(Lukas 22: 39-46)
Yesus Kristus bergumul dan pergumulanNya adalah pergumulan yang berat. Kesulitan hidup yang dialami Kristus adalah kesulitan yang Dia harus tanggung karena Dia adalah manusia. Jangan menekankan keilahian Yesus ketika berbicara tentang pergumulan Dia. Dia bukanlah Allah yang bebas pergumulan, tapi Dia adalah Allah yang mau bergumul bersama dengan kita sehingga Dia menjadi manusia. Ada orang yang mengatakan kepada saya “pak, mengapa Allah bisa mempunyai hati yang hancur, bisa sedih, bisa marah, bisa kecewa, bukankah Dia sempurna? Dan kesempurnaan itu tidak mungkin bisa berada bersama perasaan yang labil, kalau perasaan itu bersifat dinamis dan berubah maka sang pemilik perasaan bukanlah sesuatu yang sempurna atau pribadi yang sempurna?”. Tapi kalau sempuran itu tidak berkait dengan perasaan, maka kesempurnaan itu adalah kesempurnaan yang kosong. Mempunyai perasaan itu sangat penting untuk dikaitkan dengan person, kepribadian seseorang dan juga dengan relasi yang dia miliki. Orang yang berelasi tanpa perasaan, dia sedang tidak sungguh-sungguh mempunyai relasi. Siapa mau berelasi, dia akan membuka diri untuk menjadi rentan. Teologi-teologi dari teologi Reformed pasca perang dunia II banyak pengertian indah yang dikeluarkan. Ada seorang bernama Jurgen Moltmann, dia membagikan teologi mengenai Allah yang rela menderita. Allah adalah Allah yang memang ingin berbagian di dalam kesulitan, pergumulan yang dialami manusia, ini sifat Allah. Saudara tidak bisa mengatakan, “meskipun Dia Allah, Dia rela merasakan apa yang kita rasakan”, kata meskipun harus dihilangkan dan diganti dengan “oleh karena Dia Allah maka Dia rela merasakan apa yang kita rasakan”. Allah adalah Allah yang mempunyai hati yang Dia mau bagikan untuk mengalami atau untuk merasakan, berbagian dalam apa yang kita alami. Allah perlu belajar untuk merasa? Bukan, Dia adalah Allah yang sempurna, Dia tidak perlu belajar apa pun. Tetapi Allah mengundang manusia untuk berelasi dengan Dia, dan undangan ini membuat Tuhan membuka DiriNya untuk kemungkinan dilukai. Tidak ada orang berelasi tanpa kesiapan untuk dilukai. Yang tidak mau terluka karena membuka diri untuk sebuah relasi, adalah orang yang paling kasihan, karena dia tidak mengerti apa itu gambar Allah. Gambar Allah punya banyak sisi pengertian, tapi satu sisi sangat penting yaitu gambar Allah itu bersifat relasional, ada relasi. Relasi adalah bagian penting dari menjadi manusia, saya bisa menjadi manusia karena saya berelasi dan relasi yang saya jalankan adalah relasi yang penuh kasih dan kasih juga berkait dengan kemungkinan untuk dilukai atau dikecewakan. Maka Allah kita adalah Allah yang membuka diriNya untuk berelasi dengan diriNya, dan Dia mau menyatakan bahwa Dia mengerti apa yang manusia rasakan oleh karena Dia senantiasa berada bersama umatNya dan bergumul bersama umatNya. Ini gambaran Tuhan yang penting dari Kitab Suci. Umat Tuhan begitu penuh anugerah karena Tuhan rela menyertai umatNya dan bergumul bersama umatNya. Ini dinyatakan dari awal, dalam Kitab Kejadian, Tuhan menyatakan bahwa RohNya melayang-melayang di atas permukaan air, kalimat itu sangat penting karena Alkitab mengatakan bumi belum berbentuk dan kosong. Lalu permukaan bumi dipenuhi oleh air dan apa yang di atas air adalah gelap gulita. Saudara bisa imajinasikan, bumi yang kacau balau, kosong, gelap dan penuh air, bisakah manusia tinggal di situ? Tidak, maka Roh Kudus datang lalu menaungi samudera dan ciptaan pun dimulai. Apakah Tuhan menciptakan dan langsung jadi? Tuhan berkata ketika Roh Kudus datang, Dia langsung berfirman “jadilah langit dan bumi secara sempurna”, apakah langsung jadi? Tidak, Tuhan tangani satu per satu, Tuhan menyatakan proses penciptaan yang sangat sesuai dengan pengertian