(Lukas 6: 17-26)
Kita sudah membahas pemanggilan 12 rasul, dan sekarang Tuhan Yesus dengan para rasul itu turun kembali dan di situ sudah ada murid-murid yang begitu banyak. Murid-murid dari seluruh tempat di Israel berkumpul untuk mencari Tuhan Yesus, Lukas menggambarkan bahwa banyak kali ketika Tuhan Yesus pergi ke kota-kota, semua orang di kota itu mau lihat Dia, mau dengar Dia dan mau ikut Dia. Bahkan orang-orang yang datang ingin lihat apa yang Kristus ucapkan atau lakukan untuk melakukan mujizat. Ada orang yang datang untuk ingin menyentuh Dia, menyentuh jubahNya, supaya dengan menyentuh mereka mempunyai kuasa penyembuhan yang dimiliki Tuhan Yesus. Jadi ini adalah orang yang begitu populer, yang pergi ke mana pun semua orang datang dan mau cari mau jadi pengikutNya. Maka kumpulan yang ada untuk mendengar Tuhan Yesus, itu selalu adalah kumpulan yang sifatnya kacau balau, meskipun mereka ditenangkan oleh kuasa Yesus dan menjadi diam untuk mendengarkan Yesus berkhotbah, tapi tetap ini adalah kelompok yang begitu banyak, yang tidak teratur. Orang-orang dari berbagai golongan datang untuk melihat Tuhan Yesus, ada orang yang bijak, ada orang-orang Ahli Taurat datang untuk kritik apakah ini pemimpin sejati atau palsu. Ada orang-orang yang mempunyai keperluan sangat besar karena mungkin mereka sakit dan mereka ingin disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Di sini ada kelompok yang beragam, tetapi kebanyakan dari orang yang datang untuk mengikuti Tuhan Yesus dengan sangat gigih adalah orang-orang yang kecil, orang-orang miskin, orang-orang yang sakit, orang-orang yang terpinggirkan dan terutama orang-orang yang sangat perlu kesembuhan segera. Mereka mencari Tuhan Yesus dan mereka berharap Tuhan tumpangkan tangan atas mereka, supaya mereka bisa sembuh. Semua orang mengikuti Dia dengan berbagai latar belakang, tapi kebanyakan adalah orang-orang yang sangat ingin mendapatkan sentuhan mujizat Tuhan Yesus.

Jadi apakah salah orang-orang ini? Waktu mereka datang mencari kepuasan di dalam Yesus, waktu mereka mencari Kristus, mengharapkan mendapatkan kesembuhan dari Kristus. Kristus tidak pernah tegur mereka yang mencari kesembuhan. Kristus marah kepada pemimpin agama yang palsu, tetapi Kristus penuh belas kasihan kepada orang yang mencari kesembuhan kepada Dia. Maka Dia mengijinkan orang-orang itu datang, Dia menyembuhkan mereka, Dia mendoakan mereka, dan Dia memberikan begitu banyak anugerah untuk orang-orang seperti ini. Itu sebabnya kita yang melihat fenomena kesembuhan ilahi, kita mesti tahu siapa yang harus kita lawan. Kita sedang tidak melawan orang sakit yang putus asa memperoleh pertolongan, tapi kita harus kritik keras orang-orang yang memberikan harapan palsu dengan tawaran-tawaran yang bukan ada di Injil Tuhan. Kita tidak boleh benci orang yang sedang putus asa, kita harus benci semua tawaran palsu untuk mengobati keputus-asaan itu. Tuhan Yesus mengucapkan ucapan bahagia termasuk peringatan supaya murid-muridnya tidak mudah menghakimi orang lain.

