Mengharapkan Allah

Kita akan membaca pesan natal dari Injil Yohanes, mari kita membaca Yohanes 1: 8-15, demikian Firman Tuhan “dia bukan terang itu tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya yang menerangi setiap orang sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehNya tetapi dunia tidak mengenalNya. Ia datang kepada milik kepunyaanNya tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya. Tetapi semua orang yang menerimaNya diberinya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah yaitu mereka yang percaya dalam namaNya. Orang-orang yang diperanakan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita dan kita telah melihat kemuliaan-Nya yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru katanya: inilah Dia yang aku maksudkan ketika aku berkata kemudian daripada aku akan datang Dia yang telah mendahului aku. Sebab Dia telah ada sebelum aku”.  Di dalam Injil Yohanes ada pemaknaan yang melampaui peristiwa di bumi. Yohanes memberikan background kalau mau dikatakan, atau penjelasan lebih tepatnya, tentang apa yang sudah menjadi tradisi yang umum dari kitab Injil sinoptik. Beberapa orang penafsir Yohanes melihat Yohanes sebagai kitab yang memberikan penjelasan kepada apa yang mungkin tidak bisa ditampilkan dengan mudah dari kisah Injil. Ada beberapa hal yang kitab Injil sinoptik yaitu Matius dan Lukas terutama, tentu Markus juga, memberikan penjelasan tapi belum begitu detail tentang apa yang yang terjadi pada peristiwa itu. Ini bukan berarti Matius, Markus, Lukas kurang akurat atau kurang teliti, tapi mereka memberikan tekanan yang berbeda. Namun ketika Matius, Markus, Lukas memberikan tekanan kepada satu hal, ada hal lain yang belum terjelaskan. Dan ini di beberapa bagian dijelaskan oleh Yohanes. Hal yang paling jelas adalah ketika Yesus masuk Yerusalem, kemudian semua orang mengelu-elukan Dia, semua orang berteriak “Hosana bagi Anak Daud”, kita mungkin berpikir di dalam Injil sinoptik hanya dikatakan Yesus datang dan semua orang menyambut Dia. Tapi Injil Yohanes memberikan satu tambahan keterangan yaitu sebelum Yesus masuk Yerusalem, Dia membangkitkan Lazarus yang sudah mati 4 hari. Dan inilah yang memberikan kehebohan di seluruh Yerusalem. Demikian juga tentang peristiwa kelahiran, tentu Yohanes tidak bermaksud untuk mengoreksi tulisan yang sudah ada dari Matius dan Lukas tentang peristiwa kelahiran Yesus, tetapi dia memberikan tambahan penjelasan. Bukan berarti Matius dan Lukas kurang sempurna, Matius dan Lukas sempurna di dalam poin yang mereka mau tekankan, tetapi ada satu hal yang Yohanes mau berikan sebagai latar belakang. Karena sangat mungkin Saudara membaca kisah kelahiran dan beranggapan bahwa inilah permulaan dari kehidupan sang Firman. Tetapi Yohanes mengingatkan sebelum Dia datang ke dalam dunia, Dia sudah ada. Ini berarti di dalam gereja mula-mula ada kemungkinan doktrin menyimpang, bukan pengajar yang menyimpang. Rasul-rasul dan para penulis Kitab Suci memberikan penjelasan yang dari Tuhan, tetapi tangkapan orang, tafsiran orang sangat mungkin menyimpang. Dan sangat mungkin tafsiran itu membawa kepada pengertian bahwa Kristus adalah yang dilahirkan dan memiliki permulaan ketika Dia dikandung dan dilahirkan. Ini akan menjadikan pengertian tentang Kristus salah, karena kalau kita tidak tahu bahwa Dia adalah Sang Firman yang berinkarnasi, kalau Dia adalah Pribadi kedua dari Tritunggal yang datang ke dalam dunia, maka kita akan gagal mengenal poin Natal, kita gagal mengenal makna Natal.

