Musik himne ini begitu indah didalam kesederhanaannya, lagu ini

tidak sulit untuk dinyanyikan, namun begitu indah ketika kita

menyanyikannya. Kesederhanaan himne ini mengajak kita untuk bernyanyi

dengan kerendahan hati dan sadar akan posisi kita terhadap Allah. Musik

ini dipadu dengan lirik yang kompleks, hanya dari ayat pertama saja kita

bisa melihat adanya perpaduan tema kekaguman akan Kristus yang indah

dengan Kristus sebagai Allah Pencipta (Raja Alam Raya, King of Creation).

Baris berikutnya mengingatkan kita bahwa Tuhan Yesus yang

menjadi pemelihara seluruh ciptaan itu memiliki sifat Dwinatur, Ia adalah

100% Allah dan 100% manusia. Lalu pada akhir lagu menutup dengan

ajakan untuk mengasihi Kristus, karena Ia yang pencipta begitu mengasihi

kita, hingga rela mengosongkan diri-Nya dan sudah sepatutnya kita

memberikan hati kita kepada-Nya.

Tuhanku Yesus adalah himne yang diciptakan di Silesia, kira-kira

bagian tenggara Jerman modern. Melodi kuno ini konon diwariskan dari

para prajurit yang berperang di dalam perang salib pada abad ke-12 dan

diwariskan turun temurun oleh orang-orang di sebuah desa kecil di Silesia.

Lalu baru pada tahun 1662 lagu ini dibukukan dalam buku nyanyian Katolik

Münster Gesangbuch dan tetap dinyanyikan hingga sekarang.

Uniknya lagu yang indah ini tidak pernah dikenal penciptanya,

namun dikenal hingga kini dengan cara dinyanyikan terus di dalam gereja.

Sejarah membuktikan bahwa kerap kali manusia melupakan tradisi yang

baik, namun meratap ketika tradisi itu telah lenyap. Musik yang baik, indah,

dan berisi kebenaran patut terus kita nyanyikan secara benar, karena umat

Kristen di generasi selanjutnya, anak cucu kita layak untuk mewarisinya.

Fairest Lord Jesus, Ruler of all nation Indahlah Yesus, Raja alam raya,

Son of God and Son of Man Anak Allah dan Anak Manusia

Thee will I cherish, Thee will I honor Kau kukasihi, kau junjunganku

Thou my soul’s glory, joy and crown Kaulah sukacita dan mahkota

(1 Timotius 1:17; 1 Timotius 6:16)