(Lukas 8: 16-21)
Hari ini saya ingin membahas fokus ke dalam ayat 18-21. Di dalam ayat 18 dikatakan “perhatikanlah cara kamu mendengar karena siapa yang mempunyai” maksudnya adalah cara mendengar dengan benar, “..kepadanya akan diberi sesuai dengan apa yang dia dengar. Tapi siapa yang tidak mempunyai..”, yaitu siapa yang tidak mempunyai kemampuan mendengar, “..dari padanya akan diambil juga apa yang dia anggap ada padanya”. Ini yang saya ingin bahas di dalam khotbah hari ini, apakah yang kita bisa dapat dari cara mendengar yang benar dan apakah yang akan kita hilang dari cara mendengar yang tidak benar. Ada 4 hal yang ingin saya bagikan.

Hal pertama, waktu Saudara mendengar dengan benar maka Saudara akan mengenal siapa Allah. Dan bagaimana membedakan mengenal dengan benar dan mengenal yang palsu? Mengenal yang benar, di ayat 21 adalah setelah orang dengar, melakukan. Setelah Saudara mendengar Firman tentang Allah lalu Saudara melakukan pendengaran itu, Saudara akan menjadi orang yang berbahagia. Karena di dalam mengenal Tuhan, Saudara akan mempunyai perlakuan hidup, tingkah laku hidup yang sujud menyembah, inilah kaitan yang erat tentang kaitan mendengar dan tingkah laku. Apa perbuatan yang kita lakukan dalam mengenal Allah? Perbuatan itu adalah sujud dalam perasaan takut akan Tuhan. Waktu Saudara dengar siapa Tuhan lalu dengan sujud dan hormat menyembah Dia, orang ini adalah orang yang mendengar dan mendapatkan kelimpahan. Kelimpahan apa yang didapat dari mengenal Tuhan? Kelimpahan itu adalah kenyamanan jiwa berada bersama dengan Tuhan. Kenyamanan ini adalah kenyamanan yang dicari dunia, tapi dunia tidak dapat. Ini adalah kenyamanan yang orang rindukan, tapi orang tetap tidak bisa dapat. Di dalam perkataan seorang bernama Martin Buber, dia mengatakan ketika kita berelasi dengan sesuatu, tapi di balik sesuatu itu tidak ada pribadi, maka itu akan menjadi relasi I and it, saya dan benda itu. Tapi kalau di balik benda itu ada pribadi, maka relasi saya dengan benda itu akan menjadi cerminan relasi saya dengan pribadi di balik benda itu dan ini menjadi I and thou. Saya berikan contoh untuk pengertian ini, I and it, saya dan benda itu adalah contoh relasi Saudara dengan benda-benda yang ada di sekeliling tetapi dibaliknya tidak ada pribadi apa pun. Misalnya Saudara melihat benda ini, atau Saudara melihat bunga ini, atau Saudara lihat kursi tempat Saudara duduk, Saudara tidak pernah punya encounter dengan benda ini. Tidak ada orang yang setelah kebaktian, merasa kangen dengan kursi, lalu tepuk-tepuk kursi dan mengatakan “minggu depan saya datang lagi, sabar ya”, ini orang gila. Itu sebabnya relasi apa pun yang tidak berkait dengan pribadi di belakangnya itu akan membuat kita kering dan kosong. Mengapa zaman kita kering? Karena zaman kita belajar memperlakukan orang sebagai it, I and it, “kamu adalah rekan bisnisku, kamu adalah orang yang bisa saya manfaatkan, kamu adalah jaringan untuk mendapat apa yang saya mau”, jadi kita tidak pernah menghargai pribadi itu sebagai pribadi. Ada seorang bernama Sherry Turkle, pengajar dari MIT, dia mengajar sosiologi di situ. Dan dia mengatakan di dalam zaman dimana