(Lukas 1: 46-56)
Ini adalah bagian respon dari Maria setelah dia bertemu dengan Elizabet, dia pergi melihat Elizabet karena Tuhan berfirman saudaranya ini juga sedang mengandung. Maria begitu fokus dengan apa yang Tuhan nyatakan, dia rindu Tuhan bekerja maka dia tunggu sampai anak ini lahir. Maka Maria mempunyai keutamaan dalam rencana Tuhan karena dialah yang dipilih untuk melahirkan Tuhan Yesus. Kita tidak terima ajaran Katolik yang meninggikan Maria sampai kita harus berdoa kepada dia. Maria adalah orang biasa, orang berdosa sama seperti kita, yang ditebus dan diberi belas kasihan oleh Tuhan dan dipakai oleh Tuhan untuk melahirkan Tuhan Yesus, kita tidak boleh berdoa kepada manusia. Alkitab tidak pernah mengajarkan kita berseru kepada manusia, entah dia orang suci seperti apa pun, kita tidak boleh sujud mengucapkan doa kita kepada manusia. Itu sebabnya ketika berdoa diucapkan dalam nama Tuhan Yesus. Dalam pengertian Alkitab, dalam nama Yesus berarti kita mengakui Dia sebagai Allah dan karena itu kita berdoa kepada Dia. Maria bukan pengantara supaya kita datang kepada Yesus, Maria bukan satu pribadi yang boleh menerima doa kita, Maria manusia biasa. Tapi Alkitab mencatat Maria mempunyai rohani yang luar biasa, dia punya iman yang sangat agung, dia mempunyai pengenalan akan siapa Tuhan yang sangat menjadi teladan. Maka kalau kita perlu belajar iman dari orang-orang di Alkitab maka kita juga perlu belajar dari iman Maria. Maria tahu siapa Tuhan dan dia tahu seperti apa sifat Tuhan. Ini yang harus kita pelajari, sejauh apa saya sudah kenal Tuhan, sebesar apa saya mengenal Dia. Kalau kita lihat di dalam Alkitab, maka Allah kita adalah Allah yang menyatakan diri dalam berbagai cara. Ini dinyatakan dalam Ibrani 1, Tuhan berbicara dalam banyak cara. Tuhan menyatakan Diri melalui peristiwa-peristiwa yang Dia pakai untuk adanya pernyataan DiriNya kepada umat Tuhan. Tuhan memanggil Israel keluar, lalu peristiwa Israel yang dipimpin oleh Tuhan menjadi catatan sejarah dimana kita bisa belajar tentang Tuhan. Dari Kejadian sampai Wahyu, kitab apa pun di dalam Alkitab memberikan pengertian yang makin lama makin limpah tentang siapa Tuhan. Sejarah yang seperti berjalan begitu saja ternyata memberikan kita pengenalan seperti apakah sifat Tuhan kita. Kalau manusia seperti ini Tuhan akan bagaimana, lalu apa yang Tuhan rencanakan kerjakan di dalam dunia, ini semua menunjukkan siapa Dia. Allah menyatakan kebenaran yang sangat fit, sangat pas untuk masuk dalam sejarah dan dunia nyata. Itu sebabnya tidak ada ide teologi, konsep doktrin apa pun yang tidak ada penerapan. Sering orang mengatakan “doktrin Tritunggal tidak ada penerapan”, penerapannya banyak. Salah satu penerapan adalah kalau kita hidup bermasyarakat, patronnya siapa? Kalau papa mau didik anak, patronnya siapa? Apakah Allah bisa menjadi patron untuk didik anak? Bisa, karena Allah Bapa mengasihi Allah Anak, Allah Anak mentaati Allah Bapa. Jadi konsep Tritunggal punya tempat yang sangat cocok untuk dunia yang ada. Itu sebabnya tidak ada doktrin yang sifatnya tidak ada penerapan. Ternyata Maria mengerti hal ini, bayangkan anak muda yang mungkin 20 tahun ke bawah, orang yang masih begitu muda, orang yang masih begitu tidak banyak tahu ternyata punya konsep tentang Allah yang kaya sekali. Ini yang kita bisa hargai dari Maria. Dan Injil Lukas sengaja memasukan ini untuk membuat kita kagum dan membuat kita tidak gampang menilai orang hanya dari sekali lihat. Ada orang yang mengklaim kalau sudah lihat orang sudah tahu orangnya seperti apa, belum tentu. Maka jangan mudah menghakimi. Waktu kita melihat Maria mungkin kita remehkan, ini anak remaja tidak tahu apa-apa. Tapi begitu baca magnificat, langsung konsep kita berubah “ternyata engkau guru saya, engkau harus ajari saya bagaimana mengenal Tuhan”. Maka jangan cepat-cepat menilai, tunggu dulu sabar, begitu cukup data kita katakan dia orang seperti apa. Inilah yang Lukas mau katakan, jangan menilai pemungut cukai, jangan hakimi para pelacur, karena mungkin khotbah diberikan mereka yang bertobat lalu mereka yang dipakai Tuhan.