Natal bukan cuma kelahiran Sang Juruselamat, Natal juga adalah kedatangan Sang Juruselamat. Datang berarti Dia bukan berasal dari tempat di mana Dia berada ketika Dia lahir, Dia berasal dari tempat yang lain yang kita tidak bisa akses. Inilah yang mau ditekankan oleh Injil Yohanes, Yohanes membahasakan dengan cara yang sangat unik, kalau orang tidak mempunyai iman mereka akan melihat seolah-olah Yohanes dan Matius dan Lukas seperti berbeda. Matius, Markus dan Lukas seperti mempresentasikan Kristus yang adalah Nabi, yang adalah Pengajar, yang adalah pembuat mujizat, yang adalah tokoh penting tetapi sepertinya, saya katakan sepertinya ini yang mereka tafsir bukan kita tafsir, sepertinya Dia adalah manusia yang lebih tinggi dari yang lain, bukan Allah yang merendahkan diri. Karena sepertinya tidak ada pernyataan eksplisit dari Matius ataupun Lukas bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Orang-orang lain mungkin akan mempertanyakan hal itu, apakah benar Yesus adalah Allah? Siapa yang mengatakan Yesus adalah Allah? Di mana ada kalimat yang secara eksplisit menyatakan Yesus adalah Allah di dalam Injil Matius dan Lukas? Memang di Yohanes ada, tapi mungkin Yohanes kitab yang melawan Injil Matius dan Lukas sehingga sepertinya kita mesti pilih. Kamu kalau pilih sinoptik, Matius dan Lukas, kamu akan tolak Yohanes. Kalau kamu pilih Yohanes kamu akan tolak Matius dan Lukas, ini sepertinya yang terjadi. Tetapi Saudara dan saya mesti sadar akan beberapa hal bahwa mengatakan Yesus adalah Allah merupakan hal yang tidak ada gunanya. Karena kita perlu diberitahu Allah yang sejati itu apa, siapa lebih tepatnya. Di dalam konteks abad pertama, sebenarnya di konteks kita juga, orang masih salah mengerti tentang siapa Allah. Sehingga mengatakan Yesus adalah Allah tidak akan menolong, karena ilah yang mereka percayai itu yang akan dikaitkan dengan Yesus. Saudara percaya dewa-dewa model apa, maka Yesus akan menjadi salah satu dewa. Mengatakan Yesus adalah Allah di dalam bahasa Yunani pakai kata Theos, ini tidak punya makna yang terlalu besar karena banyak orang akan punya konsepsi yang salah tentang Allah. Mereka percaya Allah itu banyak, dewa-dewa yang mereka percaya itu salah satu yang dipilih, dan Yesus itu cuma salah satunya. Kita lihat tradisi dari agama manapun di dalam tradisi penyembahan dewa-dewa, kita melihat banyak sekali kisah dimana manusia didewakan atau menjadi ilah. Sehingga mengatakan Yesus adalah Allah itu tidak ada poinnya. Namun baik Matius maupun Lukas juga Markus memberikan begitu banyak kisah, narasi-narasi pendek di mana sebagian diantaranya adalah menyatakan keilahian Yesus. Kalau Saudara baca bagian-bagian seperti setan sujud lalu minta untuk tidak dihakimi, Kristus jalan di atas air, ketika Yesus mengklaim otoritas yang sama dengan otoritas Allah di dalam Kitab Taurat, ketika Yesus meminta, bahkan menuntut pengikutnya unutk mempunyai kesetiaan kepada Dia dengan sama besar dengan Tuhan di Perjanjian Lama menuntut pengikutNya setia kepada Dia. Ini membuktikan Yesus adalah Allah di dalam pikiran para penulis Injil sinoptik. Mereka tidak punya konsep yang rendah tentang keilahian Yesus. Maka kalau kita tidak mengerti tradisi Yahudi di Perjanjian Lama dan bagaimana mereka memahami Allah, kita akan luput membaca dari Matius dan Lukas bagian-bagian yang menekankan keilahian Yesus. Itu sebabnya kalau Saudara mau kalimat langsung “Yesus adalah Allah”, Saudara tidak akan temukan di Matius dan Lukas, karena itu tidak berguna bagi pembaca mula-mula. Banyak raja, kaisar mengklaim dirinya adalah Alalh atau Anak Allah. Sehingga mengatakan Yesus adalah Allah bukan sesuatu yang penting kecuali Yesus adalah Allah di dalam pengertian orang Yahudi. Karena Allah di dalam Perjanjian Lama beda dengan ilah manapun.