teknologi sangat menolong kita berelasi justru adalah zaman paling banyak kesepian. Dia mengatakan penyakit kita adalah kesepian, kita paling banyak menderita kesepian. Kita menderita kesepian di tengah-tengah dunia yang katanya relasi sudah dipermudah oleh teknologi. Ini terjadi karena tidak terbiasa memperlakukan person sebagai person, terbiasa tidak memperlakukan manusia sebagai manusia. Manusia diperalat dan saya pun diperalat oleh manusia lain, akhirnya relasi memperalat menjadikan manusia hidup di tengah zaman yang penuh konflik, penuh kekosongan, penuh kesepian. Tapi karena memang Tuhan cipta kita perlu berelasi dengan Tuhan. Siapa yang abaikan ini hanya akan temukan kekosongan di dalam diri. Itu sebabnya di dalam bagian pertama sangat penting untuk memiliki cara mendengar, kalau engkau mendengar dan bertindak dan melakukan yang kamu dengar, yaitu mengenal tentang Tuhan dan takut akan Tuhan sebagai respon, maka engkau akan mendapatkan ketenangan jiwa, tapi siapa yang pikir sudah punya akan diambil. Orang yang berpikir sudah tenang akan temukan fakta bahwa ketenangannya itu palsu. Akhirnya orang akan sadar uang tidak bisa bikin tenang, pasangan tidak bisa bikin tenang, kerjaan tidak bisa bikin tenang, tidak ada apa-apa yang bisa bikin tenang. Jadi yang tidak punya cara mendengar, apa yang dia miliki pun akan diambil.

Hal yang kedua, barangsiapa yang mempunyai akan diberi, siapa yang tidak mempunyai akan diambil. Hal apakah yang akan diberi? Hal kedua adalah kalau kita mendengar dengan benar maka kita akan mengenal diri dan setelah kita mendengar dengan benar kita akan bertindak sesuai dengan apa yang kita dengar. Maka sifat-sifat Tuhan akan masuk ke dalam diri kita. Saudara dengar perintah Tuhan “hidup kudus” lalu Saudara jalankan, Saudara akan menikmati fakta bahwa diri Saudara menjadi tenang sebab Tuhan terima dan Tuhan bimbing. Antara penerimaan diri dan juga tuntutan untuk memperbaiki diri, dua-duanya harus ada. Di dalam dunia kita banyak orang menjalani kegelisahan, bukan hanya karena tidak berlabuh di dalam Tuhan jiwanya, tapi juga karena tidak bisa terima diri. Ada orang-orang yang sulit terima diri karena menetapkan standard “saya hanya diterima kalau saya berprestasi, saya hanya diterima kalau saya mempunyai harta, saya hanya diterima kalau saya pintar”. Ini adalah beban hidup dari banyak sekali orang, terutama orang muda, dia berusaha memenuhi ekspektasi kelompoknya untuk menjadi signifikan, untuk menjadi mempunyai makna yang bisa diterima dan menenangkan dirinya. Siapa yang tidak bisa terima? Dirinya, bagaimana supaya bisa diterima? Dia mau orang lain terima dirinya supaya diri terima diri dan menjadi tenang. Tapi ini tidak akan pernah terjadi, karena Saudara tidak hidup untuk memenuhi ekspektasi kelompok. Dan Saudara tidak hidup untuk memenuhi ekspektasi diri. Tidak ada orang yang akan menolak Saudara karena Saudara kurang hebat. Tapi diri Saudara yang menolak, maka diri Saudara ingin diri menjadi hebat dalam standar yang sebenarnya bukan dari Tuhan lalu paksa diri untuk berada di situ, bagaimana ini tidak menjadi tekanan. Maka dikatakan yang tidak mau mendengar akhirnya