(Mazmur 2: 1-12; 22: 15-22)
Kita membaca 2 bagian dari Mazmur yang keduanya adalah nubuat tentang seorang yang di dalam Mazmur 2 adalah anak Daud yang akan berkuasa. Tapi di Mazmur 22 ada seorang yang menjadi korban di dalam kemalangannya karena ditindas dan juga disakiti oleh orang-orang sekelilingnya. Ini adalah 2 bagian yang sangat unik, yang satu seolah-olah menggambarkan pengharapan Israel tentang raja yang akan datang, sedangkan yang satu lagi adalah pengharapan orang Israel untuk mempunyai pengharapan di dalam keadilan Tuhan, mempunyai harapan di dalam perubahan dari keadaan yang ditindas menjadi keadaan yang bebas juga dilakukan oleh Tuhan. Ini merupakan bagian yang menggambarkan pengharpaan di masa depan. Mazmur 2 adalah pengharapan eskatologis, di sini dikatakan, ayat 7 “Ia berkata kepadaku: AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini”, “pada hari ini” maksudnya apa? Sangat penting untuk memahami hari ini di dalam Mazmur 2:7, Tuhan berkata “AnakKu engkau! Engkau telah kupernakkan pada hari ini”, ini bukan berita kelahiran seorang anak, ini bukan berita proses kelahiran anak dari orang tuanya, tapi ini adalah proses pengangkatan sebagai raja. Istilah Anak Allah atau pun Anak Manusia di dalam Kitab Daniel, dan Anak Allah di dalam beberapa bagian Kitab Suci Perjanjian Lama itu berbicara tetntang raja. Waktu dinyatakan “Anak Allah Engkau”, ini berarti adalah Sang Raja. Maka dengan unik Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa Kristus adalah Sang Anak Allah di dalam pengertian yang literal, Dia adalah Sang Anak dari Bapa. Tetapi juga dalam pengertian yang simbolik yaitu Dia adalah Sang Raja yang akan bertahta sampai selama-lamanya. Jadi ketika dikatakan “AnakKu Engkau”, ini adalah satu pernyataan bahwa Sang Anak itu akan dinobatkan menjadi Raja.

Kapan itu akan dilakukan? Dikatakan “hari ini”, “hari ini” itu kapan? Di dalam Alkitab perkataan “hari ini” selalu konsisten, ini merujuk pada zaman eskatologis nanti, pada hari murka Tuhan dinyatakan, pada hari penghakiman Tuhan dinyatakan, ini selalu bicara untuk keadaan masa depan. Maka ini adalah pengharapan masa depan. Daud mengatakan suatu saat akan ada anakku yang Tuhan juga nyatakan sebagai Anak Allah dan Dia akan bertahta di bumi. Ini bicara tentang kuasa Kristus yang tidak bisa dibandingkan dengan kuasa siapa pun. Bagian ini mengatakan pada waktu Dia dinobatkan menjadi raja di bumi ini, tidak akan ada raja-raja bisa bertahan melawan Dia, tidak akan ada orang-orang yang memberontak melawan Tuhan yang tidak akan ditaklukan di bawah kakiNya. Maka dikatakan di sini “hai raja-raja mulai sekarang sujudlah kepada Tuhan. Karena kalau engkau tidak memutuskn sujud sekarang, suatu saat engkau tetap akan dipaksa sujud”, maka kalau kita sujud dengan rela dan dengan perasaan kagum kepada Sang Raja, kita akan terus menjadi milikNya sampai selama-lamanya. Tapi kalau kita terus menolak Dia, melawan Dia dan memberontak kepada Dia, itu adalah hal yang percuma, suatu saat Saudara tetap dipaksa sujud di dalam kekerasan karena kita memberontak, tapi Dialah yang akan bertahta. Maka di sini ada penggambaran tentang kemuliaan kasih dan penerimaan dari Tuhan bagi orang-orang yang sudah sujud kepada Dia. Tapi juga akan ada murka dan pernyataan kemarahan bagi orang-orang yang memberontak terhadap otoritasNya.

