(Keluaran 20 : 7, Bilangan 6 : 22-27 )
Kita sampai pada hukum ketiga yang mengatakan “jangan menyebut nama Tuhanmu dengan sembarangan”. Ini hal yang sering kali kita lupakan karena nama Tuhan yang kudus tidak boleh disebut dengan sembarangan tanpa maksud apa pun. Ini adalah hukum ketiga yang berkait dengan sebelumnya, dimana sebelumnya dikatakan “jangan menyembah Allah lain. Jangan ada patung, jangan membuat gambar apa pun yang menyerupai apa pun, lalu engkau mengatakan bahwa ini adalah Tuhan”. Karena image yang sejati dari Tuhan adalah Kristus, dan kehadiran Kristus di dunia itulah yang menyatakan kemuliaan nama Tuhan dengan sempurna. Jadi kemuliaan Tuhan dan nama Tuhan sangat dekat, maka tidak ada allah lain karena kita tahu hanya Allah satu-satunya yang mempunyai kemuliaan sejati, hanya Allah satu-satunya yang mencipta segala sesuatu, yang memelihara segala sesuatu dan yang menebus kita yang berdosa. Jangan membuat gambar apa pun, jangan membuat patung apa pun, karena tidak ada gambar atau patung apa pun yang dengan sempurna menyatakan kemuliaan nama Tuhan. Lalu yang ketiga, jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, karena nama Tuhan itu identik dengan sifat dan kemuliaan Tuhan. Mari kita lihat Keluaran 20: 7, Bilangan 6: 22-27, Ulangan 6: 13, Ulangan 18: 18-20. Peraturan yang ketiga mengatakan “jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan”. Dalam Kitab Keluaran ketika Musa bertemu dengan Tuhan dalam semak yang terbakar, Musa tanya kepada Tuhan “tetapi kalau mereka tanya kepadaku, Allah itu namanya siapa? jawaban apa yang harus keberikan kepada mereka? siapakah namaMu?” Musa bertanya kepada Tuhan siapa nama Tuhan. Dalam tradisi Timur Dekat Kuno yaitu kebudayaan waktu Kitab Perjanjian Lama ini ditulis, mengenal nama atau memberi nama adalah tanda menguasai. Karena kalau seseorang memberi nama berarti orang itu berotoritas terhadap siapa yang yang diberikan nama. Kalau dia bisa mengenal satu nama maka dia diberi satu kesempatan untuk boleh mempunyai relasi yang sejajar dengan nama itu. Karena nama adalah sesuatu yang menandakan diri dari si pemilik nama. Waktu Tuhan ditanya “namaMu siapa?”, Tuhan menjawab “Aku adalah Aku”, ini artinya adalah Aku sebagaimana Aku ada. Dalam Kitab Septuaginta yang diterjemahkan pada akhir abad 2 SM, terjemahan dari Kitab Ibrani kedalam Bahasa Yunani, waktu penerjemah mau menerjemahkan nama Tuhan dalam Bahasa Yunani, mereka bingung. Karena Tuhan menyatakan “Aku adalah Aku, inilah namaKu turun-temurun”. Waktu orang Israel sadar Tuhan sedang memberikan namaNya bagi Bangsa Israel, mereka perlakukan nama ini dengan gentar. Mereka sangat hormat dan mereka tahu kalau Tuhan mengijinkan namaNya dikenal, mereka tidak boleh sembarangan dengan nama ini. Maka kalau mereka mau menulis nama Tuhan, mereka ambil baju yang mereka pakai untuk tulis terjemahan, mereka ganti baju mereka kemudian mereka pakai baju yang khusus untuk menulis Nama Tuhan. Mereka pakai tinta khusus, mereka basuh tangan mereka, lalu tulis Nama Allah mereka, satu kata saja. Setelah itu mereka taruh alat tulisnya, mereka ganti dengan yang biasa, mereka ganti jubah mereka dengan yang biasa, lalu mereka lanjutkan menulis. Begitu bertemu nama Tuhan lagi, mereka lakukan ritual yang sama, mereka sangat hormat terhadap Nama ini. Maka waktu ahli-ahli mau menerjemahkan Nama ini, mereka bingung, apa padanan kata Bahasa Yunani yang bisa menggambarkan kemuliaan Nama