jatuh dalam ekspektasi yang tidak real dan bukan dari Tuhan, lalu tidak mempunyai penerimaan diri oleh diri sendiri dan apa yang dia pikir ada padanya akhirnya diambil, tidak ada ketenangan. Siapa yang tidak tenang karena dirinya kurang hebat, kurang pintar dan lain-lain? Itu masuk dalam hal yang sama, dia belum bisa menerima diri sebagaimana Tuhan terima dirinya. Kita tidak dipanggil untuk senangkan orang, kita dipanggil untuk menjadi ideal di dalam pandangan Tuhan dan di dalam ketetapan Tuhan untuk saya berdasarkan ukuran saya. Saya tidak harus jadi orang lain, tapi saya harus sadar 2 hal, pertama Tuhan terima saya dan saya sudah aman di dalam Dia, kedua Tuhanlah yang tuntun saya dan saya berjuang mati-matian untuk mengikuti standar Tuhan, bukan untuk diri diterima. Itu sebabnya dalam teologi Reformed, predestinasi menjadi doktrin yang sangat penting. Karena dari predestinasi kita sadar, saya diterima sebelum saya bertobat, maka penerimaan saya itu aman, saya sudah diterima dulu baru saya berjuang untuk hidup lebih baik. Ini beda sekali dengan orang yang berjuang dulu demi mendapatkan penerimaan. Maka ini menjadi 2 yang mengurung manusia, kalau dia tidak munafik, dia akan jadi orang yang pamer dosa. Tapi Alkitab menyatakan hal yang lain, kita bukan pamer dosa tapi kita bukan orang yang munafik, tapi kita juga bukan orang yang bangga sama dosa kita. Itu sebabnya ketika ada acara yang mengharuskan orang datang, akui dosa dengan berani, akhirnya jadi berani karena semua mengaku dosa, ini namanya pameran dosa, bukan pengakuan dosa. Saudara tidak dituntut untuk cerita dosa ke semua orang. Ini gaya postmodern “saya cerita semua, supaya orang tahu saya bobroknya seperti ini”, itu namanya orang yang sudah kebal, mati rasa, tidak malu lagi bahwa dia sudah berdosa. Tapi orang yang sejati bukan munafik, tapi dia tahu dia akan mempermalukan dirinya luar biasa kalau dia menceritakan dosanya, karena dia masih anggap ini dosa. Zaman sekarang banyak orang cerita karena tidak anggap dosa, tapi karena sudah anggap remeh itu. Mengatakan fakta dosa, sama seperti orang sudah mencuri satu buah apel dari tetangganya, seperti hal yang begitu ringan. Tapi orang yang sadar berapa besar dosa, dia harus ngomong, harus mengakui, tapi tidak mungkin mengakuinya dengan umbar dan dengan keberanian seperti itu. Maka zaman kita harus dinetralkan dengan Alkitab, yaitu fakta bahwa saya berdosa, harus saya tangisi. Tapi fakta bahwa Tuhan terima saya, harus saya rayakan. Saya harus bersyukur pada fakta Tuhan terima, tapi di sisi lain saya sangat benci keberadaan saya yang oenuh dengan dosa. Itu sebabnya siapa yang mendengar Firman Tuhan, yang menuntut kita untuk hidup suci, tapi yang juga menyatakan bahwa kita sudah diterima, di situ akan memberikan ketenangan. Tapi apakah mendengar saja cukup? Tidak, selain mendengar harus kerjakan, harus berjuang hidup suci, harus berjuang tinggalkan dosa. Sama dengan hidup suci, Saudara nonton orang hidup suci, dengar apa itu hidup suci, sendiri tidak hidup suci, tidak ada nikmat apa-apa. Waktu Saudara menjalani baru tahu hidup suci nikmatnya seperti ini. Yang tidak hanya bisa menonton dari jauh.

