– | Nun Danket Alle Gott –
Saat Luther memakukan 95 thesis ke papan gereja Wittenburg, saat itu pula para reformator memakukan perubahan dan reformasi di jantung kehidupan rakyat Eropa. Perubahan ini bukan saja secara theologis, reformasi pun mendorong perubahan dari aspek politik. Pada saat itu Eropa dikuasai oleh persekongkolan besar antara kerajaan-kerajaan dan Gereja yang korup, mereka sengaja menjadikan rakyat kecil tetap bodoh sehingga dapat diperas untuk membuat Kerajaan-kerajaan dan gereja kaya raya.
Dalam semangat reformasi inilah sistem demokrasi modern terbentuk, menghancurkan kekuasaan monarki dan gereja yang bertendensi korup. Seiring intelektualitas masyarakat yang terbangun, demokrasi berkembang, dan banyak negara mulai meninggalkan sistem kerajaan. Namun segala sesuatu yang mulia terkadang menimbulkan korban, gereja dan kerajaan mulai kehilangan kekuasaan mereka di Eropa, mereka mendeklarasikan perang kepada negara-negara protestan. Lalu pecahlah perang saudara di Eropa antara kubu Protestan dan Katolik, perang ini terjadi selama puluhan tahun dan menelan begitu banyak korban.
Salah satu negara yang terlibat di dalamnya adalah sebuah Negara Protestan kecil bernama Saxony, merekapun tidak luput dari kengerian perang. Termasuk sebuah kota berbenteng bernama Eilenburg, keadaan begitu mencekam dan tidak menentu, karena banyaknya pengungsi, terjadi kelaparan dan wabah, lalu kota ini diserbu beberapa kali hingga berkali-kali jatuh kepada pihak Katolik.
Banyak korban yang jatuh,termasuk dari pihak gereja protestan di Eilenburg, sehingga di dalam seluruh kota tersebut hanya tersisa seorang pendeta saja yang dapat melayani, ia bernama Martin Rinkart. Menjadi seorang pendeta, ia membuka rumahnya untuk dipakai melayani semua pengungsi dan orang yang membutuhkan. Hingga pada saat puncak peperangan di 1637, begitu banyak korban yang jatuh tetapi Martin RInkart dengan setia melayani dan memimpin kebaktian-kebaktian penghiburan, tercatat bahwa dalam setahun ia melakukan kebaktian penghiburan sebanyak 4000 kali, dan salah satu yang ia layani adalah istrinya sendiri.
Di masa sulit itulah Martin Rinkart menulis buku-buku himne memuji Tuhan. Di dalamnya terdapat sebuah himne “Datang Bersyukurlah” yang mengajak kita untuk bersyukur atas Allah penebus kita. Begitu besar kasih Allah yang ia pahami dan rasakan sehingga ketika mata Martin Rinkart melihat kematian di sekelilingnya, Ia justru melihat pemeliharaan Allah kepada umatNya.