(Lukas 9:18-27)
Teologi Salib dan mengapa kita tidak dapat memahaminya
1. Pengakuan kita hanyalah sampai pada batas dimana Kristus adalah Mesias yang agung saja. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa Mesias dan penderitaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan di dalam ajaran para nabi. Bagaimanakah mungkin orang Yahudi melewatkan Yesaya 53:3-5? Bagaimana bisa meresapi Mazmur 22 tanpa melihat penderitaan yang digenapi oleh Kristus? Apakah yang membuat mereka sulit menerima Kristus? Karena salib. Kristus sulit diterima bukan karena Dia mengerjakan mujizat! Setiap orang dapat mengimani Kristus yang mengerjakan mujizat. Setiap orang dapat menerima Kristus yang memberikan tanda-tanda yang hebat. Tetapi siapakah yang akan percaya Kristus yang menderita? Ini kebodohan, dan begitu banyak orang lebih suka memelihara dusta dunia dan kebahagiaan palsu yang semu ketimbang menerima apa yang Allah nyatakan di dalam firman-Nya. Demikian juga di dalam zaman ini. Apakah kita pikir orang dunia sulit menerima Yesus karena mereka menolak memercayai mujizat? Tidak semua. Kebanyakan sulit menerima kalau Yesus yang diberitakan adalah Yesus yang tersalib. Mengapa sulit mengumpulkan orang untuk mendengarkan khotbah Kristen? Karena Kristus yang tersalib adalah inti dari pesan khotbah Kristen. Tetapi kalau salib diambil, tidak ada lagi batu sandungan bagi dunia ini. Ambilah salib! Gantilah dengan kemewahan, kemuliaan, kesenangan, hura-hura, pesta pora dan Kristus tidak lagi menjadi batu sandungan. Tetapi jika salib diambil, apakah makna Injil Kristus? Kosong! Benar. Tanpa salib makna berita Injil menjadi kosong. Inilah inti pemberitaan para rasul karena inilah inti dari karya penebusan Kristus. Tanpa salib tidak ada penebusan. Tanpa salib tidak ada ketaatan yang menjadi teladan. Tanpa salib tidak ada kasih yang mengalami hidup dan mati bersama-sama dengan yang dikasihi. Tanpa salib tidak ada karya Kristus. Dan tidakkah saudara tahu tanpa karya Kristus tidak akan ada orang Kristen? Tanpa orang Kristen tidak ada keselamatan. Tanpa keselamatan segala sesuatu menjadi sia-sia. Mengapa ambil hal yang paling penting dan menggantikannya dengan kesenangan kalau ternyata harga yang harus dibayar adalah kehidupan? Apakah gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?

Di dalam ayat 20 Petrus menjawab pertanyaan Yesus dengan sangat berani. “Engkau adalah Mesias dari Allah.” Mesias yang seperti apakah? Apakah Petrus tahu apa yang dia katakana? Atau sama seperti yang lain, diapun menantikan Kristus yang membawa senjata dan memberikan kemenangan. Bukankah Tuhan Yesus sendiri memuji pengakuan ini (Matius 16:17)? Benar. Tetapi yang Tuhan Yesus puji bukanlah pengertian Petrus, tetapi tepatnya perkataan yang dia nyatakan. Tuhan Yesus juga menyatakan bahwa pengakuan iman Petrus ini datangnya dari Bapa. Petrus sendiri berbahagia karena dari mulutnyalah pengakuan iman ini dinyatakan. Tetapi dia sendiri gagal mengerti ketika dia menganggap mustahil seorang Mesias harus menderita (Matius 16:22-23). Mesias tanpa salib. Inilah yang Petrus pahami.