Tuhan, mereka tidak mengerti. Maka mereka selidiki dari budaya Yunani, dari bahasa-bahasa yang dipakai, mereka tahu bahwa waktu orang Yunani berbicara tentang keberadaan, orang Yunani selalu mencari yang ada ini sumbernya dari mana. Yang ada ini, yang kita lihat ini, siapa yang topang? Orang Yunani sudah memiliki konsep seperti ini, yang topang itu harus yang stabil, yang topang itu adalah yang keberadaan tidak dicipta oleh keberadaan yang lain, keberadaan yang sudah ada. Lalu keberadaan yang sudah ada menopang keberadaan yang ada ini, keberadaan yang sudah ada harus lebih stabil dari pada yang ditopang. Yang ditopang berubah tapi yang menopang tidak berubah, yang ditopang berada dalam proses tetapi yang menopang kekal, yang ditopang sedang menuju ke sempurnaan tetapi yang menopang itu adalah yang sempurna. Maka Yunani mempunyai konsep bahwa harus ada keberadaan yang memang sudah ada sejak dahulu kala. Kalau mereka lihat nama Tuhan harus diterjemahkan seperti ini, maka mereka terjemahan dengan eigo-eimi-ho-on, kata ho on ini memaksudkan bahwa keberadaan Allah itulah yang dicari-cari oleh Orang Yunani selama ini. Keberadaan Allah inilah yang terus dipikir oleh Plato, Socrates, oleh orang-orang ahli Yunani, lalu mereka mencari tahu apa natur dari keberadaan ini semua. Lalu mereka mengatakan “kita harus tahu bahwa ini adalah sesuatu yang tetap”. Maka setelah diterjemahkan, orang-orang Yunani yang menerjemahkan itu mengatakan “kita harus menambahkan ho-on ini sebab keberadaan Allah adalah keberadaan yang menopang keberadaan yang lain. Waktu Orang Ibrani membaca, mereka tahu arti nama Allah adalah Dia yang tidak berubah, Dia yang adalah Pribadi yang menopang semua keberadaan yang lain. Maka Budaya Yunani yang dipakai dengan latar belakang yang jelas membuat Orang Israel yang mengerti Bahasa Yunani, waktu mereka melihat Nama Tuhan, mereka mengerti bahwa Nama Tuhan adalah fondasi paling utama dari segala sesuatu. Tapi kalau Orang Israel ditanya arti Nama Tuhan itu apa? Tuhan mengatakan “Aku adalah Aku”, ini menyatakan bahwa Dia adalah satu-satunya Pribadi yang ada, yang bertindak, yang bersikap seperti Dia bersikap. Dia adalah yang utama, Dia yang menentukan seperti apa Dia, Dia adalah Pribadi yang menjadi topangan bagi seluruh Israel. Maka waktu Tuhan menyatakan “ini NamaKu”, Musa mengingat Nama Tuhan, Musa mempunyai kekuatan dari Nama Tuhan, sebab Nama Tuhan yang agung yang Tuhan nyatakan menandakan bahwa Dialah pemelihara Israel, Dia adalah yang mempunyai sifat-sifat yang mulia, yang kudus, yang menopang seluruh Israel. Dialah yang tidak berubah di tengah-tengah Bangsa Israel yang terus mencari “ke mana kami harus memberikan diri untuk berserah”. Maka waktu Tuhan memanggil Israel, lalu Tuhan menyatakan NamaNya, Tuhan sudah mengingatkan Israel “NamaKu yang kudus sekarang akan dilekatkan kepada kamu”. Nama Tuhan yang menandakan seperti apa sifat Tuhan, sekarang diberikan kepada Israel yang hanyalah bangsa budak, yang hanyalan manusia biasa, yang ada di dalam sejarah yang begitu bergolak, yang boleh ada boleh tidak. Tuhan yang ada sekarang meletakkan NamaNya di bangsa yang kecil ini. Ini adalah hal yang sangat mulia, Tuhan mengijinkan NamaNya boleh identik dengan Bangsa Israel, Tuhan mengijinkan NamaNya boleh identik dengan orang-orang Israel yang menyembah Tuhan. Maka Tuhan tidak mau NamaNya yang kudus dipermainkan, Tuhan tidak mau orang sembarangan mengucapkan NamaNya, Tuhan tidak