manusia. Hari pertama Tuhan menciptakan terang, setelah itu Tuhan memisahkan dari gelap, terang jadi siang gelap jadi malam, jadilah petang jadilah pagi, hari berikutnya. Ini mirip dengan jam kerja manusia, manusia pergi ke ladang pagi-pagi dan pulangnya sore, setelah itu tidur, pagi-pagi bangun dari tidur kerja lagi sampai sore, pulang tidur, itu cara kerja kita. Ini paham yang kita bisa mengerti, Tuhan menyatakan Dia mencipta seperti cara manusia bekerja. Apakah Tuhan mencipta seperti itu? Kita sulit tahu. Bagaimana tahu Allah berfirman langsung jadi? Ini sesuatu yang sangat sulit dipahami. Ada seorang bernama Tan Malaka, salah satu founding fathers dari Indonesia yang sangat beraliran ke kiri, dia menulis buku berjudul Madilog: Materialisme, Dialektika dan Logika. Salah satu bagian dari buku itu mengatakan kalau dia memahami Tuhan mencipta itu adalah pemahaman logika kuno, logika agama. Logika yang benar adalah yang ada adalah ada dan dari yang ada kita bisa memahami. Jangan cari yang tidak ada. Waktu saya baca ini, saya merasa kasihan, dia punya pemikiran yang begitu pintar tapi dia terkurung di dalam dunia yang tertutup, dia terkurung dalam materialisme, melihat segala yang real itu hanya materi. Mengapa mengatakan tidak ada menjadi ada? Karena creatio ex nihilo, dari tidak ada menjadi ada. Alkitab sedang berbicara tentang dunia ciptaan. Dunia ciptaan pernah tidak ada, tapi menjadi ada. Allah tidak pernah tidak ada, tapi Dia menciptakan yang ciptaan dari tidak ada menjadi ada. Ini sesuatu yang sulit dipahami, maka kalau Tuhan mau menyatakan berita ini dengan cara yang sangat advance, kita tidak mungkin mengerti. Tapi kita bersyukur kepada Tuhan karena Kitab Kejadian ditulis untuk menampung pikiran kita yang terbatas dan membimbing kita dalam kebodohan kita untuk mengerti Tuhan. Maka Tuhan menggambarkan diriNya sebagai Allah yang berjuang mengatasi segala hal yang kacau, lalu dalam hari-hari penciptaan sampai hari ke-6 untuk membereskan segala hal yang kacau itu. Mengapa Tuhan mesti bergumul untuk menjadikan damai sejahtera, mengapa Tuhan emsti bergumul dari keadaan tidak ada apa-apa yang baik, dari kacau balau dan kosong, Dia kerja keras selama 6 hari untuk menjadikan dunia baik? Karena Dia mau menyatakan Dia adalah Allah yang ingin bersama dengan ciptaanNya, mengalami, menguatkan, memimpin umatNya yang Dia ciptakan menjalani hidup. Jadi kita menjalani hidup dengan diserta Tuhan. Tuhan ingin menjalani hidup Saudara karena itu yang Saudara perlu. Ada satu orang mengatakan di dalam saat-saat paling gelap, di saat-saat Tuhan paling tidak bisa dilihat, di situ justru Tuhan paling terlihat, ini adalah perkataan dari Martin Luther. Martin Luther mengatakan Tuhan menyatakan diri dengan limpah, pada waktu Dia disangka ada di situ. Dari semua tempat di bumi, di mana Tuhan paling menyatakan diri? Orang akan mengatakan Bait Suci, karena ini adalah tempat yang sangat mulia dan mewah, Tuhan pasti mau hadir. Tapi Tuhan meninggalkan Bait Suci dan hadir di kayu salib. Tuhan meninggalkan Bait Suci dan hadir dalam seorang yang sederhana dari Nazaret yang namanya Yesus. Tuhan menyatakan diri dengan cara yang sangat tidak kita sangka. Itu sebabnya semakin kita peka akan pimpinan Tuhan lewat firmanNya, semakin kita dikuatkan karena pada waktu kita merasa Tuhan tidak hadir, pada waktu itu kehadiran Tuhan begitu limpah dan besar. Saya bicara ini dalam konteks kesulitan hidup yang bukan karena dosa. Orang berdosa akan merasa Tuhan jauh dan selayaknya Dia jauh. Lalu bagaimana kalau kita sudah jatuh dalam dosa? Kita mesti ingat Tuhan adalah Tuhan yang senantiasa memanggil kita kembali dan Tuhan justru menyatakan kehadiranNya melalui teguran, bimbingan dan melalui hardikan yang keras supaya kita mau kembali kepada Dia.