Sayangnya, hingga hari ini mesias tanpa salib diberitakan juga oleh banyak pengkhotbah-pengkhotbah palsu, yang menganggap bahwa hal yang menarik dari kehidupan Tuhan Yesus adalah kehidupan tanpa kesulitan. Perkenalkanlah teologi salib dan mereka akan enggan menyentuh iman Kristen dengan tangan mereka lagi. Inilah gambaran gereja saat ini. Mau ibadah? Oh, tunggu dulu… bukankah ibadah model “lama” itu bikin mengantuk? Ya… tentu saja ibadah tanpa musik hingar binger akan bikin telinga orang-orang tuli itu sulit menangkap vibrasi apapun. Orang tuli menyalahkan sang pemain terompet, inilah yang terjadi pada gereja saat ini. Mari bikin gereja senikmat mungkin bagi syaraf-syarafku yang penuh dengan kebiasaan setan! Kebusukanku tidak akan bisa diekspresikan oleh lagu-lagu agung itu, jadi marilah rubah lagu-lagu itu. Tetapi bukan hanya itu. Gerja juga sudah melupakan salibnya. Bukankah gereja telah menjadi tempat mewah untuk para selebriti dan orang-orang kaya berkumpul? Leonard Ravenhill pernah mengatakan bahwa dahulu gereja adalah sekoci penyelamat untuk menolong mereka yang tenggelam, tetapi sekarang gereja telah menjadi kapal pesiar untuk mengangkut mereka yang kaya dan potensial. Potensial untuk apa? Untuk membuat kas gereja tambah banyak? Inilah gereja tanpa salib! Gereja tanpa pengorbanan! Gereja tanpa pelatihan bagi orang-orang Kristen untuk bertekun memikul salib! Kita berpikir jika di tembok gereja sudah ada sebuah salib besar, berarti cukup. Tidak perlu lagi ada satu di dalam kehidupan saya. Gereja tanpa salib. Bayangkan itu. Richard Niebuhr pernah mengeritik gereja liberal (yang juga cocok untuk mengeritik gereja aliran apapun saat ini!), yaitu bahwa mereka mengajarkan tentang Allah yang tidak mungkin murka membawa manusia yang tidak ada dosanya ke dalam kerajaan yang tidak ada penghakiman melalui pelayanan Kristus yang tidak ada salib. Kristus yang tidak disalib! Inilah kegemaran gereja saat ini. Kita akan memperingati reformasi akhir bulan ini, dan tahukah Saudara kalau tokoh reformator, Martin Luther, memberikan definisi teologinya sebagai teologia salib? Di dalam Heidelberg Disputations Luther membedakan teologianya dengan teologia Katolik dengan menyebut teologianya “teologia salib,” bukan “teologia kemuliaan.” Sudahkah kita memikul salib kita? Kristus sudah. Sudahkah engkau?

2. Kita tidak dapat memahami teologia salib karena teologia ini mengajarkan tentang Allah yang dipermuliakan melalui perendahan diri para pengikut-Nya. Ini bukanlah suatu tindakan simbolik untuk memberikan penghargaan kepada Kristus saja, tetapi juga untuk menyatakan kemuliaan nama Tuhan. Sekarang buanglah jauh-jauh pemikiran bahwa kemuliaanku akan membawa kemuliaan Tuhan juga. Itu bukan hasil perenungan dari hati yang telah ditebus oleh Kristus. Tidak mungkin kemuliaan diri akan membawa kepada kemuliaan Allah. Jangan mimpi. Setiap usaha memperilah diri tidak mungkin sekaligus akan memper-Allah Tuhan. Mari turun dari tempat utama dan ambil tempat di pinggiran saja. Biarlah Kristus mendapatkan tempat yang paling utama. Dengan memberi tempat di pinggir bagi diri dan menyediakan tempat utama bagi Kristuslah Dia akan dipermuliakan. Tidak mungkin Dia dipermuliakan sebagai hasil sampingan dari usaha utama untuk menonjolkan diri. Biarlah diri kita sendiri yang menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Apakah yang saya kerjakan secara konsisten telah meninggikan Allah dan melatih perendahan diri saya? Begitu sering kita menonjolkan keberadaan kita dan terlalu sering kita mengabaikan kemuliaan Tuhan. Apakah mungkin ada teladan dalam mengikuti Allah? Tidak ada. Hanya Kristus. Mengapa hanya Dia? Karena hanya Dia yang dengan taat memikul salib-Nya. Saudara ingin menaati Yesus? Di mana salibmu? Apakah saya setia meneladani Kristus? Di manakah salib saya? Apakah saya siap dianggap hina karena rela menyatakan perkataan Kristus? Apakah saya siap untuk turun dari ambisi memuliakan diri dan rela membayar harga, termasuk menjadi terhina, demi Dia dipermuliakan? Tidak ada yang lebih menggelikan daripada orang-orang Kristen yang ingin memakai mahkota bersama-sama dengan Tuhan. Tidak tahukan Saudara kalau mahkota itu hanya akan muat di satu kepala saja? Buang kepalamu dari mahkota Kristus!