mau ketika orang menyebut Nama Tuhan tanpa mengingat kedalaman kekudusan Tuhan, kedalam penghormatan kepada Tuhan yang harus diberikan kepada Tuhan. Maka Hukum ketiga adalah hukum yang sangat penting, setelah kita punya satu Allah, setelah mengakui Allah satu-satunya. Lalu mengakui tidak ada jalan lain menyembah Allah, tidak ada bentuk apa pun yang dapat mewakili Allah, aku harus menyembah Allah yang tidak aku lihat dan kesitulah imanku berada, menyembah apa yang tidak aku lihat. Maka hal ketiga yang Tuhan tekankan, nama dari Allah yang kamu sembah jangan kamu permainkan. Mari kita baca lagi Keluaran 20: 7 “jangan menyebut nama Tuhanmu dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut namaNya dengan sembarangan”. Ketika membaca bagian ini kita mendapatkan pesan bahwa setiap orang yang menyebut Nama Tuhan dengan sembarangan, Tuhan akan menjatuhkan hukuman salah kepada dia. Tuhan akan menyatakan “engkau bersalah”, ini menjadi seperti suatu pengadilan dimana Allah adalah Hakim, lalu Allah melihat orang yang menyebut NamaNya dengan sembarangan, lalu memutuskan “engkau adalah orang yang bersalah”. Kita tidak mengerti mengapa Nama Tuhan kalau disebut sembarangan itu membuat kita bersalah, apa yang disebut dengan sembarangan?

Bagian pertama kita sudah lihat dari Kitab Bilangan, dimana para imam harus memberkati Israel dengan Nama Tuhan. Berarti hal pertama yang Saudara boleh pakai, Saudara boleh sebut Nama Tuhan adalah ketika Saudara memberkati orang lain, ketika imam mewakili Tuhan menyatakan berkatNya kepada umat. Ketika Saudara berbicara dengan orang lain, jangan pakai Nama kudus ini kalau Saudara tidak ada itensi untuk membuat orang ini mengenal Tuhan atau mengagumi Tuhan, atau mendapatkan kelimpahan berkat dari Tuhan. Maka hal pertama yang menjadi standar, yang menjadi ukuran bahwa Nama Tuhan boleh disebut adalah kalau Saudara waktu menyebutkan Nama ini pada orang lain, membuat orang lain menghargai Allah sebagai sumber berkat, sebagai Pribadi yang harus disembah. Kita tidak memakai Nama Tuhan untuk lelucon, kita tidak memakai Nama Tuhan untuk sesuatu yang kering dan sia-sia. Tapi waktu Saudara menyebut Nama Tuhan dan mengatakan ini kepada orang lain, Saudara harus punya intensi orang lain harus mengenal Tuhan. Penginjilan membuat kita menyebut Nama Tuhan, penginjilan membuat kita memperkenalkan Nama Tuhan kepada orang lain, tetapi penginjilan harus dilakukan dengan hormat. Saya harap kita semua boleh mengerti hal ini, sehingga kita boleh mengagumi Tuhan dan waktu kita berbicara bisa membuat orang pun mengagumi Tuhan dengan cara yang sama kita mengagumi Tuhan. Maka ini adalah hal pertama yang menjadi ukuran bahwa engkau tidak boleh menyebut Nama Tuhan dengan sembarangan, karena ketika engkau berbicara kepada orang lain, engkau sedang mewakili Tuhan ketika engkau memakai Nama Tuhan sebutkan itu kepada orang lain. Oleh sebab itu bagian pertama dikatakan “imam, kalau engkau memberkati rakyat Israel, katakanlah begini..” mari kita lihat yang Tuhan nyatakan di dalam Kitab Bilangan 6. Orang Israel diberkati dengan Nama Tuhan, dan Tuhan menyatakan berkatNya, melindungi orang Israel, memberikan persetujuanNya, memberikan wajahNya, menghadapkan wajah dan memberikan damai sejahtera. Ini semua adalah harapan dari orang Israel, mereka berharap ketika mengerjakan sesuatu Tuhan berkenan atas apa yang mereka kerjakan, Tuhan menyetujui apa yang mereka lakukan, lalu Tuhan memberikan