Injil Lukas menyatakan seorang wanita bernama Maria mempunyai iman teguh dan dia mengatakan “jiwaku memuliakan Tuhan”. Dia adalah perempuan yang meskipun muda, meskipun kecil, mempunyai kenyamanan jiwa di dalam Tuhan. Kalau Saudara mau meletakkan keamanan di dalam apa yang membuat Saudara paling tenang? Apakah keamanan harta membuat tenang? Tidak, orang yang paling kaya sekarang orang paling miskin besok, orang yang aman sekarang menjadi orang paling bahaya besok, orang yang paling senang akan menangis besok”. Itu sebabnya waktu kita mau taruh jiwa kita di tempat yang paling aman. Kita bingung tempat apa yang paling aman? Maka yang tenang jiwa, yang paling bahagia waktu taruh jiwa di dalam Tuhan, ini yang bilang adalah Agustinus. Agustinus mengatakan “akhirnya jiwaku mendapatkan istirahat di dalam Tuhan” ini namanya istirahat, jiwanya sudah keliling kemana-mana, ketok-ketok pintu penginapan, hotel yang rate-nya paling mahal dengan breakfast dan kolam renang, “bolehkah aku rest di sini?”, setelah masuk tidak bisa rest. Agustinus sudah mencoba rest di dalam jiwa petualangan anak muda. Agustinus waktu muda termasuk orang yang mau mencari petualangan yang bisa membuat hati berdebar-debar, dia kecanduan adrenalin, mau segala sesuatu yang bisa membuat hati berdebar-debar. Di dalam Confession dia mengatakan “saya pernah curi buah pir hanya untuk merasakan rasa debar-debar setelah mencuri. Waktu mencuri hati deg-degan “ketahuan tidak ya”, ini yang membuat kecanduan. Setelah Agustinus bertobat, baru dia sadar “jiwaku tidak bisa tenang kecuali di dalam Tuhan. Jiwaku baru menemukan ketenangan di dalam Tuhan”. Jiwa kita gelisah karena jiwa belum bertemu dengan Tuhan, karena jiwa kita berlabuh di tempat yang hanya membuat jiwa kita makin rusak, kita belum bertemu Tuhan. Tetapi ketika kita kenal siapa Tuhan, kita mengatakan “Tuhan, hidupku kuletakan di tanganMu, jiwaku beristirahat di dalam Tuhan” ini yang dirasakan Agustinus. Dan ini yang dipahami oleh Maria, jiwaku bergembira karena Allah, jiwaku memuliakan Dia maka jiwaku bergembira di dalam Dia. Dua konsep ini harus dikaitkan, saya memuliakan Tuhan maka saya bergembira karena Tuhan. Saya bergembira setiap kali Tuhan menyatakan pekerjaanNya, saya bergembira setiap kali Tuhan menyatakan diri kepada saya dan kepada umat Tuhan.