Penyakit meninggikan diri sudah setua menara babel. Manusia membangun terus keangkuhan yang hanya akan meninggalkan keruntuhan bagi kemanusiaan. Ambisi pribadi seseorang selalu diraih dengan harga yang dibayar oleh banyak orang. Tidak demikian dengan Kristus. Kemuliaan Allah yang dinikmati banyak orang dibayar oleh satu Orang. Satu berkorban bagi yang banyak. Inilah Mesias yang rela memikul salib. Satu dipermuliakan oleh pengorbanan banyak orang, inilah mesias palsu! Jika satu orang membangun kemuliaan bagi isterinya sendiri melalui karier musik yang dibiayai dari hasil jerih lelah puluhan ribu orang jemaatnya yang memberi persembahan, maka orang ini adalah nabi palsu. Pada abad ke-15, Paus Alexander V (salah satu dari tiga Paus yang sedang berebut kekuasaan saat itu) dilukis atas perintah Jan Hus di tembok gerejanya dengan keagungan yang luar biasa. Kemegahan perhiasan dan pakaian kebesarannya membuat lukisan itu begitu terlihat mewah. Tetapi pada tembok seberangnya Hus menyuruh dibuat lukisan Kristus yang sedang menderita penuh luka dengan memikul salib. Pada waktu berkhotbah Hus menantang para jemaatnya, “Mana yang ingin Engkau ikuti? Orang ini, yang membuat Engkau miskin demi memperkaya dirinya (dan dia menunjuk kepada lukisan Paus Alexander V)? Ataukah Orang ini, yang dengan penderitaan dan kemiskinan-Nya telah memperkaya imanmu (dan dia menunjuk lukisan Kristus yang memikul salib)?” Yang manakah yang mau Saudara ikuti? Kristus? Mengapa? Karena Dia rela memikul salib bagimu? Tetapi bagaimanakah reaksimu jika Dia meminta Engkau meneladani Dia? Siapkah memikul salib? Sang Mesias telah meletakkan teladan teragung. Salib demi keselamatan dunia. Biarlah kita mengikuti teladan itu. Salib demi kemuliaan Kristus, Juruselamat dunia.

Teologia Salib dan Bagaimana Menjalaninya
Ayat-ayat bacaan kita hari ini bukan hanya memperkenalkan kepada kita Mesias yang memikul salib, tetapi juga mengajarkan kepada kita bagaimana memikul salib meneladani Dia. MEmikul salib bukanlah menanggung hukuman akibat dosa. Orang yang terus menerus merokok, lalu terkena kanker yang mengambil kemampuan paru-parunya menyerap oksigen, tidak boleh berkata bahwa sakit kanker ini adalah salib yang harus dia tanggung. Tuhan Yesus tidak menanggung salib karena dosa-Nya sendiri. Dia menanggung beban salib karena dosa kita. Demikian juga kita semua menanggung beban salib bukan karena dosa kita. Jika kita berbuat dosa dan terkena kesulitan, itu adalah sesuatu yang sewajarnya kita terima. Tetapi jika kita taat dan setia, lalu mendapatkan kesulitan karenanya, itulah salib. Beban salib harus kita tanggung karena kita mau mengikut Kristus dengan setia. Mengikut Kristus di dalam hal apakah? Mengikut Kristus di dalam hidup bagi Dia dan meneladani hidup-Nya, dan juga mengikut Kristus di dalam menyatakan siapa Dia dan firman-Nya.