Di dalam ucapan bahagia di Lukas ditulis dengan cara yang berbeda dengan di Matius, kita tidak tahu apakah ini khotbah yang beda dan karena itu dicatat dengan cara yang berbeda, atau itu khotbah yang sama yang dicatat dengan cara yang berbeda. Kalau ini adalah khotbah yang sama maka cara matius dan Lukas mencatat itu beda, sebab Matius meletakan ucapan bahagia denagn jumlah yang lebih besar dan banyak, memisahkan ucapan bahagia dengan celakanya di tempat yang lain dan merumuskan ucapan bahagia ini sebagai satu dorongan kepada para murid untuk hidup menjadi berkat di tengah-tengah dunia yang sudah rusak. Maka di Matius 5 diucapkan ucapan bahagia setelah itu dilanjutkan dengan perintah “kamu harus menjadi garam dan terang di tengah-tengah dunia ini”, ini perintah yang diberikan setelah sebelumnya Tuhan menjanjikan ucapan bahagia. Tuhan beri kekuatan dulu setelah itu Tuhan minta semua orang Kristen atau semua murid-muridNya berjuang menyatakan kebenaran Tuhan di tengah-tengah dunia. Ini adalah panggilan yang sangat sulit, itu sebabnya Tuhan sudah lebih dulu beri kekuatan di depan. Inilah perspektif Maitus waktu menulis. Bagaimana dengan Lukas? Di bagian ini Lukas memberikan sudut pandang yang lain, ucapan bahagia ini ditujukan untuk 2 hal. Pertama, untuk memberi konfirmasi bahwa Dia memperkenan orang-orang yang datang kepada Dia meskipun orang-orang dunia menghina orang-orang ini. Kedua, ucapan ini diberikan untuk menegur setiap orang yang merasa diri lebih baik lalu menghina orang yang lebih jelek. Maka ketika orang miskin datang kepada Tuhan Yesus, orang kaya mungkin mencibir, tapi Kristus mengatakan “berbahagialah kamu yang miskin, berbahagialah kamu yang lapar, berbahagialah kamu yang sekarang menangis, berbahagialah kamu yang ditolak, dikucilkan dan dicela sebagai sesuatu yang jahat. Jadi Kristus menyatakan penerimaanNya kepada orang-orang seperti ini. Mari kita juga belajar menerima keadaan dari orang-orang yang mencari Tuhan dengan cara seperti ini.

Lalu siapa yang berbahagia? Yang berbahagia adalah orang-orang yang sedang dalam kesulitan. Apakah semua orang sulit bahagia? Tidak, karena Tuhan Yesus sedang berbicara kepada orang-orang yang mau datang kepada Dia. Ketika orang-orang ini mau datang kepada Dia, Yesus mengatakan “berbahagialah kamu yang sudah datang kepadaKu, tapi keadaan miskin. Tapi celakalah kamu yang datang kepadaKu, tapi kamu mempunyai begitu banyak kekayaan”. Maka kita akan bahas dalam beberapa kali, hari ini kita akan fokus kepada peringatan Tuhan Yesus mengenai kekayaan dan ucapan bahagia bagi orang miskin. Mengapa orang kaya ditegur dengan keras? Mengapa orang miskin diberikan ucapab bahagia begitu besar? Apakah semua orang miskin otomatis berbahagia? Tidak. Apakah orang miskin, karena dia miskin maka Tuhan pasti terima Dia? Tidak. Ada orang yang menjadi miskin mungkin karena dia tidak mau kerjakan apa-apa, ada orang menjadi miskin mungkin dia terlalu malas untuk bertindak, ada orang yang miskin meskipun dia gigih bekerja, ada orang yang miskin karena ditipu orang lain, ada orang yang miskin karena keadaan lingkungan membuat dia tidak mempunyai pilihan kecuali menjadi orang miskin. Maka menjadi orang miskin tidak otomatis diterima oleh Tuhan, tapi Tuhan Yesus sedang memberikan peringatan kepada orang kaya untuk menghargai setiap orang yang Tuhan terima karena mereka mempunyai bahagianya sendiri. Lalu kalau orang rela mau datang kepada Tuhan Yesus, mau datang sepenuh hati dan dia miskin, apa bahagia yang dimiliki? Di sini orang miskin dikatakan “berbahagialah kamu”, mengapa berbahagia? Karena di dalam kemiskinan dia tidak punya hambatan-hambatan yang banyak untuk datang kepada Tuhan Yesus. Sedangkan orang kaya untuk datang kepada