Maria mengatakan di sini “hatiku bergembira karena Allah”, lalu ayat 48 mengatakan “sebab Allah yang kukenal ini adalah Allah yang memperhatikan orang-orang yang lemah”. Ini merupakan satu hal yang Maria pahami tentang Tuhan. Tidak mungkin jiwa kita tenang di dalam Tuhan, kalau kita tidak kenal siapa Tuhan dan kita tidak tahu apa yang sudah Dia kerjakan bagi kita. Di dalam Institutio, Yohanes Calvin mengatakan tidak ada satu manusia pun di dunia ini yang bisa menikmati dan mengasihi Tuhan kalau dia tidak tahu apa yang Tuhan kerjakan bagi dia. Kalau kita mempunyai kasih kepada orang lain yang lebih rendah, kasih itu adalah kasih yang tidak menuntut, ini namanya kasih altruistik “aku rela memberikan apa pun demi kamu meskipun kamu tidak bisa balas kepada saya” ini kasih kepada manusia. Tapi kasih yang ini tidak mungkin diberikan kepada Tuhan. Kita mengagumi Tuhan karena Dia lebih dari kita. Maka kalau Saudara belum menemukan apa yang Saudara kagum tentang Tuhan, sulit bagi kita untuk merasakan jiwa tenang di dalam Tuhan. Maka mari kita renungkan baik-baik, saya kalau merenungkan tentang Tuhan hal apa yang membuat saya bersukacita dalam Dia? Hal apa di dalam Tuhan yang bisa membuat kita mengatakan “Tuhan, saya bersyukur karena mengenal Engkau dari sisi yang satu ini”. Saudara bisa tahu ini dari Tuhan dengan cara belajar dari Tuhan yang bekerja sepanjang sejarah. Mungkin kita tidak mengalami mujizat, tapi Tuhan menyatakan mujizat kepada umat Tuhan, ini adalah mujizat yang juga Tuhan tujukan kepada kita. Kalau kita tanya “Tuhan, mengapa sekarang Tuhan tidak pernah belah Laut Merah lagi? Mengapa sekarang kalau saya menyeberang dari Jawa ke Sumatera mesti naik kapal? Mengapa saya tidak bisa taruh payung saya lalu lautnya terbelah?”, Tuhan mengatakan “bukankah zaman Musa, laut sudah Aku belah”, kita mengatakan “itu kan untuk Musa”, “untuk kamu juga” untuk semua umat Tuhan agar tahu bahwa Tuhan menyertai umatNya seperti ini. Dan penyertaan Tuhan tidak pernah berubah, kalau Dia menyertai umatNya seperti itu, sekarang pun sama. Kita percaya Allah tidak berubah dari dulu, sekarang dan sampai selama-lamanya, lalu kita mengatakan “amin”. Kalau Dia tidak berubah, seperti apa dulu Dia sekarang pun seperti itu. Maka Maria dikuatkan bukan karena dia melihat sendiri, tapi tahu apa yang Tuhan kerjakan dulu juga Tuhan kerjakan sekarang. Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub juga Allah saya”, itu sebabnya ketika Tuhan memperkenalkan diri kepada Musa dikatakan “Akulah Allah yang menyatakan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub, sekarang Aku berkata kepadamu”. Waktu memanggil Yosua pun sama “Aku lah Allah yang menyertai Musa, sekarang Aku bangkitkan engkau”. Maka Tuhan bekerja seperti apa dulu, Tuhan bekerja sekarang. Biar kita belajar beriman kepada Dia, dan ketika kita tahu Tuhan dulu begitu sekarang pun begitu. Kita mempunyai perasaan yang sangat nyaman di dalam Dia. Ini yang dikatakan Maria karena dia tahu dulu Tuhan bekerja seperti itu sekarang pun pasti seperti itu. Waktu kita lihat pekerjaan sejarah Tuhan, Maria menangkap satu hal yang essensial, Tuhan memanggil orang yang rendah. Waktu Tuhan memanggil Abraham, Abraham orang penting, tapi Tuhan mengatakan kepada Abraham “keturunanmu akan menjadi budak dulu baru Aku bebaskan”. Bagi saya ini adalah pernyataan yang agung dari Tuhan, Tuhan memperhatikan yang tertindas berarti Dia tidak melihat apa yang bisa Dia manfaatkan dari orang yang ditebus, Tuhan tidak lihat apa yang bisa Dia pakai, Tuhan tidak lihat apa yang bisa manfaatkan.