1. Memikul salib berarti menjalani hidup bagi Kristus. Ayat 24 mengatakan setiap orang yang rela kehilangan nyawa demi Kristus akan memperoleh nyawanya. Ini bukan hanya berarti orang-orang yang rela mati bagi Kristus. Pengertian dari ayat ini lebih luas daripada hanya bagi orang-orang yang kehilangan nyawa, tetapi pengertian ini juga mencakup orang-orang yang menghabiskan hidupnya demi Kristus. Suka atau tidak usia hidup kita akan terus berkurang. Tidak ada orang yang semakin lama hidup semakin jauh dari kubur. Sebaliknya, setiap kali usia bertambah satu tahun, berarti satu tahun mendekat kepada kematian. Tidak ada pilihan bagi kita selain menghabiskan usia hidup. Waktu hidup terus berjalan meskipun kita mengabaikannya. Maka yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kita menghabiskan hidup itu untuk Kristus? Jika ya, berarti kita sedang kehilangan nyawa bagi Kristus. Tetapi setiap orang yang menolak untuk kehilangan nyawa bagi Kristus sebenarnya tetap sedang kehilangan nyawa. Hanya saja dia kehilangan nyawa untuk sesuatu yang tidak bisa memberikan hidup! Bodohlah orang yang kehilangan hidupnya untuk sesuatu yang tidak bisa menolong dia tetap hidup. Sedangkan orang yang kehilangan nyawanya untuk Kristus yang sudah bangkit dari kematian, dia adalah orang bijak, karena dia kehilangan nyawa untuk Kristus yang sanggup memberikan nyawa kepada yang sudah mati sekalipun. Tetapi ketika kita hidup bagi Kristus, menghabiskan waktu hidup kita untuk Dia, ini akan membuat banyak kesulitan. Hidup meneladani Kristus akan menimbulkan kebencian bagi orang-orang dunia ini. Apakah semua orang pasti akan membenci pengikut Kristus? Tentu tidak. Masih ada orang-orang yang mempunyai akal sehat yang menghargai pengikut Kristus. Bahkan banyak diantara orang-orang yang tidak percaya Kristus tetap menghargai bijaksana dari orang-orang yang menaati firman Tuhan. Tetapi orang-orang yang diancam oleh kebenaran, yaitu orang-orang fasik, licik, penipu, dan orang-orang yang menjadi budak hawa nafsu, mereka inilah yang akan menghina, bahkan menentang dengan kekerasan orang-orang yang mengikut Kristus (Lihat Yohanes 3:19 dan 20).

Saudara hidup bagi Kristus, berarti Saudara bukan lagi orang-orang serakah yang hanya mementingkan diri sendiri. Saudara hidup bagi Kristus, berarti Saudara bukan lagi orang-orang cinta uang yang mengejar uang lebih daripada apapun. Saudara hidup bagi Kristus, berarti Saudara bukan lagi orang-orang yang diperbudak oleh hawa nafsu yang membinasakan. Saudara hidup bagi Kristus, berarti Saudara bukan orang-orang yang korup dan menipu orang lain demi keuntungan diri. Saudara hidup bagi Kristus, berarti Saudara membenci semua praktek-praktek jahat dari dunia ini dan sebagai akibatnya orang-orang yang melakukan hal-hal itu membenci Saudara. Orang-orang yang dibenci, dihambat kariernya, ditahan haknya karena dia setia mengikut Kristus, orang-orang inilah yang sedang memikul salib. Demi mengikut Yesus dan setia kepada-Nya mereka rela kehilangan apapun.

Membagi hidup bukanlah hal yang biasa dilakukan oleh orang-orang dunia ini. Masing-masing jalani hidup bagi diri dan dengan kesenangan diri sebagai tujuan. Kalaupun ada yang membagi hidup, tetap menghabiskan hidup untuk orang yang salah. Hidup dimonopoli oleh diri meskipun hidup itu sendiri bukanlah bersumber dari diri. Hidup dipakai seenaknya oleh diri meskipun hidup itu dimiliki oleh Tuhan yang menciptakannya. Tuhan memerintahkan kita untuk menyerahkan hidup bagi Kristus. Apapun kesulitan yang muncul ketika mencoba menjalani ini, itulah salib yang harus ditempuh dengan taat dan setia.