Allah di dalam Perjanjian Lama adalah Allah yang sejati, satu-satunya Allah yang sejati. Ini yang diusahakan untuk dijelaskan oleh Matius dan Lukas, mereka menjelaskan di dalam contoh-contoh kisah yang memberikan gambaran bahwa Yesus adalah Allah. Bagian-bagian seperti Yesus berjalan di atas air ini bagian yang banyak muncul di dalam Mazmur. Pertama, Allah di dalam Kejadian menenangkan lautan, lalu di dalam Mazmur Allah menginjak lautan dan menginjak Leviathan. Itu jelas jadi gambaran tentang Tuhannya orang Israel. Maka ketika Kristus dikisahkan dengan cara demikian, penulisnya ingin memparalelkan, membuat sejajar Yesus yang mereka kenal dengan Allah di Perjanjian Lama. Tetapi pembaca mula-mula yang tadinya banyak orang Yahudi, sekarang memberitakan Injil ke banyak orang. Banyak orang yang tidak punya tradisi Yahudi mulai percaya Yesus. Lalu dari orang yang tidak punya tradisi Yahudi menyebarkan lagi Injil kepada orang lain yang makin jauh dari tradisi Yahudi, tentang siapa Yesus. Akhirnya mulai ada pengertian yang kurang lengkap, ketika mereka membaca dari Injil mereka tidak melihat pengertian Yesus adalah Allah di dalam pengertian cara orang Yahudi atau di dalam cara Perjanjian Lama. Sehingga terutama di dalam Asia Minor di Turki, pengertian tentang Kristus yang adalah Ilahi itu tidak menjadi tekanan yang besar kalau ditemukan di dalam Injil. Itu sebabnya Tuhan membangkitkan Yohanes karena waktu Injil dibaca oleh orang-orang Asia Minor yang bukan Yahudi, mereka tidak lihat hal-hal yang menjadi simbol Ilahi di dalam kitab itu. Tapi Yohanes adalah seorang yang melayani di Asia Minor di Turki dan Tuhan bangkitkan dia di dalam usia yang sudah tua, dia menulis Injil bukan untuk koreksi Injil sebelumnya, tapi untuk memberikan konteks kepada orang-orang Asia Minor supaya ada jembatan antara pikiran mereka dengan tradisi Yahudi. Tapi Yohanes bukan cuma menulis untuk orang Asia Minor non-Yahudi, dia juga adalah pemimpin yang sangat penting di dalam tradisi yang disebut Johannine tradition, tradisi yang banyak dipengaruhi oleh Yohanes Pembaptis, ini orang-orang Yahudi. Jadi Yohanes sekali menulis, dia mau jangka orang non-Yahudi dan orang Yahudi di Asia Minor. Bagaimana caranya? Caranya adalah Injil Yohanes ini. Di dalam Injil Yohanes Saudara akan melihat penjelasan yang sangat cocok dengan orang-orang yang berpola pikir Helenis, Yunani. Saudara membaca Yohanes, Saudara melihat gambaran yang sangat cocok juga untuk orang-orang Yahudi. Ini adalah kitab yang sangat paradoks, di satu sisi sangat bersifat Yunani, disisi lain sangat bersifat Yahudi. Mirip dengan Kristus yang diberitakan, di satu sisi adalah Ilahi, di sisi lain adalah manusia. Itu sebabnya waktu Saudara baca Injil ini Saudara akan menemukan ada hal yang sifatnya seperti pecah, di satu sisi sangat Yahudi, di sisi lain mengapa pakai bahasa seperti Logos. Ini sesuatu yang membuat orang ingat tradisi dari pikiran Yunani. Maka Yohanes ingin memberikan konteks kepada orang-orang non-Yahudi dan juga penjelasan kepada orang-orang Yahudi bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Allah yang datang menjadi manusia.

Hati nurani yang menegur diri

Umat yang menjalankan Taurat dengan Tuhan yang memberikan Taurat. Hukum dan pemberi hukum yaitu Allah harus satu. Ini tidak dimiliki oleh orang-orang Yunani dan Romawi yang berusaha untuk mengatur bangsanya dengan peraturan, tapi siapa berhak menentukan peraturan itu sangat tidak jelas. Ini yang menjadi pergumulan dari para pemikir yang kritis di dalam zaman Yunani, misalnya Protagoras. Protagoras terus mengkritik “dari mana peraturan?”, “peraturan dibikin oleh para orang bijak yang mengatur sebuah kota”. Orang bijak ini mendapat peraturan dari mana? Karena mereka lebih bijak dari yang lain. Tapi jangan-jangan peraturan ini adalah peraturan untuk memanipulasi orang lain, sehingga keuntungan diperoleh oleh mereka. Mereka membuat peraturan yang menguntungkan diri mereka sendiri, menguntungkan kelompok mereka sendiri. Ini kritik dari Protagoras yang selalu muncul di dalam sejarah setelah itu. Sehingga orang terus berpikir siapa yang boleh menentukan hukum, boleh membuat peraturan? Protagoras sampai pada kritik yang sangat tegas sekali, karena orang mengatakan “kami membuat peraturan berdasarkan suara dewa. Kami dapat firman dari dewa, kami mendapatkan pernyataan dewa. Sehingga aturan ini bukan aturan manusia, tapi aturan para dewa”. Protagoras mengatakan para dewa itu tidak perduli manusia, dan kalau pun mereka benar-benar ada, mereka punya dunianya sendiri. Protagoras meragukan kalau dewa-dewa itu ada dan cerita tentang dewa-dewa terlalu mencerminkan pergumulan dari manusia di dunia ini. Jadi mengapa mengatakan peraturan datang dari dewa kalau ternyata tingkah laku dewa mirip dengan tingkah laku kita?