Jean Paul Sartre, seorang filsuf dari Perancis, dia mengatakan orang kalau lihat orang lain langsung otaknya berpikir tentang alat “saya bisa peralat dia untuk apa” ini terus ada dalam pikiran kita. Tapi Allah kita tidak demikian. Dia tidak peduli Saudara bisa tawarkan apa kepada Saudara. Itu sebabnya Maria mengerti hal ini dan dia menjadi raksasa di dalam rohani. Allah melihat orang rendah. Kalau saya menghargai Saudara sebagai orang yang lebih tua, orang yang senior, sebagai orang yang cinta Tuhan, Saudara mau kaya saya tetap hargai sebagai orang yang cinta Tuhan. Saudara jatuh miskin, Saudara bisa uji, saya tetap akan ada menjadi teman Saudara. Tuhan memperhatikan orang yang rendah. Ini suatu kekuatan yang besar sekali. Kalau Saudara datang kepada manusia, manusia akan melihat kualifikasimu apa. Dan kalau Saudara tidak punya kualifikasi yang diakui dunia, Saudara merasa diri bukan siapa-siapa. Tapi waktu Saudara merasa diri bukan siapa-siapa, Tuhan langsung mengatakan “Aku memangil engkau yang bukan siapa-siapa”. Itu sebabnya waktu orang merasa bukan siapa-siapa, pada waktu itu Tuhan datang dan menyatakan diri sebagai Allah yang menguatkan yang bukan siapa-siapa ini. Jangan takut, Saudara tidak punya uang lagi, uang tidak punya kekuatan, Saudara tidak punya kemampuan bersaing di dalam dunia kerja, Tuhan mengatakan “Akulah Penopangmu, sampai kapan Aku tetap menopangmu”. Dunia ini jahat, waktu Saudara berguna langsung dihabiskan, diserap, maka waktu Saudara tidak bisa menawarkan apa-apa, Saudara dibuang begitu saja. Friedrich Nietzsche menjadi ateis, menjadi orang yang anti Tuhan. Dan dia mengatakan Kekristenan adalah menjadi mental yang sangat lembek, yang mudah menyerah, merasa diri hanya hamba. Dengan sakit hati dia mengatakan “aku benci Eropa yang sudah dikuasai mental budak. Harusnya kita mempunyai mental pemenang, mental juara, mental mau taklukan siapa pun, bukan mental hamba. Tapi Kekristenan mengajarkan kita mempunyai mental hamba”. Waktu kita membaca ini, kita tahu dia benci sekali dengan Kekristenan. Mengapa dia benci Kekristenan? Satu kali seorang ateis berdebat dengan seorang teolog, dia mengatakan “tidak ada Tuhan, kalau ada mengapa banyak yang jahat? Kalau Tuhan ada, mengapa banyak bencana? Tuhan tidak ada”. Lalu teolog dengan suara tenang mengatakan “kalau Tuhan sudah tidak ada, Tuhan tidak ada ya sudah tidak perlu marah, mengapa kamu marah kepada yang tidak ada?”. Nietzsche pun sama, dia marah-marah kepada Tuhan yang dia tidak percaya “aku tidak percaya Tuhan, aku benci Dia”, kalau tidak percaya mengapa bisa benci? Ternyata setelah diusut, dulu ketika dia masih kecil papanya adalah pendeta yang melayani jemaat dengan baik. Ketika papanya sudah meninggal, gereja itu memutuskan surat yang resmi mengatakan keluarga dari bapak pendeta ini harus keluar dari dinas gereja, rumahnya harus diambil. Papanya sudah kerja mati-matian di gereja itu, tidak diperhatikan, sekarang keluarga itu tidak bisa tawarkan apa-apa maka diusir. Dia sakit hati dan marah. Itu sebabnya ketika Saudara bertemu dengan orang ateis, kemungkinan besar dia pernah sakit hati dengan Kristen. Ada orang yang mengatakan “saya ateis karena Tuhan tidak bisa dibuktikan”, “sudahlah, kamu omong kosong. Ayo ngomong, kamu sakit hatinya kapan?”, “dulu waktu umur 7…” baru