Hal ketiga, di dalam mendengar dengan benar akan membuat kita mengenal lingkungan kita, waktu hidup kita. Dan mengetahui bahwa di dalam waktu hidup kita Tuhan sedang bekerja. Orang yang dengar menyadari Tuhan sedang bekerja. Tapi waktu mendengar hanya jadi penonton tidak ada gunanya. Waktu Saudara mendengar kemudian berbagian, baru disitu ada kelimpahan hidup seperti yang Tuhan janjikan. Itu sebabnya perhatikan cara kita mendengar, perhatikan cara kita melatih kepekaan untuk melihat di mana Tuhan sedang bekerja. Saya percaya gerakan Reformed Injili adalah anugerah besar, tapi anugerah bukan untuk ditonton. Saya tidak bilang semua mesti ikut gereja ini, sama sekali tidak, tapi saya mau tanya yang dikerjakan itu apakah bagian yang Tuhan sedang kerjakan atau tidak? Saudara peka mendengar lalu melakukan sesuatu di dalam hidup, harus dilakukan di dalam koridor Tuhan kerja, baru saya ikut. Waktu Tuhan ijinkan kita lihat Dia bekerja, di situ ada kelimpahan yang besar karena saya mendengar, saya mengetahui Tuhan sedang bekerja, lalu saya berbagian, bukan cuma penonton. Waktu saya berbagian baru saya rasa apa artinya tanganku baru mau kerja, ternyata Tuhan siapkan semua, di situ baru kita mengetahui. Maka Saudara yang selama ini cuma jadi penonton yang lihat “Gerakan Reformed kerjakan ini, kerjakan ini”, kalau Saudara tidak ada beban atau panggilan untuk yang lain atau Saudara bukan gereja yang lain, kalau Saudara di gereja yang lain lalu mengurusi di sana, kemudian datang ke sini dengar Firman, saya tidak mempengaruhi Saudara, Saudara punya panggilan mulia untuk kerjakan itu di gereja Saudara. Tapi kalau Saudara tidak, lalu Saudara hanya jadi penonton untuk Gerakan Reformed Injili, mari coba pikirkan kembali, Saudara menjadi orang yang mendengar tapi tidak melakukan, tidak mendapatkan kenikmatan melihat Tuhan bekerja. Mari berbagian, lalu lihat waktu Tuhan kerja, saya mengikuti, di situ ada kelimpahan besar menikmati Tuhan. Maka saya mengenal lingkungan, mengenal waktu Tuhan bekerja dan berbagian di dalamnya. Siapa mendengar dengan benar akan tahu kapan Tuhan bekerja, di mana Tuhan bekerja, sedang kerjakan apa. Jangan melayani hanya karena interest pribadi, jangan melayani hanya karena merasa diri dapat berkat di satu tempat.

Lalu yang terakhir, Saudara mendengar dengan benar dan bereaksi dengan benar adalah di dalam ayat 19-21. Tuhan Yesus mengatakan di sini sebagai contoh yang indah sekali, waktu ayat 18 mengatakan “perhatikan cara kamu mendengar, yang mendengar dengan benar akan mempunyai, yang tidak mendengar akan diambil”. Hal keempat yang dijanjikan adalah relasi, ini ada di ayat 19-21. Di dalam ayat 19-21 dikatakan ibu dan adik-adik Yesus mau ketemu Tuhan Yesus, tapi di rumah di mana Tuhan Yesus berada, orang banya penuhi tempat itu. Sehingga waktu mereka mau masuk tidak bisa lewat, mereka panggil satu orang murid “tolong bilang ke Rabi, tolong bilang ke Gurumu bahwa ada ibu dan adik-adikNya mau ketemu”, lalu orang itu berusaha masuk, akhirnya sampaikan berita “ada ibuMu dan saudara-saudaraMu di luar mau bertemu dengan Engkau”, reaksi Yesus apa? Yesus langsung mengatakan “siapa ibuKu, siapa saudaraKu, dia yang mendengar dan melakukan, dialah ibuKu dan saudaraKu”, ini seperti menolak keluarga. Orang sering tafsir seperti itu, “Tuhan Yesus saja mengabaikan keluarga, jadi kalau kita mengabaikan keluarga demi Kerajaan Allah, itu suci”. Tidak. Tuhan Yesus mengingatkan di bagian yang lain ketika ada orang tanya “mana lebih penting, rabi, guru agamaku, pendetaku atau orang