Kalau begitu siapa yang boleh memberikan aturan? Paulus melihat kemungkinan yang sangat besar untuk memperkenalkan Injil. “Kamu tahu apa yang dipikirkan oleh orang Yahudi? Orang Yahudi memikirkan Taurat yang berasal dari hatiNya Tuhan”. Dan Tuhan beda dengan dewa-dewa yang lain, Tuhan tidak korup seperti dewa-dewa lain. Tuhan tidak jahat seperti manusia, Tuhan tidak curang seperti manusia, Tuhan tidak melanggar perjanjian seperti manusia, Tuhan tidak bercacat di dalam menjalankan apa yang Dia katakan, tidak seperti manusia. Jadi Tuhan beda dengan manusia, dan apa yang Tuhan atur untuk dimiliki oleh manusia, itu datang dari hatiNya. Dan di dalam teologi Perjanjian Lama, di dalam teologi orang Yahudi, mereka percaya bahwa Tuhan menciptakan dunia ini dengan perhatian yang sangat besar. Di dalam 6 hari penciptaan, tiap hari Tuhan pakai perhatian yang sangat besar, Tuhan melibatkan ciptaan, Tuhan anggap ciptaan itu serius. Kalau Saudara baca Kejadian 1, Saudara akan melihat cerita yang jauh berbeda dengan kisah penciptaan dari negara mana pun, dari budaya mana pun, dari mitologi mana pun. Orang Yunani percaya dewa-dewa menciptakan dunia ini setelah merebutnya dari kelompok titans, lalu membangkitkan manusia untuk menjadi pembantu. Tapi tidak ada cerita seperti itu di Kitab Suci, Tuhan datang untuk membebaskan umatNya bukan untuk menjadikan mereka pembantu. Maka Alkitab menggambarkan tentang Tuhan yang sangat peduli ciptaan, yang punya tujuan di dalam menciptakan dan tujuan itu adalah kebaikan manusia. Itu sebabnya tema human flourishing, kebaikan manusia, manusia yang hidup dengan sempurna, meskipun didengung-dengungkan orang Yunani, tapi tidak pernah ada hasil di dalam pemikiran Yunani. Tidak pernah ada kejelasan bagaimana manusia bisa hidup sempurna. Tapi ini yang diberikan oleh Perjanjian Lama, Tuhan begitu peduli dengan manusia, sehingga peraturanNya adalah peraturan yang membuat manusia bertumbuh. John Calvin terus mengatakan bahwa manusia itu dianggap anak oleh Sang Bapa, yaitu Allah. Allah melihat manusia dan menganggapnya seperti anak yang kekasih. Tentu tidak ada orang tua yang membuat peraturan untuk membuat anaknya rusak atau orang tua yang membuat aturan supaya ada peraturan dan orang tua merasa nyaman karena sudah banyak peraturan, tapi tidak ada guna. Apakah Tuhan membuat peraturan supaya ada peraturan? Tidak, Tuhan membuat peraturan supaya manusia menjadi sempurna. Paulus mengatakan “kalau kamu memikirkan aturan yang sejati, aturan itu tidak datang dari konstitusi Kekaisaran Roma, aturan itu tidak datang dari para dewa baik Yunani maupun Romawi. Aturan itu ada di hati nurani manusia yang diberikan oleh Tuhan”. Tuhanlah pemberi aturan sejati.

Makna Kenaikan Kristus ke Sorga

(Matius 28: 16-20)

Ketika orang Yahudi melihat kenaikan Yesus, tidak ada hal lain selain kagum. Mereka kagum karena mereka yang mengenal Kristus mengetahui bahwa ini sudah diberitakan di Kitab Suci. Yesus pernah mengatakan Ahli Taurat yang mendengar berita Injil Kerajaan itu seperti orang yang keluarkan dari perbendaharaannya semua hartanya. Orang Yahudi yang sudah kenal Perjanjian Lama, kalau dia mau percaya Yesus, dia akan mendapatkan kekayaan yang limpah di dalam mengerti semua ujung Perjanjian Lama yang sulit disatukan. Jadi begitu banyak hal di Perjanjian Lama yang seperti cerita terpisah-terpisah dan berlainan satu dengan lain, kedatangan Kristus mengikat semuanya menjadi satu di dalam diri Dia. Satu hal yang orang Yahudi lihat setiap Imam Besar mengadakan pendamaian untuk dosa, yaitu mengambil darah dari korban yang disembelih untuk pengampunan dosa. Setelah itu dengan satu wadah dia akan masuk ke ruang suci dari mezbah. Dari ruang suci akan masuk ke ruang Maha suci melewati tirai yang tidak boleh dilewati orang lain. Setelah masuk ke ruang maha suci, dia akan percikan tujuh kali darah itu ke tutup pendamaian. Setelah itu maka upacara penghapusan dosa selesai. Kita sering melihat gambaran Bait Suci dan upacara itu terpisah dari Injil, orang Kristen bingung apa gunanya