Tuhan Yesus mempunyai terlalu hambatan yang membuat dia tidak secepat orang miskin yang mau datang kepada Tuhan Yesus. Apa hambatan-hambatan yang dimiliki oleh orang kaya? Banyak, dan kita akan membahas beberapa pada hari ini. Orang kaya terhambat untuk datang kepada Tuhan Yesus karena dia lebih cinta harta dari pada cinta Tuhan Yesus, ini adalah problem pertama. Orang miskin tidak punya harta, mau cinta apa? Orang miskin uangnya begitu sedikit, apa yang mau dicintai dari uang yang sedikit? Tapi orang kaya yang uangnya banyak, lebih mencintai uang dari pada Tuhan, maka mereka sulit datang kepada Tuhan dengan murni. Saya tidak mengatakan Saudara yang kaya harus menjadi miskin, saya tidak mengatakan Tuhan membenci orang kaya, saya hanya mengatakan Tuhan memperingatkan orang kaya bahwa dia punya hambatan banyak yang harus diawasi, yang orang miskin tidak miliki. Itu sebabnya ketika cinta Saudara kepada Tuhan didasari oleh banyaknya harta yang Saudara dapat, Saudara bukan orang yang sungguh-sungguh datang kepada Tuhan, inilah halangan. Apakah kita sungguh-sungguh datang kepada Tuhan? Ini jadi penguji, kalau ternyata harta kita berkurang drastis ketika kita makin setia kepada Tuhan, mau makin setia? Tetapi kalau orang berjuang lalu dia menjadi kaya, itu tidak salah, tetapi Tuhan hanya memperingatkan “kamu berjuang mati-matian, lalu kamu jadi kaya”, hartamu akan menghalangi kamu datang kepada Tuhan. Kalau orang sudah kaya, mampu mengatasi halangan ini, dia juga menjadi bahagia. Tapi tidak banyak yang mampu lakukan, ini peringatan yang saya bagikan kepada Saudara. Tidak banyak orang mampu mengalahkan halangan-halangan dari kekayaan. Itu sebabnya kerelaan kita ikut Tuhan dengan tulus dan sempurna, itu akan dihalangi oleh harta. Maka saya tekankan kembali orang kaya tidak otomatis berdosa, kekayaan tidak harus berarti berdosa kecuali kalau Saudara ambil dengan cara yang ilegal. Tapi kalau Saudara bekerja dengan segiat mungkin, sekeras mungkin, sebijak mungkin, lalu Saudara diberkati dengan demikian limpah, mari belajar dengan mengucapkan begini “Tuhan, hatiku tidak mau berpaut kepada kekayaan, hidupku tidak mau berpaut kepada kekayaan, hidupku tidak bergantung pada apa yang aku miliki sekarang”.

Lalu hal yang kedua, kekayaan itu membuat kita cenderung menikmati dunia dari pada menikmati Tuhan. Orang kalau sudah punya kekayaan lalu menikmati fasilitas-fasilitas dari kekayaan akhirnya ketika fasilitas itu dicabut, dia tidak mampu lagi hidup dengan cara yang seperti biasa. Saya pernah diskusi dengan beberapa pengurus, kita bingung kalau kita harus cari tempat lalu tempat itu tidak punya tempat parkir yang cukup, bagaimana ya? Saya merenungkan dalam hati, kalau tidak cukup tempat parkir apakah jemaat akan turun jumlahnya? Bayangkan mobil sebanyak ini butuh tempat parkir sebesar apa? Kalau tidak muat tempat parkirnya jadi jangan bawa mobil supaya tidak parkir, kalau tidak bawa mobil berarti naik angkot, ”naik angkot? Itu barang haram bagi saya”, ini bahayanya orang kaya. Akhirnya tidak ke gereja karena tidak bisa datang dengan mobil dengan nyaman seperti biasa, ini yang membuat saya heran. Mengapa berkat Tuhan menghalangi kita datang kepada Tuhan? Saudara diberikan mobil bukan berarti Saudara bergantung sama mobil kan? Saya ingat dulu kalau pergi ke gereja atau ke seminar Pak Stephen Tong, saya selalu naik bus. Hal ini membuat saya menyadari satu hal, saya biasa naik begini maka saya tidak keberatan naik bus untuk datang kebaktian. Tapi kalau saya sudah biasa dengan mobil, apakah mungkin saya lakukan ini lagi? Ini satu hal yang mesti kita renungkan baik-baik, kita datang kepada Tuhan dihalangi oleh kenyamanan atau tidak. Kalau kita terbiasa dengan kenyamanan, lalu