Lalu apakah ini berkaitan dengan kekejaman konsep kuno tentang raja? Raja-raja jahat, galak, memaksa siapa pun yang tidak taat untuk tunduk? Sama sekali tidak, karena di sini dikatakan raja-raja yang tidak mau tunduk itu adalah raja-raja yang tidak bertindak bijaksana, tidak bertindak adil, yang tidak mau sujud untuk tunduk kepada Tuhan. Di ayat 3 dikatakan “mari kita putuskan belenggu, mari buang tali-tali mereka dari pada kita”, manusia di bumi yang menolak Tuhan adalah manusia di bumi yang juga menolak bertindak adil. Di dalam bagian lain di Mazmur dikatakan Tuhan berfirman di dalam sidang Allah, ini berarti sidang para raja, dan Dia mengatakan berlaku adil, bertindak sesuai kebajikan dan belalah hak orang miskin. Jadi Tuhan Yesus tidak akan menghancurkan orang yang tidak layak dihancurkan. Allah Bapa tidak akan menundukan orang dengan paksa untuk hancur di bawah kaki Kristus kalau orang itu tidak menjalani hidup yang bobrok, yang memberontak kepada Tuhan dan yang merugikan sesamanya. Orang yang setia kepada Tuhan dan menantikan Tuhan, pada suatu waktu Kristus datang, akan menjadi sekutunya yang ditinggikan oleh Dia. Ini merupakan gambaran yang unik yang terus dinyatakan dalam Kitab Perjanjian Lama. Sehingga orang Israel melihat pengharapan di dalam Tuhan adalah pengharapan karena Sang Raja yang baik ini akan dinyatakan. Inilah yang mereka nanti-nantikan, mereka senantiasa mengamati siapa raja kita sekarang, siapa pemimpin politik yang akan naik sekarang. Kalau kita melihat dalam Kitab Suci, pengharapan tentang politik, tentang raja-raja, tentang pemerintah, tentang pengaturan kota atau pun masyarakat jauh lebih banyak porsinya dari pada hal lain. Maka kalau kita tidak menikmati kebenaran ini kita akan sulit untuk melihat apa yang Tuhan lihat pada zaman ini. Waktu saya merenungkan bagian ini, saya bingung, maksudnya apa, akhirnya saya menemukan satu penerapan yang unik dalam pengalaman saya sendiri, yaitu ketika saya membaca Alkitab untuk kaitkan dengan hidup, saya sulit untuk mendapatkan kelimpahan yang dimaksud. Tapi waktu saya berubah, saya mempelajari Kitab Suci mau tahu kisahnya demi kisah itu sendiri, pada waktu itu dengan cara yang unik saya justru mendapatkan bijaksana banyak untuk diterapkan dalam hidup. Ketika Robert Morrison ada di Tiongkok, ketika dia sewa rumah, sangat miskin karena uangnya harus dia hemat, dia temukan fakta yang menyedihkan, tembok, atapnya bocor, lalu tetesan air hujan jatuh di atas Alkitabnya. Waktu dia lihat Alkitabnya sudah rusak, dia langsung sujud, berdoa sambil menangis, dia mengatakan “Tuhan, ambil uang atau harta yang lain, tapi jangan Alkitab, mengapa Tuhan ijinkan Alkitab saya basah dan rusak? Tidak ada kesenangan bagiku jika tidak ada Alkitab”, ini yang justru membuat orang menjadi menikmati Firman. Itu sebabnya waktu kita belajar menikmati, kita akan akrab dengan sejarah Israel, makin akrab mengapa Tuhan angkat raja ini, makin akrab dengan sifat Tuhan, makin akrab dengan cara Tuhan menangani sejarah dan kita akan temukan pada waktunya akan ada buah, pada waktunya kita akan bijak, pada waktu kita menghadapi satu situasi dalam hidup tiba-tiba kita ingat bukankah ini mirip dengan peristiwa di dalam Kitab Suci pada waktu itu?