cerita Perjanjian Lama terutama terkait Bait Suci. Bedanya kita dengan orang Yahudi adalah kita selalu menganggap cerita Bait Suci tidak relevan lagi, itu problemnya. Sedangkan orang Yahudi melihat cerita Bait Suci sebagai inti agama mereka. Orang Yahudi mengatakan “kalau kamu tidak setuju Bait Suci, kamu bukan Yahudi”. Saya ingin katakan, kalau Saudara tidak setuju Bait Suci, Saudara bahkan bukan orang Kristen. Karena orang Kristen pun harus mengerti sentralnya Bait Suci. Inti Perjanjian Lama ada di seputar Kemah Suci di Keluaran, Imamat, Bilangan, atau Bait Suci di zaman Daud dan seterusnya. Jadi Kemah atau Bait Suci menjadi inti menafsirkan apapun di Perjanjian Lama. Daud pernah mengatakan “Korban yang Tuhan mau lihat adalah hati yang hancur”, setelah itu ditutup dengan perkataan “setelah itu aku akan membawa korbanku dan bersukaria waktu mempersembahkan korban di hadapan Tuhan”. Jadi korban Bait Suci menjadi inti penting. Dalam Kitab Keluaran atau Kitab Raja-raja, orang Yahudi melihat gambaran bumi ada di Bait Suci. Sebagai contoh, gambaran detail yang Tuhan perintahkan kepada Bezaliel di Keluaran, atau yang Salomo kerjakan waktu dia mendirikan Bait Suci. Salomo mempunyai garden theology, sangat banyak memakai contoh gambaran taman, pohon-pohonan, buah-buahan. Mengapa taman begitu penting? Karena taman me-refer pada Taman Eden, lambang baiknya ciptaan jika manusia taat kepada Tuhan. Jika manusia taat, maka bumi akan seindah Taman Eden. Bahkan Tuhan menjanjikan Taman Eden yang sempurna nanti ketika manusia berhasil menjalankan tugasnya.


Itu sebabnya keadaan damai dan limpah dari taman digambarkan di Bait Suci. itu merupakan gambaran kosmos dalam pengertian Yunani. Artinya, gambaran tentang seluruh dunia diwakili oleh Bait Suci,  simbol ciptaan Tuhan. Uniknya, Bait Suci bukan hanya simbol ciptaan di bumi, itu juga simbol sorga. Itu sebabnya ruang maha suci identik dengan sorga. Jadi seluruh bait melambangkan bumi dan ruang maha suci melambangkan sorga. Imam yang masuk ke ruang mahasuci merupakan gambar Allah yang sejati. Maka di Bait Suci ada pemulihan manusia lewat contoh imam, image of God. Kita adalah gambar Allah yang menyatakan kehadiran Allah di bumi. Maka kita membayangkan betapa mengharukannya bagi orang Israel yang setia, ketika melihat sang imam besar itu ke ruang maha suci. Ketika itu, dia mendapatkan kesempatan mewakili seluruh Israel menikmati Tuhan dan menyatakan pengampunan bagi seluruh Israel. Orang Israel bisa melihat upacara korban itu sebagai pengulangan yang membosankan. Tetapi mereka tidak mungkin bosan merenungkan Gunung Sinai. Di sana, Musa ke atas gunung yang penuh dengan kemuliaan Tuhan. Bisa bayangkan betapa menggentarkannya pemandangan ini, karena orang Israel takut, mereka menyuruh Musa pergi. Dia ditemani oleh Harun, beberapa tua-tua dan Yosua. Tuhan suruh yang lain berhenti di tengah gunung kecuali Musa. Hanya Musa boleh masuk, tembus tempat yang penuh dengan kemuliaan Tuhan. Tuhan berkali-kali memberikan pesan bahwa kemuliaan Gunung Sinai mau dibawa oleh Tuhan ke tengah perkemahan. Yang Israel lihat di Sinai, mau Tuhan jadikan pengalaman kekal di Kemah Suci. Maka kita lihat terangnya Tuhan tercermin dalam wajah Musa, sehingga waktu Musa turun mukanya bercahaya. Jadi ada gambaran itu, mereka sekarang bisa menikmati Tuhan di tengah perkemahannya karena Tuhan mau hadir hanya di Kemah Suci. Kitab Keluaran mengatakan di atas tutup pendamaian Tuhan hadir dan hanya Musa yang boleh berbicara dengan Tuhan di atas tabut perjanjian itu. Waktu Harun dan Miriam iri dengan Musa, “sungguhkah Tuhan hanya berfirman lewat Musa?”Akhirnya Tuhan membela Musa. Tabut Perjanjian dibuat demikian indah tapi bentuknya mirip tumpuan kaki raja. Gambaran dari tabut perjanjian mirip seperti tempat kaki raja. Ini menjadi lambang kehadiran Tuhan di atas Tabut Perjanjian. Maka ada 2 gambaran, gambaran pertama Bait Suci sebagai kosmos, seluruh bumi dan sorga dilambangkan oleh Bait Suci. Yang kedua, Bait Suci sebagai tempat di mana Imam Besar bertemu Tuhan.