kenyamanan itu diambil dan kita marah, di sini kita tahu bahwa kenyamanan itu sudah menjadi dewa kita. Jadi sekali lagi Tuhan tidak melarang orang jadi kaya, menikmati hal-hal yang mewah, tapi kalau kita mulai terhambat datang kepada Tuhan karena kemewahan ini, mungkin waktunya kita mengatakan “saya harus melatih diri untuk tidak terjerat dengan kenikmatan seperti ini”. Tapi ini tidak dimiliki oleh orang miskin, maka dikatakan orang miskin berbahagia bukan karena mereka miskin, tapi karena mereka tidak punya pilihan. Waktu mereka datang kepada Tuhan, mereka mengharap sesuatu kepada Tuhan, mengharap Tuhan memberikan berkat, mengharap Tuhan memberikan anugerah. Karena kalau Tuhan tidak berikan, tidak ada lagi yang sanggup berikan kepada kita. Inilah hal-hal yang bisa kita lihat di dalam Firman Tuhan ini yaitu orang-orang miskin berbahagia karena dia tidak mempunyai kelebihan apa-apa yang bisa dia nikmati dan dia serahkan semua kepada Tuhan. Mari yang miskin menanggap sesuatu yang benar-benar diamini. Saudara jangan hidup dengan cara picik, jangan hidup dengan terus merasa diri kurang berkat, jangan hidup dengan cara terus iri kepada orang yang sukses. Tapi hidup dengan cara menikmati apa yang Tuhan mau nyatakan sebagai berkat dari Dia lalu menikmati Tuhan dalam hidup. Dan bagi yang kaya jangan menggantungkan hidup dalam kekayaan, Saudara harus berani mengatakan “di dalam kemewahan saya bisa menikmati Tuhan, di dalam ketiadaan kemewahan saya tetap bisa menikmati Tuhan. Saya boleh hidup menikmati ini, dan kalau Tuhan ambil semua ini saya juga tetap bisa hidup karena Tuhanlah yang menopang hidup saya, bukan harta ini”. Ini kalau bisa kita ucapkan, kita menjadi orang yang lulus dalam ujian yang sedang dinyatakan.

Ketiga, orang yang punya kekayaan cenderung mendapatkan penghormatan dari dunia ini, orang miskin tidak. Maka orang miskin tidak punya kesombongan apa-apa, dia datang dengan kerendahan hati. Dunia ini begitu rusak, memberikan penghargaan kepada harta jauh melampaui memberikan penghargaan kepada yang lain. Orang kaya dihargai sampai lepas topi, ada orang berjasa bagi kemanusiaan belum tentu diberikan penghargaan seperti ini. Ini adalah penghargaan dunia bukan penghargaan Kristen. Orang Kristen menghargai orang yang cinta Tuhan, orang Kristen menghargai orang yang rela berkorban bagi orang lain, orang Kristen menghargai bijaksana, kebajikan dan kesucian hidup, ini yang dihargai. Maka kalau Saudara datang ke gereja ini hanya untuk memberikan daftar mana orang kaya yang saya bisa jalin relasi, Saudara sudah sangat berdosa kepada Tuhan. Mengapa orang yang kaya dikatakan celaka? Karena di tengah kekayaannya dia mendapatkan penghormatan palsu dari manusia. Dan dengan demikian dia biasa ditinggikan dan karena itu dia memiliki keangkuhan hidup yang lebih dari yang lain. Saya tidak mengatakan semua orang kaya seperti ini, ada orang kaya yang rendah hati tapi itu tidak banyak, dan harusnya itu banyak terdapat di tengah-tengah orang Kristen. Maka orang kaya mesti ingat kalau ada orang baik kepada Saudara, dia hanya menghargai harta Saudara, kalau bisnis Saudara hancur, dia tidak mungkin lagi mau berteman dengan Saudara. Orang mendapatkan uang itu bukan suatu kualitas yang hebat, orang mendapatkan kebajikan ini kualitas yang paling hebat. Orang mendapatkan kerelaan berkorban bagi orang lain, ini kualitas yang hebat. Maka ketika orang menghargai bijaksana, kerelaan berkorban, orang ini adalah orang bijak. Tetapi kalau orang miskin adakah yang sombong? Sudah miskin sombong, itu keterlaluan. Umumnya orang miskin punya kerendahan hati natural, merasa dirinya tidak layak di mana-mana. Waktu masuk di tempat belanjaan pun dia celingak-celinguk. Jadi ini perasaan rendah