Allah kita adalah Allah yang mau menyatakan kerelaan menyertai. Dalam Kitab Injil, kerelaan Tuhan yang paling besar adalah ketika Dia mengirim Anak Allah, Pribadi kedua dari Tritunggal menjadi manusia. Waktu Sang Anak Allah jadi manusia, pada waktu itu kita mengetahui satu hal bahwa Allah sangat sempurna di dalam keinginan atau kerelaan menyertai kita. Itu sebabnya inkarnasi Kristus disebut Immanuel, Allah beserta kita. Dengan cara apa Dia menyertai kita? Dengan cara menjadi manusia. Allah menjadi manusia sangat penting untuk kita pahami, karena kalau Allah tidak menjadi manusia, kita tidak akan pernah mengasihi Dia sebesar kita mengasihi Dia sekarang. Mengapa Saudara mengasihi Tuhan? Karena Tuhan tahu kesulitan kita dan Dia sudah hadapi. Dia lewati kesulitan manusia dan Dia berhasil. Kalau Saudara mengatakan “Dia berhasil karena Dia Allah, bukankah Dia Allah dan Dia bisa melakukan semua”, maka saya minta Saudara baca lagi Alkitab dengan baik. Di dalam Kitab Suci penekanan yang diberikan oleh penulis justru pada kemanusiaan Yesus. Berarti Yesus bukan Allah? Salah, Dia adalah Allah. Dan Saudara tidak bisa memahami tulisan Perjanjian Baru kecuali dilatarbelakangi Saudara sudah paham bahwa Yesus adalah Allah. Setelah tahu Yesus adalah Allah maka Saudara akan melihat usaha penulis Perjanjian Baru untuk menekankan kepada pembacanya bahwa Dia juga manusia. Inilah yang sangat jelas terlihat, makanya banyak orang mengatakan Yesus bukan Allah, lihat tulisan-tulisan Perjanjian Baru sangat menekankan kemanusiaan Kristus. Saudara harus tahu di abad pertama ada ajaran bidat yang sangat menghina tubuh manusia, tubuh manusia jelek dan karena itu Allah tidak mungkin bertubuh, mana bisa Pribadi kedua bertubuh? Ajaran ini nanti berkembang dengan nama gnostik, ini ajaran bidat dari agama Kristen yang muncul di abad 3. Sebelumnya ajaran ini sudah masuk sehingga penulis Perjanjian Baru terutama Yohanes sangat menekankan Yesus bertubuh, Dia manusia sungguhan, Dia pernah lapar, pernah haus. Berarti kalau jadi Yesus semuanya mudah, kalau lapar tinggal ubah batu menjadi roti. Saudara mungkin membayangkan kalau jadi Yesus tidak ada kesusahan dalam hidup. Sehingga kita berpikir Yesus senang sekali hidup sebagai manusia karena Dia juga punya kuasa Allah, Dia kalau lapar tinggal ubah batu menjadi roti. Dan inilah yang persis iblis mau bawa supaya Yesus lakukan, iblis ingin berbuat supaya Yesus bukan manusia, iblis ingin membuat kemanusiaan Yesus tidak sama dengan kemanusiaan kita. Maka dia menekankan betapa spesialnya Yesus menjadi manusia, “you are one of a kind, tidak ada yang seperti Engkau, kalau semua manusia bisa bergumul soal kelaparan, Engkau tidak karena Engkau adalah Anak Allah. Karena Engkau Anak Allah, jangan pikirkan soal orang-orang kecil itu, semua orang bergumul lapar, Engkau tidak perlu. Semua orang bisa sulit, Engkau tidak perlu. Semua orang menderita, Engkau tidak perlu. Semua orang kesulitan untuk menjadi pemimpin, Engkau tidak perlu sulit”, ini yang ditawarkan oleh iblis. “Orang bergumul mencari makan, Engkau Anak Allah tidak perlu bergumul cari makan”. Tapi Anak Allah mengatakan “Aku ingin jadi manusia”. Jangan mau jadi manusia, jadi manusia itu susah, berat, tapi