Itu sebabnya waktu kita membaca Alkitab mari kita lihat dalam sejarah Tuhan mengerjakan apa, dalam Kitab SuciNya Tuhan melakukan apa, dan Israel yangs edang bergumul adanya perbaikan, mereka mengharapkan akan ada raja didudukan dan raja ini harus menjadi raja yang menguasai seluruh dunia. Raja ini tidak boleh menjadi cuma salah satu raja, seluruh raja lain akan sujud dan Dialah yang akan memerintah sampai selama-lamanya. Tapi dimana raja ini? Mereka terus bergumul mengharapkan adanya kebaikan Tuhan, mengharapkan adanya perbaikan di dalam keadaan masyarakat, mengharapkan Israel segera menjadi penakluk seluruh dunia melalui raja ini. Jadi mereka sangat mementingkan raja yang datang, raja yang memerintah dan yang menangani seluruh urusan yang rusak, yang kacau diperbaiki dan seluruh bangsa lain boleh ditaklukan. Ini merupakan kerinduan yang mereka panjatkan kepada Tuhan. Maka salah satu yang menjadi tema utama dalam pergumulan Alkitab adalah politik, mana raja yang baik, mana raja yang jahat, bagaimana bersikap di tengah kerajaan yang jahat, bagaimana bersikap di tengah kerajaan yang baik, bagaimana Tuhan memperlakukan raja yang jahat, bagaimana Tuhan memperlakukan raja yang baik. Alkitab mencatat banyak sekali bijaksana, ada seorang raja yang jahatnya bukan main, tapi ada satu peristiwa pertobatan pendek dan Tuhan ampuni dia. Ada seorang raja yang bernama Manasye yang bakar anaknya untuk jadi korban dipersembahkan kepada dewa-dewa kafir, Tuhan begitu marah dan Tuhan katakan “sejak saat ini Aku bersumpah hancurkan Israel”. Setelah Tuhan nyatakan ini. Manasye ditangkap, dibawa ke pembuangan dengan kait dimasukan ke dalam hidungnya. Dia sangat menderita, bayangkan dia dipaksa berjalan jauh dengan kait dimasukan ke hidung, dipenjara dengan hidung penuh darah, dengan luka yang mungkin akan membuat infeksi dan bisa menyebabkan kematian, dia berdoa “oh, Tuhan saya sudah menjadi tahanan, saya sudah tidak punya prajurit yang akan melindungi, saya tadinya raja sekarang tahanan yang tunggu membusuk dan mati. Tapi Tuhan tolong dan ampuni saya”, Tuhan mendengar doanya, maka Tuhan pulihkan dia, dia boleh kembali, kemudian mati. Setelah dia mati, Tuhan tetap jalankan akan membuang Israel. Jadi Tuhan mempunyai cara memperlakukan orang begitu unik, tidak sama, bijaksana Dia yang agung itu bisa kita lihat. Dan karena Tuhan menyatakan bijaksana yang agung ini paling banyak dalam porsi politik maka tidak heran kalau orang Kristen sebenarnya dituntut Tuhan untuk bergumul dan berjuang di bidang politik. Semua orang Kristen dipanggil Tuhan untuk dengan serius mendoakan dan berbagian di dalam perbaikan sosial. Inilah panggilan orang Kristen. Maka waktu kita berjuang, kita bertanya “siapakah teladannya?”, Alkitab mengatakan teladan satu-satunya adalah raja.

