang Sungai Yordan, seberang Danau Galilea. Maka kita berpikir di sini, apakah perjalanan penting di sini adalah perjalanan untuk menjangkau orang kafir? Apakah ini perjalanan untuk bangsa non-Yahudi, sepenting itukah bangsa non-Yahudi? Ini menjadi sesuatu yang sangat penting untuk kita pelajari. Tuhan Yesus menyimpang sejenak dari tujuan utama demi bangsa-bangsa kafir, bukan Israel. Lalu setelah sampai, Alkitab mencatat Dia didatangi oleh orang yang kerasukan setan. Di sini kalau dibaca ayat 27 “datang seorang laki-laki”, ayat 28 “laki-laki itu berseru, apa urusanMu denganku?”, ayat 29 “karena Yesus sebelumnya memerintahkan roh jahat itu keluar”. Jadi waktu orang itu lewat, Yesus langsung berseru “keluarlah dari orang ini”, tapi setannya bukan keluar malah menyembah dulu, memohon supaya Tuhan tidak usir dia. Di sini ada hal yang luar biasa terjadi, Tuhan menyatakan kuasaNya atas danau, sekarang Tuhan menyatakan kuasaNya atas roh jahat. Roh jahat pun langsung sujud kemudian memohon kepada Tuhan untuk tidak mengusir dia. Ini adalah orang yang sangat kasihan keadaannya. Alkitab mengatakan orang ini sudah dirasuki oleh setan-setan dan lama tidak berpakaian. Tidak berpakaian menunjukan status atau level manusia yang rendahnya mirip binatang. Di dalam konsep Yahudi, orang yang telanjang menunjukan dirinya serendah binatang, orang tidak pakai baju adalah orang yang tidak layak disebut orang. Maka Saudara jangan terlalu bangga memamerkan badan, orang yang terlalu bangga memamerkan badan sedang memamerkan diri sedikit lebih rendah dari kemanusiaan yang seharusnya. Di dalam konsep Yahudi, pakaian sangat penting. Saudara jangan berpikir pakaian adalah sesuatu yang terjadi karena manusia jatuh dalam dosa, sebab dalam Kitab Kejadian, pakaian menunjukan status. Adam dan Hawa tidak memakai pakaian karena belum melewati ujian, belum tahu pakaian kemenanngankah atau pakaian penebusan yang akan dikenakan. Waktu Adam dan Hawa jatuh, Tuhan pun mengenakan pakaian kulit binatang, ini pakaian penebusan. Mengapa mereka jadi merasa malu, padahal tidak perlu merasa malu? Karena mereka jatuh dalam dosa. Mengapa mereka bisa tidak merasa malu, padahal kalau kita harus merasa malu di dalam masyarakat. Paus Yohanes II mengatakan tentang ini, Adam dan Hawa tidak merasakan malu telanjang bukan karena orang harusnya telanjang, tapi karena Adam dan Hawa adalah suami istri. Suami istri tidak perlu merasa malu satu sama lain, tapi dalam masyarakat manusia harus tutup badannya. Maka tutup badan dengan pakain kemenangan atau pakaian penebusan? Adam dan Hawa yang gagal, ditutup dengan pakaian penebusan yaitu dari kulit binatang. Maka Tuhan menetapkan sejal awal budaya manusia mencakup pakaian. Berarti pakaian menandakan manusia adalah manusia, tapi tidak ada binatang seperti ini. Itu sebabnya ketika orang itu dirasuk oleh setan, setan membuat manusia tidak lagi menjadi manusia, setan akan kerjakan apa pun untuk manusia menjadi tidak seperti manusia. Dia manusia tapi mengapa telanjang? Karena kerasukan setan.