hati orang miskin yang alami. Orang kaya rendah hati seperti ini susah, bukannya tidak ada tapi sulit sekali. Orang punya banyak harta, di mana pun dia dihargai, dia pergi ke kantornya satpam menghormati, dia pergi kemana ada pembantu yang siap melayani, apakah dia bisa mempunyai kerendahan hati? Harus bisa, memang sulit tapi itu bukan alasan. Ketika kita membiasakan diri untuk menghargai orang lain dalam level yang sama dengan kita meskipun dia tidak punya, itulah kemenangan dari orang yang punya harta lebih. “Meskipun saya kaya, saya tidak anggap kekayaan saya membuat saya lebih penting dari orang lain. Meskipun kamu miskin, saya hargai kamu sebagai orang yang mempunyai nilai sama dengan saya”. Kita yang mempunyai kesempatan oleh Tuhan mendapatkan harta dan kehidupan yang dihormati oleh orang lain, mesti mencegah diri dari godaan menganggap diri lebih hebat dari yang lain. Maka berbahagialah orang yang miskin karena dengan rendah hati datang kepada Tuhan, karena dia tidak punya penghiburan di tempat lain kecuali Tuhan, karena hanya di dalam Tuhan dia mendapatkan satu kepuasan dalam hidup, karena dengan rendah hati menjalani hidup, tidak memandang rendah orang lain dan rendah hati mau datang kepada Tuhan. Tetapi celakalah orang-orang kaya kalau ternyata hartanya menghalangi dia datang kepada Tuhan, kalau ternyata hartanya membuat dia mencari penghiburan duniawi lebih limpah dibandingkan datang kepada Tuhan, kalau motivasinya datang kepada Tuhan adalah untuk kekayaannya, kalau karena kekayaannya dia memandang rendah orang lain. Tapi orang kaya yang belajar melewati kesulitan ini lalu datang kepada Tuhan dengan murni hatinya, menghargai orang lain dengan sepenuh-penuhnya, mencari kenikmatan dan kebergantungan hanya kepada Tuhan dan bukan harta, dia pun mengalami bahagia yang sama. Inilah yang mau diucapkan pada ucapan bahagia hari ini. Biarlah kita belajar merendahkan diri kita di hadapan Tuhan, menganggap pemeliharaan Tuhan itu yang akan menopang dan menguatkan kita, bukan hal-hal lain. Itu sebabnya dalam ayat 21 dikatakan “berbahagia kamu yang lapar, berbahagia kamu yang menangis, kamu akan dipuaskan, kamu akan tertawa”. Ada orang-orang yang ketika tidak punya pilihan datang kepada Tuhan dan dia mendapatkan kepuasannya. Biarlah kekayaan yang Tuhan tambahkan di dalam hidup kita tidak membuat kita berpaling dari niat hati seperti ini. Tuhan tidak peduli Saudara kaya atau miskin, Tuhan lihat hati Saudara tulus atau tidak. Tuhan tidak peduli berapa sukses atau gagal Saudara, tapi Tuhan melihat berap rela Saudara menjadi berkat bagi orang lain. Kekayaan yang Tuhan berikan itu untuk sesuatu yang sangat penting. Tuhan memberikan kekayaan supaya menjadi berkat dengan limpah, karena ada kemungkinan banyak hal demi menolong manusia. Orang yang mempunyai banyak orang bisa mendirikan banyak hal untuk menolong begitu banyak orang. Itu sebabnya Tuhan mempercayakan harta supaya bisa bertanggung jawab pada Tuhan. Tapi iblis juga pakai harta untuk menjadi sesuatu yang gampang menyeret kita jauh dari Tuhan. Maka mari kita belajar untuk mendeteksi kira-kira saya ada di bagian mana, apakah saya kekurangan lalu mengutuk Tuhan karena kekurangan saya, mengutuk lingkungan saya karena kekurangan saya, jika seperti itu maka saya harus bertobat dan kembali kepada Tuhan. Apakah saya orang yang terjerat dengan kekayaan saya, maka saya pun harus kembali kepada Tuhan. Di dalam ayat yang ke-24 “celakalah kamu yang kaya, karena di dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu”. Biarlah kekayaan kita tidak membuat kita mendapatkan kepuasan, tapi membuat kita mencari Tuhan yang menopang dan sumber sejati di dalam kehidupan kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)