damai sejahtera karena apa yang mereka lakukan. Mereka rindu damai dari Tuhan mereka dapatkan, mereka rindu boleh dipenuhi oleh berkat Tuhan. Maka mereka rindu ketika para imam mewakili Tuhan berbicara kepada mereka, para imam itu mengucapkan berkat demi Nama Tuhan. Kalau ada berkat pasti ada kutuk. Nama Tuhan kalau dikenakan kepada yang tidak layak, itu akan mendapatkan kutuk. Nama Tuhan kalau diberikan kepada yang layak, akan memberikan berkat. Maka orang Israel memohon kelayakan, para imam memohon kelayakan, umat Tuhan memohon kelayakan, sehingga ketika Nama Tuhan boleh identik dengan kami, kami tidak mendapatkan penghukuman kutuk dari Tuhan. Orang yang hidupnya sembarangan, tidak mungkin boleh mendapatkan berkat seperti ini. Waktu orang Israel dipanggil kemudian mereka berkumpul di hadapan Tuhan, imam harus meminta kepada Tuhan supaya mereka boleh diberkati. Imam harus memberikan korban kepada Tuhan untuk mengatakan “Tuhan damaikanlah DiriMu dengan umat ini, sehingga ketika umat ini datang kepadaMu, mereka tidak mendapatkan kutuk atas Nama Tuhan, tidak mendapatkan hal yang justru membuat kami makin jauh dari Tuhan”. Maka mereka memohon kepada Tuhan “nyatakanlah berkatMu kepada kami”. Di sini dikatakan dalam ayat 27 “demikianlah mereka harus meletakan NamaKu atas orang Israel, maka Aku akan memberkati mereka”. Nama Tuhan menjadi identik dengan Israel, makan Tuhan akan memberkati. Hal pertama yang menjadi ukuran kita tidak menyebut Nama Tuhan dengan sia-sia adalah kita mengharapkan orang yang mendengarkan ucapan kita mewakili Tuhan itu boleh dilayakkan oleh Tuhan. Mari kita pikirkan berapa dalamnya ini, orang Israel diidentikan dengan Nama Tuhan, mereka akan mendapatkan berkat karena hidup yang berlimpah yang mereka lakukan itu mempermuliakan Nama Tuhan. Tetapi kalau mereka melanggar, mereka mendapat kutuk. Mengapa mereka mendapat kutuk? karena Nama Tuhan identik dengan mereka. Dalam Kitab Perjanjian Lama, sebelum Tuhan membuang Israel, Tuhan mengatakan “NamaKu sudah kamu busukan sehingga engkau harus Aku buang” ini hal yang pertama. Hal kedua, Tuhan buang mereka karena tindakan moral mereka yang begitu rusak. Jadi Tuhan menyatakan kepada Israel “engkau harus dihukum”, yang pertama adalah karena mereka sudah membusukan Nama Tuhan dan yang kedua adalah karena tindakan moral mereka yang begitu rusak. Waktu Tuhan mengidentikan NamaNya dengan Israel, Israel punya tanggung jawab yang sangat besar, karena apa yang mereka lakukan, Nama Tuhan yang akan kena. Waktu mereka mempermuliakan Nama Tuhan dengan hidup yang baik, maka orang akan memuji Tuhan karena hidup mereka. Waktu mereka begitu rusak, maka orang akan menghina Nama Tuhan, juga karena mereka. Orang Israel identik dengan Nama Tuhan, orang Kristen pun identik dengan Nama Kristus. Orang Israel identik dengan Nama Tuhan yang muliam, orang Kristen pun identik dengan Nama Tuhan yang mulia. Waktu umat Tuhan boleh hidup di tengah dunia ini, umat Tuhan diizinkan oleh Tuhan untuk mempunyai Nama Tuhan, diidentikan dengan mereka. Di dalam hidup sehari-hari, mari kita ingat hal ini. Saudara tinggal di rumah, bergaul dengan orang-orang di sekitar Saudara, Saudara bekerja di kantor, Saudara ingat bahwa Saudara menyatakan Nama Kristus. Saudara tidak sama dengan dunia, dunia tidak punya Kristus, dunia tidak peduli dengan Kristus, dunia hidup seenaknya, tapi Saudara tidak begitu. Orang Kristen jangan terbiasa becanda memakai nama Tuhan.