Dalam Perjanjian Lama, kita bertanya “raja yang mana?”, maka orang layangkan pandangannya kepada Daud, Daudkah? Tapi Daud juga punya kelemahan, maka Daud mengatakan “saya menyatakan penglihatan”, ayat 6 “Akulah yang melantik rajaku di Sion yang kudus, AnakKu engkau! Engkau telah kuperanakan pada hari ini”. Daud pun mengatakan bahwa ia yang telah menjadi contoh untuk raja yang agung “bukan aku melainkan AnakKu”, Sang Anak Allah yang akan ditinggikan inilah yang akan menjadi contoh mengenai bagaimana seseorang harusnya memerintah dan menyatakan keadilan Tuhan di dunia ini. Jadi mereka berharap setelah Daud, mana keturunan Daud itu? Bisakah itu Salomo? Ternyata tidak. Rehabeam? Ternyata tidak. Yosiakah? Ternyata tidak. Nanti sampai di pembuangan baru mereka sadar “kami sudah kekurangan kemungkinan lagi untuk mempunyai kerajaan yang mandiri. Sekarang kami jadi jajahan dan kami tidak lihat mana raja yang dijanjikan Tuhan yang menyatakan berkat, keadilan dan kebenaran”, ini menjadi pergumulan orang Israel terus. Mereka terus tanya, mereka terus cari, mereka terus berharap. Tapi ayat ini menjadi ayat yang menguatkan mereka untuk mempunyai bijaksana. Mereka waktu baca bagian ini mereka mengingat “oh, Tuhan sudah menjanjikan raja itu datang. Tuhan sudah janji, pasti dia datang”. Maka di sini orang Israel mulai membuat perbedaan, ada raja yang dijanjikan dan ada raja-raja lain. Dan yang ada dalam pikiran mereka berdasarkan Mazmur 2 adalah raja pilihan Tuhan akan hantam raja lain. Inilah yang mereka harapkan, tapi sayangnya mereka lupa mengkombinasikan ini dengan Mazmur 22. Waktu mereka baca Mazmur 22 ada orang yang menderita, ada orang yang diserang oleh musuhnya, orang yang merasa begitu sulit hidupnya, orang yang tenggelam di dalam ketidakadilan, orang yang terus diserang oleh orang-orang dekatnya, ini siapa ya? Ini sedang berbicara tentang raja atau nabi atau penderitaan orang Israel atau siapa? Mereka tidak sadar bahwa Mazmur 22 dan 2 berbicara tentang 1 orang. Kalau hanya bicara Mazmur 2, orang ini adalah orang yang sangat perkasa, kalau hanya bicara Mazmur 22 maka ini adalah orang lemah yang hanya jadi korban keadaan. Jadi mana mungkin Mazmur 2 dan 22 bersatu? Mana mungkin berita tentang raja yang agung dengan orang yang menjadi korban keadaan adalah bicara tentang 1 orang? Orang Israel tidak mengerti hal ini. Itu sebabnya murid-murid Yesus pun tidak mengerti, Yesus mengatakan “Aku harus pergi ke Yerusalem, menderita di situ”, Petrus bilang “tidak mungkin, Tuhan tidak mungkin melakukan itu kepadaMu”. Kristus menyatakan ajaran yang benar, tapi Petrus masih punya teologi sukses. Tapi ternyata Mazmur 2 perlu diseimbangkan dengan Mazmur 22. Di dalam Mazmur 22 justru dinyatakan raja itu baru menghancurkan ketika kesempatan bertobat ditolak, ini yang menarik. Jadi bagaimana Kristus bertahta?

Kristus bertahta tidak dengan menghancurkan lawan, Dia bertahta dengan cara memanggil lawanNya untuk menjadi bagian dari Dia, Dia bertahta dengan menebus. Raja dunia bertahta dengan menghancurkan, mengekspansi, menaklukan, Kristus bertahta dengan menebus. Dunia ini adalah dunia yang sudah jatuh menjadi milik setan karena kita sudah tunduk kepada dia. Tapi Kristus tidak datang untuk habisi semua lalu bawa umatNya untuk mewarisi, tidak. Dia datang pertama justru untuk menawarkan penebusan, inilah konsep Kristen, memerintah dengan menebus, menjadi penguasa dengan menebus, menjadi kepala dengan menebus. Alkitab mengatakan laki-laki cintai istrimu seperti Kristus mencintai jemaat dan menebusnya dengan menyerahkan nyawaNya. Kalau kita mau mengerti konsep kepemimpinan seperti ini, maka kita tahu tugas kita adalah