Di Perjanjian Baru, ada gambaran yang indah. Bait Suci tidak lagi center agama, melainkan Kristus. Tapi perpindahan dari Bait Suci ke Yesus itu mirip dengan perpindahan Gunung Sinai ke Kemah Suci. Alkitab secara unik memberikan penjelasan tentang apa pun yang dia bagikan melalui cerita-cerita di dalamnya. Maka sekarang kita mengerti Perjanjian Baru menggambarkan Yesus sedang masuk ke ruang maha suci. Kitab Ibrani menjelaskan itu dengan detail, Yesus masuk ke ruang maha suci, seluruh bumi ini seperti Bait SuciNya, itu agung sekali. Kita seperti orang Israel yang melihat imam besar melakukan prosesi. Yesus sebagai Imam Besar menyembelih diri-Nya sendiri di atas kayu salib. Kita sedang melihat Yesus pergi ke salib seperti imam pergi ke mezbah. Mengapa kayu salib ada di luar Yerusalem? Karena mezbah ada di luar tempat suci, apalagi tempat maha suci. Mezbah untuk menyembelih binatang adalah simbol penggenapan salib. Yesus mati di kayu salib sama seperti korban mati di mezbah. Orang Yahudi yang mengerti ini langsung melihat genapnya gambaran Kemah Suci yang sangat penting. Setelah Kristus disalib, seperti imam besar, dia akan membawa darah ke ruang maha suci. Yesus membawa itu pada saat Dia akan naik ke sorga. Jadi pentingnya peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus sama pentingnya dengan peristiwa imam besar masuk ke ruang maha suci. Seluruh bumi adalah Bait Suci dan sorga adalah ruang maha sucinya. Maka, peristiwa naiknya Tuhan Yesus ke sorga sangat penting karena itu peristiwa masuknya Imam Besar sejati ke ruang maha suci membawa darah-Nya, yaitu diri-Nya sendiri. Dia membawa darah-Nya di dalam tubuhNya, Dia naik ke sorga sebagai manusia berdarah dan berdaging. Dia mempersembahkan diri-Nya sebagai persembahan penuh kemenangan, bukan seperti binatang yang dipersembahkan oleh imam besar. Yesus menjadi korban hidup yang pertama. Paulus mengatakan, “kamu semua adalah korban hidup, mirip Yesus. Dia tidak membawa diriNya mati ke sorga, Dia membawa diriNya hidup. Di sana Dia bersyafaat bagi kita. Ini yang dilakukan imam setelah imam memercikan tujuh kali, dia keluar dan berdoa bagi bangsa itu kepada Bapa. Yesus juga senantiasa berdoa bagi kita di sorga, ini gambarannya. Kalau Yesus melakukan itu di sorga, kita melakukan apa di bumi? Dalam Matius 28, Yesus mengatakan “yang harus kamu lakukan adalah mengerti apa yang sudah terjadi dan kamu boleh nikmati, dan apa yang akan engkau nantikan” Sorga adalah ruang maha suci, tidak berguna bagi seluruh rakyat kecuali imam. Imam harus keluar dari ruang maha suci, lalu memberkati rakyat. Yesus menjanjikan hal yang sama “Aku akan pergi ke rumah Bapa, Aku akan datang kembali”. Dia akan keluar dari sorga dan menjemput kita. Di dalam Kitab Wahyu kita melihat gambaran sorga dan bumi menjadi sempurna dan Bait itu menjadi genap. Kita bisa melihat cerita Alkitab dari salah satu sudut pandang mengenai perjalanan Bait menuju Bait yang sejati, Bait yang berupa Taman Eden di Kejadian, berupa Kemah Suci di Kitab Keluaran, berupa Bait Suci di Kitab Raja-Raja, berupa Kristus dan gereja-Nya di Perjanjian Baru, akan menjadi genap di Kitab Wahyu. Maka tema utama dari Alkitab jangan pernah Saudara lupakan. Kalau kita melihat tema Bait Suci, tema Bait Suci juga yang sedang digambarkan dalam Kitab Injil. Tuhan Yesus pergi ke ruang maha suci yaitu sorga. Sebelum Dia pergi, Dia memberikan pesan kepada murid-murid, berbeda dari pesan untuk orang tidak percaya. Ini gambaran yang indah sekali dari ayat 11-15 dilawankan ayat 16-20. Di ayat 11-15 ada keadaan dari orang-orang yang tidak percaya Tuhan, penuh dengan kebohongan, suap dan segala hal yang berkait dengan diri dan uang. Tapi di dalam ayat 16-20, orang yang mengikut Kristus mendapatkan satu hal yaitu kuasa. Pengikut Kristus mendapatkan kuasa, pembenci Kristus mendapatkan kesulitan karena mereka hidup dalam dusta, kebohongan, penerimaan diri, dan keadaan ingin mencari uang. Dua hal ini menjadi dua benturan yang Kitab Matius ingin sampaikan kepada kita. Yesus memberkati seluruh murid dengan kalimat yang indah sekali “Aku pemilik kuasa di sorga dan di bumi”. Kuasa bukan untuk menghancurkan orang, tetapi membangun orang. Kuasa sejati bukan untuk menunjukan diri lebih hebat. Kuasa sejati untuk menunjukan kamu berelasi, kenal, ikut, dan taat dengan Aku, kamu menjadi lebih baik. Di mana orang berkuasa ada dan hadir di situ, sekitarnya mendapat berkat kelimpahan pengenalan akan Tuhan. Kristus punya kuasa di sorga dan di bumi, tidak ada lebih tinggi dari kuasa Dia. Kuasa-Nya tidak pernah dinyatakan untuk menghancurkan orang lain, tapi memulihkan sorga dan bumi. Dialah Pembaru yang sejati itu.