Lalu hal kedua di dalam Kitab Ulangan 6: 13 “engkau harus takut kepada Tuhan Allahmu, kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah”. Pelanggaran terhadap hukum ketiga yang kedua adalah ketika Saudara bersumpah palsu. Dalam khotbah di bukit Tuhan Yesus mengatakan “jangan bersumpah demi apa pun, jangan bersumpah demi sorga, jangan bersumpah demi bumi, jangan bersumpah demi apa pun” jangan bersumpah. Lalu di dalam Kitab Ulangan dikatakan “engkau harus bersumpah demi namaNya”, bagaimana mengsinkronkan kedua hal ini? Tuhan Yesus sedang berbicara kepada orang-orang yang mulai menganggap enteng nama Tuhan untuk dipakai sebagai sumpah. Mereka mengatakan “kalau saya memakai nama Tuhan, itu akan menyelesaikan perkara karena orang pasti akan percaya”. Waktu orang mengatakan “demi Tuhan saya mengerjakan ini” maka orang itu pasti dipercaya karena nama Tuhan sudah dipakai. Tapi akhirnya orang memakai ini tanpa adanya suatu perasaan gentar lagi, mereka memakai nama Tuhan supaya dipercaya, mereka memakai nama Tuhan supaya orang berhenti berargumen kemudian menerima kata-kata dia sebagai kata-kata yang benar. Tetapi Tuhan Yesus mengatakan “orang seperti ini tidak boleh bersumpah demi nama Tuhan”. Karena sumpahnya adalah sumpah yang membuat orang percaya karena nama Tuhan, tapi dia sendiri tidak punya kualifikasi untuk dipercaya oleh orang. Kalau biasa bohong, mana mungkin orang mau percaya lagi. Biasa bicara hal yang tidak terjadi, biasa janjikan sesuatu yang tidak menjadi nyata, maka waktu Saudara mau orang percaya terpaksa seret nama Tuhan supaya orang lain percaya, ini yang Tuhan Yesus tidak mau. Maka Tuhan mengatakan “kalau iya katakan iya, kalau tidak katakan tidak, yang lebih dari itu berasal dari setan”. Kalau Saudara dipercaya sebagai orang yang kata-katanya dapat dipegang, Saudara tanpa mengucapkan nama Tuhan pun orang lain sudah tahu kalau Saudara sungguh-sungguh.