tuaku? Menurut para rabi, rabi harus nomor satu. Kalau gurumu, atau pendetamu, atau rabimu sakit dan orang tuamu sakit, peliharalah nabi dulu, uang berikan ke dia dulu, baru setelah itu orang tuamu”. Yesus sangat marah waktu dengar ini, maka Dia mengatakan “di dalam Kitab Suci dikatakan hormati orang tuamu. Mengapa kamu langgar perintah itu demi kenikmatan tradisi yang akan menjunjung tinggi engkau”, ini kira-kira tafsiran saya atas bagian ini. Jadi Tuhan Yesus sangat benci kepada orang yang mengabaikan keluarga. Tuhan mengatakan Firman Tuhan tidak boleh diabaikan, yang satu boleh kamu kerjakan, tapi dilakukan tanpa mengabaikan yang lain. Orang tua diberikan tempat penting di dalam agama Kristen, engkau harus hormati mereka. Hormatilah orang tuamu hai anak, hormatilah pemerintahmu hai rakyat, ini Firman Tuhan. Saya tidak tahu seberapa berat kita mau menjalankan ini, tapi harus, karena Tuhan yang perintahkan. Saudara berhutang seluruh hidup kepada Tuhan dan Tuhan memberikan Firman “hormati”. Saya sangat bersyukur ketika mendengar sharing orang-orang yang tidak terlalu dapat anugerah dapat orang tua yang baik. Orang tua yang picik, orang tua yang memberikan keputusan yang salah, orang tua yang hanya akan menghancurkan hidup ketika dia memberikan keputusan, tapi ada anak-anak yang mengatakan “saya tetap berusaha papa saya bilang iya dulu, baru saya kerjakan. Kalau papa saya bilang tidak, saya tidak kerjakan, saya tidak mau berontak dulu karena saya tahu saya mesti taat sama dia”, apakah rela taat? Tidak, karena dia tidak pernah punya kebijakan yang benar, seluruh keputusannya salah, tapi dia mau belajar taat dulu. Ini orang yang baik. Alkitab memerintahkan kita untuk menghormati orang tua, bagaimana mungkin Yesus mengabaikan orang tuaNya sendiri. Tapi ini ada salah satu kebiasaan Tuhan Yesus yaitu sering memakai hal yang tiba-tiba terjadi untuk memberikan contoh bagi Kerajaan Allah. Maka Yesus sedang mengatakan bukan menegasikan ibu dan saudara-saudaraNya, tapi justru melibatkan orang lain di dalam relasi yang sama dengan ibu dan saudara-saudaraNya. Itu sebabnya dari Injil Lukas kita bisa loncat Kisah Para Rasul, dalam Kisah Para Rasul sering kali dicatat ibu Yesus dan murid-murid bersama-sama, mereka menjadi satu keluarga. Jadi Yesus mengatakan “seperti cintaKu kepada ibuKu, demikian cintaKu kepadamu. Seperti cintaKu kepada saudaraKu laki-laki dan perempuan, demikian cintaKu kepadamu”, mu-nya adalah siapa yang mendengar Firman dan melakukannya. Maka Yesus sedang mengatakan kalau orang mendengar Firman dan melakukan, menjadi satu komunitas Kristen atau komunitas yang berkumpul, ini adalah komunitas paling indah di seluruh dunia. Mengapa gereja sekarang tidak bisa mencerminkan hal ini? Karena sedang dapat serangan dari setan, kalau gereja pun tidak bisa jadi contoh untuk relasi, dunia sudah tidak punya contoh. Apa bedanya orang yang mendengarkan Firman dan tidak? Yang mendengar Firman tahu bahwa Tuhan memerintahkan kita untuk mementingkan yang lain. Sedangkan yang mendengar dan melakukan bukan hanya tahu bahwa kita harus mementingkan orang lain, tapi juga hidup untuk mementingkan yang lain. Saya mendengar tentang apa yang Tuhan mau saya lakukan bagi sesama, dan saya menemukan saya di tengah-tengah komunitas yang juga mempunyai jiwa yang sama, sama-sama dengar Firman, sama-sama mau berbagi hidup dengan yang lain. Kiranya Tuhan memberkati dan menjadikan kit aorang yang mendengar dan mendapatkan limpah apa yang Tuhan janjikan bagi kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)