Setelah Yesus mengatakan “segala kuasa ada padaKu”, di ayat 19 Dia mengatakan “pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu”. Tuhan menyuruh orang-orang percaya untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid. Ini artinya Saudara mengetahui bahwa Dia harus menjadi Raja di sorga dan di bumi. Kita menjadikan Dia Raja dengan membuat orang-orang menjadi murid yang menuhankan Sang Raja. Pada zaman dulu murid harus mengikuti dengan mempersembahkan seluruh hidup. Murid adalah kelompok yang akan meneruskan dinasti ajaran dari gurunya dan hidup dari gurunya. Murid akan mengikuti pola hidup, cara hidup, dan juga ajaran dari guru itu. Guru mewariskan ajaran kepada murid karena guru akan mati. Dia akan tarik murid dan mengajarkan semuanya, juga gaya hidup yang dia pilih. Jadi pemuridan ada pada hal ini, inilah esensi menjadi murid. Kita sering menganggap bahwa ini adalah perintah untuk membuat kelompok kecil, Alkitab tidak maksudkan itu di sini. Ayat ini sedang tidak mengatakan hal itu, sedang bicara hal lain bahwa murid tidak boleh hanya melihat Yahudi, Yesus bukan Mesias hanya untuk Yahudi, Dia Mesias seluruh bumi. Karena kuasa di sorga dan bumi ada pada Dia, terlalu kecil kalau Dia hanya menjadi Guru bagi satu bangsa saja. Ini dinyatakan di dalam Yesaya “terlalu kecil kalau Engkau menjadi Raja hanya untuk satu umat yang kecil. Engkau harus menjadi Raja untuk seluruh bumi”. Maka ayat 19 menggenapi Yesaya, “lihat, ini adalah Raja yang akan memenangkan orang-orang di dalam kegelapan, bangsa-bangsa di dalam kegelapan”. Bangsa-bangsa itu dijadikan murid, karena kalau tidak dijadikan murid, mereka tidak akan menikmati kuasa sorga dan bumi. Kuasa sorga dan bumi ada pada Kristus, yang dibagikan kepada para murid. Siapa yang menjadi murid Kristus menikmati kuasa di sorga dan di bumi. Maka setelah Yesus pergi, para murid mendapatkan kuasa besar. Dia pergi supaya kita pergi memberitakan Injil ke semua bangsa. Kita harus memberitakan Injil ke semua bangsa karena semua bangsa perlu kuasa di sorga dan di bumi untuk dinikmati di bumi ini. Kita memberitakan Injil bukan hanya untuk memberitakan orang selamat saja. Tapi kita memberitakan bahwa kamu punya kuasa untuk mengalahkan dunia ini di dalam Kristus. Di ayat-ayat sebelumnya dikatakan bahwa orang-orang yang menolak Kristus, hidup di dalam keadaan kasihan sekali. Para penjaga datang dan mengatakan “kuburNya sudah kosong, Dia sudah bangkit, kami takut sekali”. Lalu imam-imam kepala mengatakan “kita suap para serdadu itu, bilang bahwa Yesus dicuri”, “Dia tidak dicuri, Dia sudah bangkit”, “diam, yang lain tidak perlu tahu, cukup kita yang tahu”, “kita mesti mengatakan apa?”, “bilang saja kalau Dia dicuri. Kalau kamu mengatakan Dia dicuri, kamu akan kami kasi uang”, maka uang pun menutupi segala kegalauan. Para penjaga itu galau “kami disuruh berbohong untuk peristiwa yang menakutkan ini”, tapi kemudian dikasi uang dan semuanya langsung tenang. Uang menutupi hati nurani dengan sukses. Waktu kita mengatakan “saya mau kuasa”, kuasa di dapat dari mana? Dari uang, “mengapa kamu kerja?”, “untuk dapat uang”, “untuk apa uang?”, “untuk berkuasa atas orang lain”. Uang bisa menjadi sangat jahat kalau Saudara pakai untuk berkuasa, sebaliknya, bisa menjadi sangat memberkati kalau Saudara pakai itu untuk belas kasihan. Di bagian sebelum Yesus memberitakan sesuatu kepada murid-murid, diberitakan dulu tentang kekacauan hidup di dunia ini. Orang-orang yang melihat keadaan yang benar, menutup berita itu dan mengatakan “kami mau menyebarkan berita bohong, asalkan dapat uang”. Maka gambaran dari dunia ini adalah kamu ingin punya kuasa milikilah uang, kamu ingin menjadi orang yang nikmat dan damai hidupnya, terimalah uang. Apapun mesti kamu rela korbankan demi mendapatkan uang. Uang adalah segalanya”.