Yesus mengatakan “Aku mau”. Dan bukan cuma mau, Dia melarang apa pun yang membuat Dia tidak sama dengan manusia lain. Maka Dia mengatakan “enyahlah engkau iblis”. Dia mengusir iblis karena iblis berusaha membuat Dia tidak sama dengan manusia lain yang penuh pergumulan. Uniknya iblis menawarkan hal yang sama kepada kita, kita malah senang. Mengherankan, manusia tidak mau bergumul sebagai manusia, Allah mau bergumul sebagai manusia. Maka kita punya kebodohan yang luar biasa besar dan kita perlu berkaca lagi, lihat kepada Kristus yang mau bergumul. Dan kalau Saudara pikir pergumulan Kristus itu ringan dan mudah, itu salah besar. Karena Dia menolak jalan pintas apa pun yang ditawarkan iblis untuk membuat Dia tidak bergumul sama seperti manusia lain bergumul. Maka setelah iblis diusir oleh Tuhan Yesus, iblis gagal menjatuhkan Tuhan Yesus, Alkitab mengatakan iblis pergi meninggalkan Dia untuk mencari waktu yang baik. Maka Yesus senantiasa dapat pencobaan, ujian yang keras dan berat lewat usaha iblis untuk jatuhkan Dia. Itu sebabnya segala usaha untuk membuatNya tidak perlu bergumul, Dia enyahkan. Petrus pernah salah dan lumayan banyak salah, tapi berapa kali Yesus mengatakan kepadanya “hai iblis enyahlah”? cuma sekali, tidak setiap kali salah dikatakan iblis. Cuma satu saat Yesus mengatakan iblis kepada Petrus yaitu ketika pemberitahuan penderitaan. Ketika Tuhan Yesus mengatakan “Aku akan pergi ke Yerusalem, Aku akan ditangkap, Aku akan disalib, Aku akan mati”, Petrus mengatakan “mana mungkin Engkau akan mati, Tuhan tidak akan memberikan penderitaan ini”, dan Yesus mengatakan “hai iblis enyahlah”. Kapan Saudara mengatakan “hai iblis enyahlah”, waktu Saudara mengatakan demikian karena ada godaan berat untuk Saudara hadapi. Yesus sedang digoda dan Dia berjuang untuk menang.

Pergumulan paling berat itu ada di Taman Getsemani, inilah momen dimana iblis menyatakan pekerjaan paling limpah untuk menghancurkan Dia, tapi kita tidak sadar hal ini. Pdt. Ivan mengatakan ketika orang mengalami kesulitan, dia ada 2 jalan, jalan pertama adalah lari menjauh dan mengikuti semua pikiran kacau yang ada dalam hati kita, atau kedua datang mendekat kepada Tuhan dan berdoa. Ketika pikiran kita kacau, diarahkan menjauh dari Tuhan, kita bisa menaati dan menjauh atau datang ke Tuhan dan berdoa. Kita perlu berdoa karena setan sangat kuat, iblis terlalu kuat sehingga kita tidak sanggup menghadapi dia. Jangan lihat iblis hanya sebagai bentuk-bentuk horor yang ditunjukan di film. Film horor adalah cara setan untuk membuat dia kelihatan lunak, itu adalah pengecohan. Pekerjaan dia yang paling bahaya adalah membuat kita meragukan Tuhan, membuat kita tidak melihat Tuhan sebagai tempat kita berlindung, membuat Tuhan tidak lagi kita percaya bahkan untuk mengekspresikan pergumulan kita. Kita tidak lagi percaya Tuhan sehingga kita tidak perlu mengekpresikan diri kepada Tuhan. Saya khawatir kepada orang yang terlalu banyak curhat, saya tidak mengatakan curhat itu salah, tapi orang yang merasa ketergantungan curhat itu bahaya sekali. Dia gagal melihat Tuhan, dia tidak tahu apa itu doa, dia tidak pernah merasakan kenikmatan didengar oleh Tuhan, dia cuma merasa kenikmatan dibimbing kakak pembimbing.