ketahuan. Jadi orang sok intelektual “Tuhan tidak bisa dibuktikan” itu omong kosong, Saudara lihat saja hidupnya, pernah sakit hati makanya dia menjadi ateis. Itu sebabnya sebelum debat dengan ateis, Saudara lihat sisi psikologis dari pada sisi perdebatan. Waktu dia mengatakan “Tuhan tidak bisa dibuktikan. Buktinya secara scientific Allah tidak ada”, “sudahlah” tepuk pundaknya “ceritakan, kamu sakit hatinya kapan?”, “dulu waktu umur 20 tahun, ada pendeta usir saya”, maka dia menjadi ateis. Mari kita belajar untuk menghargai apa yang Tuhan berikan kepada kita dan menghargai orang lain. Karena Tuhan tidak bekerja dengan cara dunia bekerja. Kalau dunia lihat orang sudah tidak diperlukan maka akan ditendang. Tapi kalau dunia seperti itu, Tuhan tidak seperti itu. Saya bersyukur ketika salah satu pengurus kita harus pindah usaha, waktu ganti usaha banyak orang terpaksa dirumahkan, tidak dipakai dan tidak kerja, dia tetap bayar gaji full. Waktu orang tanya “kamu ada kekuatan bayar gaji atau tidak”, dia mengatakan “yang saya pikir, dia ada kekuatan hidup tidak kalau saya tidak bayar”. Dia tidak pikir “saya kuat bayar tidak”, yang dia pikirkan “orang ini kalau tidak saya bayar, dia makan apa?”, jadi dia terus lakukan itu. Tapi orang itu tidak kerja apa-apa untuk dia, tidak masalah, dia lakukan karena dia punya belas kasihan, ini cara Tuhan.

Tuhan tidak lihat engkau berjasa apa. Maka Tuhan memanggil orang yang rendah lalu Tuhan angkat, ini pengertian Maria. Maka Maria mencintai Tuhan dengan sepenuh hati. Saudara kalau tidak tahu sisi ini dari Tuhan, Saudara hanya anggap Dia sebagai satu Pribadi yang kejam di atas, yang menciptakan neraka, lalu ancam semplungkan saya ke neraka. Tapi Maria mengatakan “aku tidak melihat Tuhan yang seperti itu, aku melihat Tuhan yang mengambil orang yang sudah dibuang dunia. Aku melihat Tuhan yang mengangkat orang yang sudah diinjak oleh dunia, saya salah satunya”. Maka Maria mengatakan “Dia memperhatikan kerendahan hambaNya. Yang Maha Kuasa melakukan perbuatan besar atasku dan rahmatNya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia”. Mengapa orang rendah gampang takut akan Tuhan? Karena dia mempunyai rasa sanggup, wibawa, kemampuan, kepintaran, kekuatan apa pun untuk melawan Tuhan. Orang yang rendah, orang yang miskin dalam roh hampir selalu dengan senang hati dengar Injil. Coba Saudara pergi memberitakan Injil ke orang sederhana, lebih mudah diterima dibandingkan dengan orang yang sok pintar. Banyak orang Kristen sok pintar, banyak baca Alkitab mulai kritik Tuhan, akhirnya kehilangan iman. Tapi orang yang terus merasa “aku ini siapa sih, tahu apa siah”, lalu belajar, dia justru mendapat banyak kelimpahan. Penginjil Yadi pernah mengatakan “saya kalau baca buku dari orang, siapa pun yang tulis buku, saya selalu punya sikap yang mengatakan siapa sih saya, berani kritik dia”. Tapi banyak orang, dibandingkan Pak Yadi pun cuma ¼ nya dia, tapi kalau baca buku banyak mengkritik, sok pintar luar biasa. Tetapi waktu Penginjil Yadi baca buku, dia mengatakan “siapa sih saya berani kritik orang ini, taat saja, dengar dulu apa yang mau dia katakan”. Orang yang takut akan Tuhan merasa seperti ini, siapa saya? Tapi Tuhan rela menyatakan diri kepada dia. Inilah yang membuat Maria mengatakan “puji Tuhan, jiwaku tenang di dalam Tuhan”.