2. Memikul salib berarti menanggung apa yang ditujukan kepada Kristus. Kristus telah menanggung apa yang seharusnya kita alami, yaitu murka Allah, dan kita semua dapat menerima keselamatan karena kebenaran Kristus menjadi milik kita. Ini semua terjadi karena Roh Kudus menyatukan kita dengan Kristus. Tetapi jikalau kita menjadi satu di dalam Kristus, berarti kebencian dunia ini kepada Kristus juga sangat mungkin ditujukan kepada kita. Dunia ini membenci Kristus terlebih dahulu, barulah membenci pengikut-pengikut-Nya (Yohanes 15:18-20). Kebencian yang tidak beralasan, tetapi sangat menyala-nyala. Sebagian dari orang Kristen hidup di dalam keadaan yang tenang, aman, penuh perdamaian. Tetapi jangan lupa kalau ini tidak terjadi pada banyak orang Kristen yang lain. Banyak orang yang harus diancam, disiksa, bahkan dibunuh karena menjadi pengikut Kristus. Di dalam Wahyu 16, ketika jiwa orang-orang yang dipenggal karena Kristus menjadi suatu persembahan di mezbah di surga, orang-orang itu bertanya, “Ya Hakim seluruh bumi, kapankah Engkau akan membalaskan kejahatan mereka terhadap kami?” Perhatikanlah jawaban Tuhan. “Sampai genap jumlahnya orang-orang yang akan dibunuh sama seperti kamu.” Orang-orang yang disiksa dan dianiaya, bahkan mati karena menjadi pengikut Kristus begitu banyak. Bagaimana jika penganiayaan ini juga tiba kepada kita? Bagaimana kita akan bereaksi? Jika kita dianiaya oleh karena kita pengikut Kristus, biarlah kita menyadari bahwa hanya tinggal sedikit waktu lagi Tuhan akan menyatakan keadilan-Nya dan mempermuliakan mereka yang berada di dalam Dia. Jangan lupa bahwa Tuhan Yesus telah berkata bahwa kemuliaan di hadapan Bapa dan para malaikat-Nya akan membuat seluruh penderitaan itu tidak berarti lagi. Kemuliaan ini akan segera dinyatakan. Bahkan di dalam ayat terakhir bacaan kita hari ini dikatakan bahwa ada orang-orang yang akan menyaksikan kemuliaan itu terjadi. Ini menunjuk kepada perikop selanjutnya, yaitu peristiwa Kristus dipermuliakan, sekaligus menyatakan bahwa kedatangan Tuhan akan segera terjadi. Kedatangan yang akan membawa kemuliaan bagi barangsiapa setia menyangkal dirinya dan memikul salib mengikuti Kristus, tetapi juga membawa kengerian penghakiman bagi mereka yang menyiksa pengikut Kristus. Siapa yang malu karena Kristus akan kehilangan kemuliaan yang sangat besar, yang telah disediakan Tuhan bagi setiap orang yang mau mengikut Kristus dengan setia.

Begitu banyak orang-orang Kristen yang mengalami kesukaran dan sengsara besar karena Kristus. Ada yang rumahnya dibakar, keluarganya dibunuh, ada yang disiksa, ada yang ditangkap, ada yang rumahnya dibakar, ada yang difitnah dengan keji… begitu banyak yang harus ditanggung oleh mereka demi nama Kristus! Tetapi sudahkah kita memahami bahwa di dalam segala kesulitan dan penderitaan itulah kemuliaan Kristus dinyatakan? Kristus telah terlebih dulu menderita dan dianiaya, bahkan mati disalib inilah yang memerintahkan kita untuk mengikuti Dia. Dia tidak memerintahkan kita untuk mengikuti Dia ketika Dia akan pergi ke surga. Kita memang akan berdiam dengan Dia bersama-sama di dalam kemuliaan-Nya selama-lamanya. Tetapi ketika Yesus Kristus memerintahkan kita mengikuti Dia di dalam Lukas 9, konteks pada saat itu bukanlah saat Kristus akan terangkat ke surga. Sebaliknya konteks pada waktu Yesus Kristus mengajar ini adalah ketika Dia menubuatkan bahwa sebentar lagi Dia akan ditangkap, dianiaya, difitnah, dan dibunuh di atas kayu salib. Kristus mengatakan: “ikutlah Aku” setelah Dia mengatakan: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan, dibunuh, dan dibangkitkan pada hari yang ketiga.”

Biarlah kita dengan penuh ketaatan hidup dengan mengikuti Kristus. Kesulitan apapun yang diperoleh karena kita mau berusaha taat kepada-Nya merupakan kesulitan yang telah dijanjikan kemenangan oleh Tuhan Yesus. Marilah kita memohon hati yang penuh keberanian setia kepada Kristus. Di saat penderitaan dan aniaya keberanian dan kesetiaan kita akan diberikan kelegaan oleh Kristus. Biarlah kemuliaan yang sekarang diperoleh Kristus, yaitu kemuliaan yang juga akan menjadi milik setiap orang yang setia kepada-Nya, menjadi kekuatan kita untuk bertahan dan menang. (Jimmy Pardede)