Dan sekarang ada setting yang sangat indah dari Lukas yaitu di Taman Getsemani. Di Taman Getsemani paralel sekali dengan Taman Eden. Ini adalah Adam yang berikut yaitu Yesus, diparalelkan dengan Adam pertama di Taman Eden. Di Taman Eden, Adam dapat segala kelimpahan, dia tidak perlu bergumul untuk hidup. Di Taman Getsemani ada Yesus yang harus bergumul hidup karena sebentar lagi Dia akan mati. Ini beda jauh, Adam diberi hidup dan diberi support hidup di sekelilingnya. Yesus dicabut dari privilege unutuk hidup dan diberikan ancaman untuk membunuh Dia di sekelilingnya. Taman Getsemani mewakili kesulitan hidup dan ancaman kematian. Taman Eden mewakili support untuk hidup. Saudara lebih bahagia menjadi Adam pertama atau menjadi Yesus. Saudara ingin teladani Adam pertama atau Yesus? Kalau kita berani mengatakan “saya ingin meneladani Yesus”, maka Saudara harus siap ditempatkan di tempat yang sulit juga. Bukan kita yang cari kesulitan, tapi Tuhan mungkin menempatkan kita bukan di Taman Eden tapi di Taman Getsemani. Saudara lihat di Taman Eden ada semua hal yang mensupport Adam, tapi dia jatuh di tangan malaikat yang jatuh, dia jatuh di tangan setan. Sedangkan Yesus di Taman Getsemani yang penuh kesulitan, Dia ada bersama dengan malaikat, ayat 43. Malaikat turun dan mendampingi Dia. Di Taman Eden, malaikat turun dan mengusir Adam. Di Taman Getsemani, malaikat turun dan menguatkan Tuhan Yesus. Ini paralel tapi juga kontradiksi yang jelas sekali. jangan seperti Adam, cuma menikmati lingkungan yang baik, tapi tidak waspada terhadap kesulitan dan kemungkinan jatuh. Sedangkan Yesus Kristus bergumul dalam keadaan yang sangat sulit, Dia akan mati. Banyak orang mengatakan Yesus itu tidak takut mati, Dia sudah siap mati, Dia sangat berani. Tapi itu adalah pandangan yang salah karena di sini dikatakan Yesus tidak mau mati tapi Dia rela mati. Dia bukan orang yang cari-cari mati, Yesus gentar menghadapi kematian. Dan Saudara jangan mengatakan “jangan dong, Dia adalah orang yang tidak takut kematian, Dia melihat wajah kematian dan tertawa”, ini pahlawan-pahlawan jelek dari Amerika itu sudah merasuki pikiran kita. Sehingga kalau ada jagoan bawa senjata, rela mati, rela terjun, kita anggap pahlawan. Tapi orang yang bergumul untuk hidup itu tidak kita anggap pahlawan. Alkitab punya view lain, orang yang ingin hidup dan ingin menikmati Tuhan dalam hidup, itu orang yang benar. Orang yang tidak menikmati hidup, ingin cepat-cepat mati, itu orang yang tidak benar. Jadi kehidupan yang dihargai itu menunjukan Saudara adalah anak Tuhan. Anak Tuhan mencintai hidup, baik hidup yang diberikan kepada diri maupun hidup yang diberikan kepada orang lain. Anak-anak Allah mencintai hidup dan membenci kematian. Yesus menunjukan contoh, Dia tidak suka mati, Dia benci kematian, Dia gentar menghadapi kematian.