Maka sisi pertama yang membuat Maria tenang di dalam Tuhan adalah Tuhan melihat kepada yang tertindas, Tuhan melihat kepada yang lemah, Tuhan melihat kepada yang kecil, Tuhan melihat kepada yang miskin. Tapi sisi lain yang membuat dia kagum kepada Tuhan adalah Allah yang dia percaya juga adalah Allah yang sanggup menghancurkan orang jahat, sanggup menghancurkan ketidak-adilan, sanggup menunjukan kuasa yang besar kepada orang-orang yang melawan Dia. Ini 2 sisi dari Allah di dalam Perjanjian Lama yang harus kita tahu. Di satu sisi Perjanjian Lama menggambarkan Allah sebagai Pribadi yang hangat, yang penuh cinta kasih, yang merangkul orang-orang yang takut akan Dia. Di sisi lain Dia menjadi Penghukum, Dia menjadi Tentara yang siap menghancurkan setiap orang yang melawan Dia. Di dalam ayat 51 dikatakan “Dia mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya, Ia memperlihatkan kuasaNya dengan perbuatan tanganNya” ini gambaran seorang tentara di medan perang lalu acungkan tangan yang sedang pegang senjata. Orang yang sedang berperang dengan tangan yang sangat kekar, pegang senjata, ini namanya pose mengancam. Ayat ini sedang mengutip bacaan-bacaan di dalam Mazmur yang mengatakan waktu Tuhan menyatakan tanganNya yang kuat dunia bergetar, waktu Tuhan datang bumi bergoncang. Tuhan datang semua gentar, yang dimaksud semua adalah musuhNya, kita tidak termasuk yang gentar. Waktu Tuhan datang, kita aman di dalam Dia. Inilah sisi kedua dari apa yang Maria tahu tentang Tuhan. Di satu sisi Dia Allah yang berbelas kasihan, mengangkat orang-orang yang tidak diperhatikan oleh dunia. Di sisi lain Dia adalah Allah yang keras dan dengan kejam akan menghantam orang-orang yang kejam, yang berlaku kasar, yang tidak berlaku adil, yang sombong, yang angkuh, yang hidup di hadapan Tuhan dengan tidak mau merendahkan diri, Tuhan akan membalas mereka semua. Dua sisi inilah yang membuat orang Israel mengenal Allah dengan cara seimbang. Seringkali kita mengenal Tuhan dengan cara kafir “ini dewa yang baik, yang jahat adalah lucifer” setan jahat, Tuhan baik. Lalu jahat identik dengan rasa takut, bisa menghantam, bisa menghancurkan. Baik identik dengan membuat tenang, membuat baik, membuat tenteram. Tapi ketika kita membaca Alkitab lagi-lagi kita kaget, kita dirombak pikirannya, ini membuat kita heran waktu baca. Di dalam Alkitab dikatakan “Tuhan menciptakan terang, Tuhan menyebabkan gelap” kaget. Bagian lain lagi “siapakah yang membuat engkau tenteram, siapakah yang membuat kekacauan di tengah-tengahmu? Bukankah Tuhan yang satu-satunya bertindak”, jadi tidak ada kaitan dengan setan. Waktu kita baca Alkitab, setan porsinya makin kecil. Di dalam hidup kita, dia porsinya besar, tapi waktu kita baca Alkitab, setan porsinya kecil. Yang berkuasa menghancurkan adalah Tuhan, bukan setan. Itu sebabnya rasa takut kita berikan kepada Tuhan bukan yang lain. Saudara harus takut kepada Tuhan, sebab Tuhan sanggup menghancurkan siapa yang melawan Dia, Tuhan sanggup memberikan kehancuran kepada orang yang congkak. Tapi Tuhan juga adalah Allah yang dengan belas kasihan mengangkat orang-orang yang rendah yang takut akan Dia. Ini sisi yang harus kita lihat dengan seimbang. Terkadang kita melihat dunia ini penuh dengan kebobrokan, kita berdoa kepada Tuhan minta supaya orang jahat dihukum, ini benar, ini baik. Karena di dalam Mazmur pun diajarkan doa untuk orang jahat dihukum oleh Tuhan. Bolehkah kita berdoa supaya orang jahat