menebus “aku berkorban, aku rela melakukan apa pun supaya orang yang aku mau menjadi tunduk kepadaku itu boleh menghargai aku sebagai pemimpin”. Maka Alkitab menggambarkan hal yang sangat unik, pemimpin tidak menjadi pemimpin karena paksaan, pemimpin tidak menjadi pemimpin karena punya kunci, punya kartu as yang kalau dibuka bisa menghancurkan yang lain, dia punya sesuatu yang bisa membuat orang terpaksa taat, itu bukan pemimpin gaya Yesus Kristus. Yesus Kristus tidak memimpin dengan cara kuasa, tidak memimpin dengan cara ancama, tidak memimpin dengan cara intimidasi, Dia memimpin dengan cara menebus orang-orang yang akan menjadi bawahanNya. Sehingga Mazmur 2 kalau tidak dicampur dengan Mazmur 22 membuat orang Israel pasti tolak Yesus. Yesus datang, lalu orang tanya “mana tentaraMu?”, Yesus mengataka n”aku mempunyai orang-orang yang memberitakan Injil”, mana kuasaMu?”, “kuasaKu tidak diberikan dari dunia tapi dari sorga”, “mana kerajaanMu?”, “kerajaanKu dari sorga, bukan dari dunia ini”, “kapan Engkau mengalahkan dunia ini?”, “ketika Aku mati di kayu salib”. Ketika Yesus berkorban di kayu salib, inilah momen penebusan yang membuat Dia berhak menjadi Raja. Dia menyebarkan kuasaNya dengan menyatakan “engkau termasuk umat tebusan, mari berbagian”. Inilah cara Kristus menyebarkan kerajaanNya. Di seluruh dunia Kekristenan merebut kembali Kerajaan Roma, Kerajaan Yunani, kerajaan-kerajaan yang besar pada waktu itu dan ditaklukan kepada Kekristenan. Bagaimana menaklukan? Dengan memberitakan Injil, dengan mengatakan “Kristus merebutmu dari murka Tuhan, mari percaya kepada Dia”. Sehingga ketika Kekristenan menyebar, kita lihat ada berita kasih dan ada berita pengampunan yang sama dinyatakan dalam Mazmur 22. Ada orang yang rela menjadi korban, rela menempatkan diri untuk ditindas, dihancurkan dan menjadi korban kerajaan yang rusak, untuk setelah itu menebus kerajaan yang rusak itu. Kristus menebus kerajaan apa? Yang pertama Israel, yang kedua Romawi, yang ketiga seluruh dunia. Israel adalah yang fitnah Dia supaya Dia mati, Romawi adalah alat yang dipakai Israel untuk membuat Dia mati di kayu salib. Tapi justru untuk dua bangsa inilah Dia mati, bahkan untuk bangsa-bangsa lain melalui 2 bangsa ini. Jadi siapakah Kristus? Raja, bagaimana Dia menjadi Raja? Dengan cara menjadi Penebus. Itu sebabnya kalau Saudara memahami hal ini, Saudara tahu Kekristenan menyebarkan pengaruhnya dengan pengaruh Injil, membuat daerah taklukan bukan dengan senjata atau mengusir orang, tapi dengan mengakomodasi mereka masuk ke dalam Injil. Kristus mati bagi lawanNya, supaya Dia dapat jarahan yaitu pertobatan lawanNya.

Mari kita hidupi cara Kristen seperti ini. Saudara mengatakan “sulit”, tapi saya akan mengatakan “bukan sulit, karena kita yang tidak mau melangkah. Bukan sulit, karena kita yang tidak mau bayar harganya”. Tapi bagi yang tidak mau bayar harga harap ketahui, waktu kita memutuskan mengikuti cara dunia ini, Saudara akan bayar harga jauh lebih mahal. Hidup suci tidak sulit, jauh lebih sulit hidup berdosa, jauh lebih sulit hidup dikukung oleh keinginan-keinginan yang tidak bisa lepas, jauh lebih sulit untuk mau lepas tapi tidak bisa, jauh lebih sulit hidup dalam masyarakat yang penuh dengan kekacauan karena orang terus berdosa, jauh lebih sulit untuk hidup dalam relasi yang rusak karena semua orang simpan dendam, itu sangat sulit. Keristenan menyatakan “kalau engkau ikut caraku, cara Kristus Tuhanku, engkau akan hidup dengan penuh bahagia”. Kiranya ini menjadi dorongan bagi kita untuk mendoakan dan menyadarakan kita betapa pentingnya ada kebangunan rohani.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)