Lalu hal kedua dikatakan dia tidak tinggal dalam rumah tapi dalam pekuburan. Kalau baca ini bacalah dari sudut pandang Yahudi karena ini tulisan dari orang latar belakang Yahudi, jangan baca dari latar belakang Indonesi kontemporer. Sekarang kalau kita dengar kuburan, identik dengan hantu. Tapi orang Yahudi tidak takut hantunya, di dalam konsep Yahudi yang dibentuk oleh Taurat, kuburan itu identik dengan kenajisan. Orang Yahudi kalau sentuh mayat, 7 hari najis, harus upacara dulu pembersihan diri baru boleh masuk. Bangkai binatang mau pun mayat manusia tidak boleh disentuh, begitu disentuh dia najis dulu. Taurat mengatakan hanya orang yang mengalami kematian orang tua yang boleh meratap dengan menyentuh mayatnya, tapi tetap dia dinyatakan najis. Mengapa kematian itu dipisahkan dari orang Yahudi? Karena Tuhan mau mengatakan harusnya tidak mati. Upah dosa adalah maut, maka kematian adalah sesuatu yang dinajiskan, maka orang Yahudi tidak mau dekat kuburan karena kuburan tempat najis. Jadi kalau Saudara jalan sama orang Yahudi lewat kuburan, Saudara takut hantu, dia takut najis, mereka akan mengatakan “kami tidak mau dekat kuburan, ini tempat najis”. Jadi gambaran ini kalau dibaca dari sudut pandang Yahudi berarti orang ini senang tempat yang najis, mengapa senang tempat yang najis? Karena dirasuki setan, setan membuat senang orang mengerjakan apa yang masyarakatnya tidak baik.

Orang ini dipengaruhi, dirasuk oleh setan, dia menjadi telanjang, dia tinggal di pekuburan, dia tidak bisa kuasai dirinya, dia tidak bisa berpikir, seluruh dirinya diambil alih oleh setan. Dalam keadaan kasihan seperti ini, dia sangat menderita karena Alkitab mengatakan roh itu menyeret-nyeret dia mengerjakan apa yang dia tidak mau. Pernahkah merasa diseret oleh Roh Kudus? Maupun Tuhan mengatakan kepada Petrus “engkau akan diikat dan dipaksa untuk pergi ke tempat yang engkau tidak mau”, tapi Petrus melakukan itu dengan kesadaran penuh, dia dengan rela melakukan. Ini paradoks yang unik, Roh Kudus memaksa kita tapi pada waktu itu terjadi kita tidak merasa sedang dipaksa. Tapi roh setan memaksa orang melakukan hal yang dia tidak mau lakukan. Setan merasuk orang memang merusak seperti itu, tapi setiap pekerjaan setan ditujukan untuk membuat efek rusak yang sama, meskipun dia tidak merasuki Saudara, dia membujuk Saudara berbuat dosa, dia membuat Saudara mengabaikan kebenaran, membuat Saudara menjadi egois, menjadi serakah, menjadi penuh hawa nafsu, menjadi melakukan apa pun yang Saudara mau, efeknya akan sama. Setan kerjakan hal untuk membuat kacau, sedangkan setan kerjakan hal-hal yang akan membuat damai sejahtera. Maka orang ini dipaksa ke tempat yang dia tidak mau, diabaikan dari lingkungannya dan yang pasti dijauhi oleh orang. Bayangkan manusia seperti ini tidak punya rumah, tidak punya kenyamanan, tidak punya kuasa atas tubuhnya sendiri, tidak punya masyarakat yang memperdulikan dia. Hidup terisolir, hidup sendiri, hidup dengan cara mirip binatang, hidup tanpa kesadaran bahwa dia adalah manusia, ini orang yang tidak berguna, tidak berharga dan kalau pun dia mati mungkin lebih baik bagi masyarakat. Mungkin banyak orang yang menganggap “sudahlah lebih baik orang ini mati”, mungkin ada saudaranya yang kehilangan harapan, berusaha supaya orang ini sembuh tapi tidak sembuh-sembuh, lalu menganggap lebih baik dia mati supaya tidak mengacaukan kehidupan di sini lagi. Bayangkan ketakutan yang dialami kalau dia datang berteriak-teriak, memukul orang, menyiksa orang, sudah diikat besi pun dia bisa putuskan. Tapi yang Tuhan lihat bukan pengaruh setannya, yang Tuhan lihat adalah manusianya yang jadi korban.