Mengapa Dia gentar, apakah karena Dia berdosa? Bukan, tapi karena Dia adalah sumber hidup dan kematian adalah negasi terhadap hidup. Apa itu mati? Mati itu berarti kita tidak bisa berespon kepada Tuhan dalam tubuh kita, respon kepada Tuhan dan sesama itu yang akan terjadi pada waktu kita mati. Maka Yesus tidak ingin ini kehilangan dari Dia. Yesus yang punya kasih tidak ingin relasi kasihNya berhenti. Baik relasi kasih dengan murid-muridNya maupun relasi kasih dengan Bapa di sorga. Dan Saudara mengatakan “jangan takut dong Tuhan Yesus, nanti kan Engkau bangkit”. Dia tahu Dia akan bangkit, tapi pengetahuan itu tidak membuat Dia tidak bergumul di dalam momen hidupnya. Pengertian tentang janji tidak membuat kita berhenti bergumul sekarang. Jangan marah kepada orang yang kesulitan dalam pergumulan, misalnya “saya takut sekali, mengapa hidup saya begini”, lalu Saudara mengatakan “hei, Tuhan pasti pelihara”, “memang iya, tapi hati…”, “tidak boleh merasa seperti itu, harus sukacita terus”, akhirnya nyanyi sukacita dengan penuh pergumulan, itu sukacita palsu. Lihat orang bergumul dan mengatakan “saya mengerti kamu sedang bergumul, tapi jangan lupa Tuhan berjanji semua akan baik”, “saya tahu semua akan baik, tapi mengapa sulit?”, Saudara jangan marah kepada orang seperti itu karena Yesus pun tahu semuanya akan baik, tapi tetap sulit. Mengapa sulit? Karena momen itu penting. Nanti akan baik, tapi momen ini belum baik, momen ini saya bergumul momen ini saya berjuang. Suatu saat kita akan bangkit dari kematian, apakah ini berarti kita tidak boleh takut mati? Siapa di sini yang tidak takut mati? Kita memang berlatih untuk tidak takut mati, tapi ketakutan akan kematian pasti muncul, gentar tetap ada. Tapi itu dikalahkan oleh janji Tuhan. Tuhan berjanji akan memberikan kebangkitan, Tuhan berjanji kan menyatakan relasi yang dipulihkan melampaui kematian. Tapi kuat mendengar janji tidak berarti tidak bergumul di momen sekarang. Dan pergumulan Yesus yang pertama adalah Dia harus meninggalkan kehidupan. Mati adalah hal yang berat, bukan karena Dia takut mati tapi karena Dia cinta hidup. Dia cinta hidup dan di dalam hidup itu bisa menikmati relasi dengan Tuhan. Ini ketakutan pertama, terpisah dari segala yang baik yang Tuhan sudah siapkan.

Hal kedua adalah waktu Yesus bergumul di Taman Getsemani, Dia sangat gentar dan takut, karena segala hal yang akan dicurahkan oleh Tuhan kepada manusia berdosa, akan Dia tanggung. Semua kutuk di dalam Kitab Bilangan itu akan dialami di kayu salib, dan ini bukan hal yang gampang sama sekali. Allah siap untuk menjadikan Dia contoh bahwa ini adalah orang yang dibuang oleh Tuhan berdasarkan nubuat Tuhan di Kitab Taura. Dan Yesus bergumul dalam hal ini. Itu sebabnya di dalam Kitab Suci, di ayat 44 dikatakan Yesus sangat ketakutan dan sungguh-sungguh berdoa. Sangat ketakutan itu berarti berada di dalam keadaan jiwa yang sangat gelisah. Keadaan yang sangat sulit, dikatakan Dia bergumul sampai berkeringat seperti darah yang bercucuran. Bergumul dengan berat tapi tidak ada yang menemani, tidak ada Petrus mendekat lalu mengatakan “tidak apa-apa, Engkau akan kuat”. Ini momen pergumulan yang penting, kita harus pahami dari Yesus. Di dalam pergumulan paling berat yang harus dialami, Dia melihat kepada BapaNya dan Dia mengalami penyertaan BapaNya yang real yang menyertai Dia. Tapi kekuatan dari Tuhan bukan