Hal yang ketiga kita lihat Ulangan 18: 17-20, pelanggaran hukum yang ketiga adalah ketika seorang berbicara atas nama Tuhan, tetapi dia bicara sesuatu yang Tuhan tidak firmankan, inilah menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Karena Saudara sedang berbicara tentang Tuhan, tapi Saudara sendiri tidak tahu apa yang Tuhan nyatakan tentang diriNya sendiri. Ini diskusi antar pribadi pun bisa melanggar hukum yang ketiga. Kita bisa berbicara satu dengan yang lain dan tanpa sadar mengatakan “ah, kalau Tuhan pasti begini, Tuhan akan menolong” tapi tanya dulu benar tidak Tuhan begitu? Kita sering kali berbicara atas nama Tuhan, waktu kita bicara atas nama Tuhan benarkah Tuhan seperti itu? Kadang-kadang kita menjadi ahlinya Tuhan, berbicara seolah-olah Tuhan pasti seperti ini. Hal yang sama terjadi ketika nabi, hamba Tuhan atau kita semua mengatakan “Tuhan itu begini” yakinkah Tuhan seperti ini? Kalau Saudara mengucapkan kalimat “Tuhan itu begini, Tuhan pasti akan tolong kamu”, lalu Tuhan mengatakan “siapa yang bilang akan tolong, Aku tidak akan menolong”. Maka Saudara sedang bersalah, memanfaatkan nama Tuhan, sedang berbicara dengan mengatasnamakan Tuhan tentang siapa Tuhan, tapi yang Saudara katakan itu palsu. Di sini hukumannya berat, kalau nabi mengucapkan Firman, kalimatnya ternyata bukan dari hukum Tuhan, dia harus dihukum mati. Kalau hamba Tuhan tidak menggali Alkitab, tidak berelasi dengan Tuhan, mengucapkan Firman demi nama Tuhan, dia bersalah. Saya ingat ada kalimat yang bagus, saya lupa persisnya dari siapa, seorang teolog dari abad pertengahan atau salah satu bapa gereja, dia mengatakan “sangat tidak aman kalau kamu berbicara tentang Tuhan tanpa pernah berbicara kepada Tuhan”. Hamba Tuhan yang tidak berdoa, tidak menyelidiki Alkitab, lalu berkoar-koar “Tuhan begini..begini…”, “kamu tahu dari mana Tuhan begitu?”, “karena begini..begini…”, “kamu tidak tahu dari Tuhan, tidak tahu FirmanNya, tidak tahu dari relasimu dengan Dia, bagaimana engkau boleh mengucapkan nama Tuhan dengan mengatakan Tuhan adalah seperti ini”. Maka di sini hal ketiga yang harus kita ingat, jangan mengucapkan kalimat-kalimat tentang Tuhan kalau Saudara tidak yakin Tuhan seperti itu. Biarlah pengenalan akan Tuhan kita bagikan dengan berani, tetapi apa yang kita tidak tahu dari Tuhan jangan kita ucapkan seolah-olah Tuhan seperti ini. Maka biarlah kita tahu penafsiran kita yang sangat terbatas dan sangat parsial, ini boleh terus diarahkan dengan keutuhan Firman Tuhan. Biarlah kita membiasakan diri kalau Saudara berbicara seolah-olah mengerti sekali tentang Tuhan, Saudara tahan kata-kata Saudara hanya untuk mengatakan apa yang memang benar Saudara pahami itu sebagai sesuatu yang ada di dalam Alkitab. Ini adalah hal yang ketiga, biarlah kita mengucapkan nama Tuhan, mewakili Tuhan dengan bertanggung jawab.

Ada 3 hal yang menjadi pelanggaran utama dari hukum yang ketiga, jangan mengucapkan nama Tuhan dengan sembarangan, yang pertama kalau Saudara mengatakan nama Tuhan membuat orang lain mendapatkan pengertian tentang Tuhan, biarlah intensi dan kalimat mulut Saudara sama. Kalau Saudara mengatakan “diberkatilah engkau oleh Tuhan” biarlah hati Saudara benar-benar orang ini ingin diberkati, benar-benar orang ini mempunyai kerinduan dia datang kepada Tuhan, kalau tidak, Saudara sedang menyebutkan nama Tuhan dengan sembarangan. Yang kedua, ketika Saudara menyatakan janji, sumpah, kebenaran, biarlah Saudara nyatakan itu dengan hidup yang benar-benar mencontohkan konsistensi antara perkataan dan tindakan. Biar kita berjuang untuk hal ini, sehingga kita tidak perlu seret nama Tuhan agar orang lain yakin atas apa yang kita katakan. Hal ketiga, ketika kita berbicara atas nama Tuhan, biarlah Tuhan sendiri yang benar, yang sungguh-sungguh menyatakan FirmanNya boleh kita pahami dulu. boleh kita kenal dulu untuk kita ucapkan Firman demi namaNya. Ini menjadi satu dorongan bagi kita untuk menghormati nama Tuhan. Dan ini menjadi suatu berkat bagi kita untuk boleh hidup di dalam nama Tuhan yang mulia.