Jadi perhatikan hal ini, Yesus pergi mengarungi danau, melewati ombak gelombang, ini perjalanan sangat sulit tetapi ternyata yang dituju dari perjalanan sulit adalah satu orang yang kerasukan setan ini. Apa pentingnya satu orang ini? Mengapa Yesus harus melakukan perjalanan yang menyimpang dari tujuan asli untuk sementara? Menghadapi bahaya begitu besar hanya untuk satu orang kerasukan, seperti tidak masuk akal. Biaya yang dihabiskan, energi yang dihabiskan, tidak seimbang dengan hasil yang didapat. Tapi justru ini yang Tuhan ajarkan. Injil Lukas sedang mengatakan kepada kita Yesus menyimpang dari tujuan semula untuk memenangkan orang yang bukan siapa-siapa. Inilah suatu hal yang penting dari Lukas, Yesus tidak mau perjalananNya diganggu oleh siapa pun. Tapi Injil Lukas mencatat tidak pernah diabaikan orang yang terpinggirkan. Yesus tidak pernah mengabaikan orang yang kerasukan, orang yang sakit, orang yang miskin. Satu hal yang penting yang diajarkan Injil Lukas adalah fokus yang jelas hanya boleh diganggu justru oleh orang-orang yang kurang penting. Ini unik, kita selama ini terbiasa untuk punya relasi dengan orang penting, punya relasi dengan orang bernilai tinggi, tapi Tuhan Yesus tidak melihat perbedaan itu, Dia peka akan pimpinan Tuhan lalu menyatakan “ini anugerah Tuhan bagi kamu”. Maka Dia arungi danau, lewati ombak dan gelombang hanya untuk menjangkau orang yang kerasukan. Ketika orang yang kerasukan itu diusir setannya, setannya bukan pergi malah nego. Alkitab mengatakan setan itu membawa orang ini sujud di depan Yesus dan memohon belas kasihan “Yesus, Anak Allah yang Maha Tinggi, saya tahu siapa Engkau, mengapa ganggu kami? Kami kan tidak melakukan apa-apa, kami tidak ganggu pelayananMu, kami tidak ganggu murid-muridMu, yang kami ganggu adalah orang kafir”, kira-kira itulah yang dia coba katakan. Dia coba mengatakan kepada Yesus “Yesus, Anak Allah yang serba tinggi, mengapa engkau menyeberangi Danau Galilea, ke tempat orang kafir untuk usir kami. Kalau kami mengganggu Yerusalem, usir kami, kalau kami mengganggu bait Allah, usir, ini kami menganggu orang kafir, mengapa diusir juga?”, seolah-olah inilah yang dia coba katakan, tapi Tuhan Yesus tidak peduli, Yesus mau orang ini dibebaskan.

Maka Tuhan Yesus tanya nama “siapa namamu?”, dan orang itu menjawab “legion”, ternyata dia kerasukan banyak setan. Satu legion Romawi itu minimal 5.000 orang, tapi biasanya 7.000. bahkan biasanya 1 legion Roma di Yerusalem itu biasanya 13.000. Jadi bayangkan berapa banyak setan di orang ini? Orang ini kerasukan setan demikian banyak. Lalu Yesus tanya “siapa namamu?”, artinya waktu Tuhan Yesus bertanya, Yesus mengklaim otoritas yang dinyatakan oleh setan itu. Setan mengatakan “Engkau Anak Allah yang Mahatinggi”, Tuhan Yesus mengatakan “iya”, dan otoritas itu dinyatakan lewat pertanyaan. Bertanya itu adalah lambang otoritas dalam konsep orang Yahudi. Jadi di sini Tuhan menyatakan otoritasNya “siapa namamu?”, legion menjawab “kami legion”, Alkitab menjelaskan karena dia banyak. Lalu setan itu mohon jangan usir, pas waktu itu sekelompok babi lewat, ini karena bangsa kafir pelihara babi. Di daerah Yerusalem tidak mungkin orang pelihara babi, langsung ada huru-hara kalau berani pelihara babi di wilayah Yerusalem. Waktu orang-orang kafir ini berternak babi, mereka tidak diganggu karena ini wilayah bangsa lain. Lalu babi itu lewat, setan itu memohon “bolehkah kami pindah ke babi itu?”, dan mereka mesti tunggu persetujuan Yesus. Setan hanya bisa kerja kalau Tuhan mengijinkan, jadi tetap Tuhan yang berdaulat, sekeras apa pun pekerjaan setan tidak akan lebih dari apa yang Tuhan ijinkan. Itu sebabnya dikatakan “yang kamu alami tidak mungkin lebih besar dari kekuatanmu, Tuhan akan beri jalan keluar. Karena godaan setan sehebat apa pun, tetapi Tuhan batasi. Maka kalau Saudara jatuh karena godaan setan, jangan bilang “Tuhan, setan begitu kuat sehingga saya jatuh”, Tuhan akan mengatakan “kekuatan dia itu dibatasi, Aku membatasinya sampai level engkau bisa menang. Mengapa tidak menang juga?”, ini kira-kira yang mau dinyatakan. Maka setan itu minta ijin “boleh pindah?”, Yesus mengatakan “silahkan”, maka mereka pindah ke babi. Binatang-binatang ini pun terjun dan kita tahu waktu setan datang, setan mengacaukan ciptaan, setan membuat ciptaan tidak bisa cocok untuk dihidupi manusia. Jadi waktu kita jauh dari Tuhan, semua menjadi rusak. Apa yang kita pikir bagus itu sebenarnya satu tipuan yang membuat hidup makin sengsara. Jadi waktu setan masuk dalam babi, babi itu terjun semua dan mereka mati lemas. Arkeolog sudah menemukan daerah di pinggir Danau Galilea dimana ada kota yang menuju ke atas, setelah itu tebing, bawahnya langsung danau, akhirnya tempat ini ketemu dan tempat ini sulit disebutkan di mana. Ini spot yang ditinggali oleh orang Gadara atau Gerasa.