berarti membuat Dia bebas bergumul. Pergumulan dan kesulitan menghadapi apa pun yang nyata dalam hidup adalah sesuatu yang akan kita tetap rasakan meskipun kita tahu Tuhan mendampingi. Penyertaan Tuhan tidak berarti Saudara tidak bergumul, tetap ada pergumulan, tetap ada kesulitan yang harus dijalani. Dan kesulitan yang harus dijalani itu harus dijalani dengan doa yang makin tekun. Maka Yesus mengatakan kepada murid-murid “mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoa supaya kamu jangan jatuh dalam pencobaan”. Kamu tahu tidak kesulitan untuk menjalankan kehendak Tuhan itu berat. Tawaran untuk lari dari kehendak Tuhan itu selalu ada dan besar sekali panggilannya, tarikannya selalu besar, pergumulan berat karena saya tidak sanggup menjalankan yang Tuhan mau, itu sangat besar menghancurkan kehidupan manusia. Ini pergumulan yang bisa menghancurkan ketika Saudara tidak datang kepada Tuhan membawa pergumulan ini. Saudara jangan pikir orang suci adalah orang-orang yang tidak bergumul, orang suci adalah orang yang melihat pergumulan dan tertawa, ini kesempurnaan yang kita pikir ada pada diri siapa pun, maka kita akan mengatakan “andai saya seperti John Calvin, dia tidak takut menghadapi apa pun, dia melihat siapa pun apa pun, termasuk orang-orang yang melawan dia dan dia berani menghadapi. Tapi Saudara baca kehidupan Calvin, dia penuh pergumulan, ketakutan, pernah menghadapi keadaan seolah mau mundur, mau gagal, dia pernah menulis “Tuhan kepadamu kuberikan hatiku sesegera mungkin dan seutuhnya”, itu terjadi karena dia mau menang atas pergumulan. Jangan pikir raksasa-raksasa iman itu tidak bergumul, karena di sini ada Yesus yang dipresentasikan oleh Injil Lukas. Yesus juga bergumul, Dia juga menjadi manusia yang menjadi teladan kita dan Dia bergumul, Dia mengalami kesulitan ke salib, Dia tidak mau ke situ, Dia tidak mau dibenci oleh BapaNya, Dia tidak mau dibuang oleh BapaNya, Dia tidak mau menjadi wakil dari orang-orang bejat lalu menjadi kepala-kepala dari pemberontak, seperti yang dinubuatkan di dalam Yesaya 53, Dia tidak mau mempunyai nama yang dihina sebagai orang yang mengkhianati Tuhan. Bagi orang yang mencintai Tuhan, kalimat “engkau musuh Tuhan dan dibenci Tuhan”, itu berat sekali seperti tidak mau hidup lagi. Seperti orang yang Saudara kasihi mengatakan kepada Saudara “aku tidak mengasihi engkau, aku benci engkau, dan akan mengutuk engkau”, kalimat itu sangat menyakitkan. Maka Yesus tidak mau menjadi wakil dari orang-orang yang mau dikutuk oleh Tuhan, itu berat sekali untuk Dia. Maka Dia berdoa minta kalau boleh Dia tidak ke salib. Dan Saudara mesti tahu beratnya ini, Yesus tidak akan mengucapkan ini kalau Dia tidak sangat terganggu di dalam hatiNya. Di dalam doaNya Dia mengatakan “Bapa jikalau boleh biarlah cawan ini lalu”, itu adalah godaan yang berat sekali. Saya percaya iblis sedang menggoda Dia dalam kekuatan yang maksimal, terus mengatakan “mengapa Engkau harus ke salib? Biarkan orang-orang ini. Kembalilah ke sorga dengan keadaan yang biasa, biarlah manusia binasa dan Engkau menjadi pemimpin dari ras yang baru”. Mirip seperti ujian yang Tuhan berikan kepada Musa, “Aku akan hancurkan seluruh Israel, Aku akan jadikan engkau kepala yang baru dan keturunanmu akan jadi umat pilihan”. Tapi Musa lulus ujian dengan mengatakan “tidak bisa Tuhan, Engkau janji kepada mereka, Engkau harus nyatakan”.