Bagian lainnya, ayat 11-15 adalah para pemimpin agama sudah tahu kalau mereka salah, tapi ego mereka terlalu besar, mereka menganggap diri mereka standar yang paling penting, sehingga kebenaran pun bisa dimanipulasi demi mereka. Mereka menjadikan perasaan manusia sebagai standarnya. Alkitab membongkar kepada kita natur dari dosa, “kebenaran itu tidak penting, yang penting perasaanku. Saudara bisa bayangkan agama menjadi korup karena pemimpinnya sensitif sekali, terlalu anggap dirinya penting. Saya ingat Pdt. Jadi pernah mengatakan seluruh bumi ini ada 7 milyar manusia, kamu itu siapa? Kamu cuma 1 dari 7 milyar manusia di bumi, apa yang membuatmu begitu penting? Itu fakta yang menyakitkan. Ben Saphiro, politikus Amerika mengatakan fakta tidak peduli perasaanmu. Yesus bangkit adalah fakta. Apakah fakta peduli perasaan para mahkamah agama, para petinggi agama? Mungkin petinggi agama mengatakan “Tuhan, mengapa Engkau bangkit? Kan kami jadi malu, perasaan kami penting. Lebih baik Yesus tidak bangkit supaya perasaan kami bisa disimpan dan disenangkan”. Maka kita bisa melihat kebobrokan dunia ini, pertama dunia ini menganggap kuasa dan kesenangan ada pada uang. “Bohong pun tidak masalah karena uang lebih penting. Kamu ingin menutup mulut orang, suap dengan uang. Kamu bisa kasi apa pun, membuat yang benar jadi salah, yang salah jadi benar, bisa dengan uang”. Saya tidak mengatakan Saudara tidak boleh membantu orang dengan uang, itu tidak masalah. Tapi kalau Saudara berbagian dengan syarat “saya akan kasi kamu uang, asalkan kamu mengatakan yang A jadi B, B jadi A”, itu yang jahat. Memberi uang bukan menyuap, tapi menyuap itu adalah minta seseorang untuk melakukan hal yang tidak benar karena Saudara punya uang. Ini fakta di dunia. Kemudian para wali negeri, pemimpin agama begitu sensitif dengan dirinya sendiri. Itu sebabnya Pak Tong pernah mengatakan banyak gereja rusak karena pendeta terlalu sensitif, terlalu gampang sakit hati, terlalu gampang simpan sesuatu. Setan merusak gereja dengan membangkitkan pendeta-pendeta sensitif. Setan juga merusak gereja dengan membangkitkan pengurus yang sensitif, majelis yang sensitif, tua-tua yang sensitif, aktivis yang sensitif, terlalu mudah tersinggung untuk diri. Saudara jadi pembela Kristus, bukan pembela diri. Saya ingat terus perkataan Pak Tong “saya dipanggil untuk menyatakan Injil, bukan untuk bela diri”.


Saya dipanggil untuk memberitakan Firman bukan untuk membela diri. Inilah kecelakaan dari pemimpin agama, pemimpin agama terlalu pentingkan diri. Mereka tidak bertobat malahan memerintahkan untuk menyebarkan berita bahwa murid Yesus mencuri mayat Yesus. Dan dusta ini tersebar sampai sekarang, meskipun dusta ini terlalu banyak cacat. Cacat pertama yang paling jelas adalah ada 500 saksi kebangkitan, ini adalah cacatnya luar biasa. Bagian yang lain, kalau benar mayat Yesus dicuri, mengapa orang-orang masih melihat tutup muka dan kain kafan di situ, kalau murid-murid yang mencuri, tidak mungkin mereka menelanjangi Yesus, kalau sampai menelanjangi mayat Yesus, mereka adalah murid-murid yang kurang ajar. Jadi tidak mungkin mereka mencuri dengan tindakan seperti itu. Terlalu banyak hal yang membuat dusta ini tidak bertahan. Sejarah membuktikan mana yang benar dan yang salah, dusta akan dikalahkan dan dimatikan oleh kebenaran. Pada akhirnya kebenaran yang akan terlihat. Jadi di satu sisi ada kelompok yang terus-menerus cuma berputar di uang, sedangkan satu kelompok lagi adalah kelompok yang terus ada di dalam kuasa di sorga dan di bumi. “Segala kuasa di sorga dan di bumi sudah diberikan kepadaKu dan Aku akan berikan kepadamu. Pergilah jadikan semua bangsa murid”. Kalau Saudara punya