Alkitab mencatat manusia yang tadinya kerasukan setan berubah total, tadinya dia tidak bisa kontrol dirinya, sekarang dengan tenang bisa berbicara dengan Yesus Kristus. Tadinya dia tidak punya rumah, Yesus mengatakan “pulanglah ke rumahmu”. Tadinya dia telanjang, setelah itu dia pakai pakaian, setelah berpakaian dan menjadi waras, dia duduk di dekat kaki Yesus. Tadinya menyembah Yesus minta ampun supaya tidak dihukum, sekarang duduk di kaki Yesus dengan penuh relasi, penuh cinta kasih yang belum pernah dia alami sebelumnya. Jadi orang ini berubah total keadaannya. Di sini kita bisa saksikan kebaikan Tuhan yang besar sekali, Tuhan sengaja menyimpang dari tujuan utama untuk mengambil orang tidak penting ini. Mungkin kita sering merasa “saya bukan siapa-siapa, Tuhan tidak mungkin ingat saya”, tapi cerita ini mengingatkan orang paling hina dalam masyarakat pun kalau Tuhan beranugerah, Dia akan belok lalu Dia akan dapati orang itu. Dan setelah orang ini sembuh, dia mengatakan “bolehkah aku mengikuti Engkau ya Tuhan? Di sini saya sudah tidak ada apa-apa, saya mantan orang kerasukan setan, tidak mungkin diterima bekerja lagi. Orang akan usir saya, orang akan benci saya, orang akan kucilkan saya. Bolehkah saya ikut Engkau”, Yesus menjawab “jangan, engkau kembali dan ceritakan kepada semua orang di sini dan ceritakan apa yang sudah aku perbuat kepadamu”. Jadi Tuhan mengijinkan orang ini jadi misionaris utama. Maka Yesus memberikan pengutusan yang pertama kepada orang yang barus sembuh. Lalu diutus ke mana? Di tempat dia sendiri, tempat dimana mungkin akan ditolak. Bagian ini mengingatkan kepada kita berapa besar anugerah Tuhan dan berapa besar pimpinan Tuhan untuk orang-orang yang dia mau jangkau, yang seringkali di luar pikiran dan perkiraan kita.

Dari narasi ini setidaknya ada 3 hal yang bisa kita renungkan, hal pertama adalah Tuhan Yesus mencintai orang-orang yang mungkin tidak layak untuk dicintai, Dia memberikan perhatian kepada orang-orang yang sepertinya tidak perlu diberikan perhatian, tapi Yesus sengaja berbelok dan menjangkau orang ini. Hal kedua yang kita bisa lihat, Yesus membebaskan orang ini dari keadaan dicengkeram setan menjadi berbalik total, Yesus Kristus memperbaiki kemanusiaan seseorang. Yesus tidak mati hanya untuk membuat kita masuk sorga saja, Yesus mati setelah itu memberikan efek, memperbaiki karakter, memperbaiki moral kita, memperbaiki tingkah laku kita dan membuat kita menjadi orang yag lebih seperti manusia, seperti yang Tuhan mau. Sebelumnya belum ada rumah, Yesus mengatakan “kembali ke masyarakatmu”, sebelumnya tidak bisa kuasai diri setelah itu dia duduk dengan tenang, sebelumnya tidak berpakaian setelah itu berpakaian, sebelumnya gentar penghakiman setelah itu relasi dengan kasih dengan Kristus, maka ini hal kedua yang bisa kita lihat. Tuhan membangkitkan orang ini lalu mengutusnya ke tempat yang tidak disangka sebelumnya, inilah hal yang ketiga. Inilah yang bisa kita lihat dari panggilan Tuhan Yesus kepada orang yang kerasukan ini. Kiranya boleh jadi berkat dan membimbing kita untuk hidup dengan setia kepada Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)