Yesus bergumul di Taman Getsemani, tapi sangat berbeda dengan Adam. Yesus kembali ke Tuhan, sementara Adam mempertimbangkan segalanya sendiri. Ular datang kepada Hawa, menggoda Hawa, setelah itu Hawa datang kepada Adam dan tidak satu pun dari mereka datang kepada Tuhan. Mereka merasa sudah pintar, sudah dewasa, “tentulah kalau kamu makan buah ini kamu dikatakan akan mati, tapi kamu tidak akan mati, kamu makan dan akan seperti Tuhan”. Hawa langsung mengatakan “buah ini menarik”, akhirnya dia makan dan bawa ke Adam. Adam lebih parah lagi, mikir pun tidak, cuma makan. Tidak ada refleksi sama sekali. Hawa cuma pikir “ini menarik, saya pikir boleh saya makan”, kemudian Adam, bergumul pun tidak, pokoknya jalani saja. Ini berbahaya, orang yang tidak mau bergumul untuk apa pun lalu jalan seenaknya, itu akan jatuh dalam dosa yang sama seperti Adam. Saudara masih melakukan bisnis yang kontroversi, Saudara tidak mau bergumul, “sudahlah jalani saja”, itu mirip Adam “sudahlah makan saja, lakukan saja”. Sudahlah artinya tidak perlu pusing, tidak perlu bergumul, putuskan sendiri, tidak datang kepada Tuhan, membuat Adam dan Hawa jatuh. Sedangkan Yesus dalam kesulitan, Dia datang kepada Bapa “bolehkah Aku diluputkan, tapi jangan Aku tapi kehendakMu. Jika Engkau izinkan Aku jalankan, kalau tidak Aku akan jalankan apa pun kehendakMu”, Dia datang kepada Tuhan. Saudara harus datang kepada Tuhan seperti Yesus datang kepada Tuhan. Yesus sangat ketakutan dan Dia sungguh-sungguh berdoa, Dia bangkit dan ke murid-murid lalu mengatakan “engkau harus berdoa”, tapi murid-murid tidur. Mengapa murid-murid tidur? Karena mereka tidak merasakan apa yang Yesus rasa, mereka tidak merasakan bahaya mendekat. Mereka pikir Kerajaan Allah akan datang dan mereka tidak tahu kerajaan itu akan datang dengan cara Yesus mati di atas kayu salib. Maka pada waktu itu Yesus berkata kepada mereka “mengapa tidur? Bangunlah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh dalam pencobaan”. Bagian ini mengingatkan kita bahwa Yesus Kristus mengingatkan murid-muridNya untuk kuat di dalam pencobaan dengan memberikan diriNya sendiri yang sudah lulus dari pencobaan sehingga Dia sudah siap untuk maju ke kayu salib. Hasil pergumulan Kristus adalah ketika Dia menyerahkan diriNya untuk ditangkap. Di dalam ayat 53 Yesus mengatakan “inilah saatnya kamu, inilah saatnya kuasa kegelapan itu”, Dia memberikan diriNya untuk ditangkap. Yesus menang atas pergumulan ini dan Dia membuktikan kemenangan itu sampai mati di kayu salib. Apa yang membuat Kristus menang atas pencobaan? Dia kembali kepada Bapa, memohon kepada Bapa dan menyerahkan kepada Bapa. Billy Graham pernah mengatakan kalimat yang indah sekali, selain karena taat kepada Bapa, Yesus tergerak oleh keberadaan murid-murid, Dia melihat murdi-murid dan Dia tahu murid-murid perlu Dia sebagai Juruselamat, sebagai Kepala dari umat yang baru, maka Dia pergi ke salib. Yang membuat Yesus menang atas pergumulan adalah Dia datang kepada Bapa dan Dia pelihara kasihNya kepada orang-orang sekitarnya. Mari pertahankan doamu kepada Bapa, pertahankan relasi dengan Bapa di sorga, biasakan datang kepada Dia dengan segala kesulitan dan panjatkan kesulitan Saudara, sambil mengakui keputusan Dia paling tepat. Apa yang Dia putuskan itu paling tepat dan kita harus berjuang dengan cara yang benar dalam konteks hidup yang Dia percayakan kepada kita. Setelah itu ingat baik-baik untuk pelihara kasih terhadap sesama, Saudara bukan hidup untuk diri tapi untuk orang lain. Maka pergumulan Yesus di Taman Getsemani membalikan kesalahan Adam dari gagal sekarang menjadi berhasil. Kiranya Tuhan memberkati kita dan memberikan kelimpahan hati kepada kita untuk menjalankan kehendak Tuhan. Saya harap Saudara mendapatkan berkat yang limpah dari firman Tuhan dan berani jalankan ini di dalam kehidupan.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)