dihukum? Boleh, bahkan harus. Tapi Alkitab mengatakan “ampuni”, Alkitab mengatakan “ampuni orang yang jahat kepada kamu”. Orang yang jahatnya langsung kepada Saudara, Saudara harus belajar mengalahkan emosi Saudara, ampuni orang ini. Tapi kalau orang ini jahat kepada orang lain, Saudara boleh doa kepada Tuhan untuk hakimi dia. Itu sebabnya nanti malam kalau berdoa syafaat, Saudara buat list para koruptor yang belum dihukum. Tuhan tidak mau kita berdoa mengampuni semua orang jahat, Tuhan mengatakan ampuni orang yang jahat kepadamu. Jadi kalau Saudara dirugikan, berdoa “Tuhan, ampuni orang yang merugikan saya”. Tapi kalau orang itu merugikan semua, tidak termasuk Saudara, Saudara harus berdoa “Tuhan, adililah dia segera”. Inilah keadilan Tuhan. Jadi tidak salah kalau Saudara minta keadilan Tuhan dinyatakan. Karena ini adalah sisi lain dari Allah yang menyatakan diri, dihargai dan dikagumi oleh Maria. Kita kadang-kadang melihat dunia ini cepat-cepat diperbaiki, Tuhan cepat-cepat koreksi, tapi jangan lupa kerinduan kita untuk dunia dikoreksi, seharusnya kerinduan untuk kita sendiri dikoreksi. Maka biarlah kita menjadi orang yang takut akan Tuhan, tahu Tuhan akan membawa keadilan di duni ini, tahu Tuhan akan menghukum setiap orang yang jahat, tahu bahwa Tuhan akan menjadi Gembala bagi domba-dombaNya yang baik. Bairlah kita hidup benar di hadapan Tuhan, beriman kepada Dia, bukan beriman dengan cara dunia. Mengikuti Dia, takut akan Dia, baru kita mendapatkan belas kasihan Tuhan. Dalam pasal ayat 50 dikatakan “rahmat Tuhan turun-temurun atas orang yang takut akan Dia”, Tuhan janjikan ini kalau Saudara takut akan Tuhan. Waktu takut akan Tuhan, mungkin apa yang Saudara kerjakan di dalam dunia sulit bersaing. “Orang semua punya jalan yang serong, saya tidak bisa kalau tidak serong”, tapi Alkitab mengatakan “takut akan Tuhan kamu akan diberkati, takut akan Tuhan kamu akan mendapat penyertaan, takut akan Tuhan, kamu akan mendapat semua yang Tuhan janjikan meskipun sulit untuk dilihat”. Saudara mengapa ambil jalan yang salah, mengapa tipu orang, mengapa melakukan hal-hal yang tidak perlu, mengapa melakukan cara yang sama dengan cara dunia? Dunia begitu jahat, jangan ikut jahat. Tapi kalau Saudara mengatakan “saya tidak ikut jahat, saya dimakan dunia”. Maka saya mengatakan “kalau Saudara tidak jahat dimakan oleh dunia, Tuhan akan membuat dunia tersedak waktu makan Saudara, akhirnya dimuntahkan lagi”. Jangan takut karena Alkitab mengatakan Tuhan tidak pernah lupa memberikan belas kasihan turun-temurun bagi orang yang takut akan Dia. Dia memberikan belas kasihan kepada Yusuf yang mempertahankan integritas. Dia berikan kesetiaan kepada Daniel dan kawan-kawan yang pertahankan integritas di dalam segala situasi. Dia berikan semua belas kasihanNya kepada orang yang takut akan Dia. Saudara pilih takut akan siapa? Takut duniakah? Takut uang, takut bisnis, takut kehidupan, takut orang lain? Atau takut Tuhan? Siapa yang takut Tuhan akan mendapat belas kasihan Tuhan. Biarlah kita mengikuti cara Tuhan dan boleh menikmati Tuhan yang memanggil orang rendah, menghancurkan orang yang kejam dan orang yang sombong. Dan Tuhan yang sama adalah Tuhan yang menjadi Juru Selamat kita dan penolong kita. Kiranya puji-pujian Maria ini juga boleh menjadi pujian kita yang kita percayai dan kita nyatakan, supaya kita boleh makin hidup di dalam kelimpahan di dalam Tuhan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)